Sinji

7K 737 117
                                    


Ia tahu bahwa sejak kepergian kedua wanita itu, rumah itu sudah kosong, tidak ada siapapun di sana. Tapi Jungkook menemukan dirinya sudah berada di balkon itu. Ia selalu bertanya-tanya tentang keadaan bayi mereka. Ini sudah enam bulan, apakah Lili masih kuat menjaga anak mereka? Menunggu tiga bulan lagi, apakah Lili bisa melakukannya?

Jungkook menendang pintu yang ternyata selama ini tidak terkunci.

Apakah selama ini Lili membiarkannya terbuka? Atau memang pintu itu lupa ditutup?
Jungkook menyalakan lampu, mengejutkannya bahwa setelah beberapa bulan aroma Lili yang wangi masih tersisa di sana. Jungkook mendekati ranjang, menyesap Lili dari bantal dan alas tempat tidur.

Cukup, ia akan berlama-lama di sini untuk membayar rindu, aroma Lili cukup.

Kernyitan di dahinya kentara saat menemukan notes yang pernah Lili pakai untuk berkomunikasi dengannya. Lili ternyata meninggalkannya. Ia menarik notes itu, membaca banyak tulisan yang Lili tuliskan di sana dan Jungkook sudah membacanya. Sebab tulisan itu memang ditujukan padanya, sebab hanya Jungkook temannya yang tidak mengerti bahasanya.

Jungkook membuka lembaran lain, matanya menangkap beberapa angka. Nomor telepon! Jungkook bergegas kembali ke kamarnya, mengambil ponsel lalu mendial nomor tersebut.

Apakah Lili sengaja menulis ini agar Jungkook tahu keadannya? Apakah gadis itu mengharapkan Jungkook datang? Apakah selama ini gadis itu menginginkan Jungkook untuk cepat menemukan nomor itu dan menghubunginya?

Tersambung. Jungkook merasa jantungnya bertalu dua kali lipat setelah mendengar hembusan napas teratur dan ia tahu bahwa itu adalah Lili-nya. Lili-nya yang manis, Lili-nya yang cantik. Masihkah gadis itu mengingatnya?

“Lili..”

Jungkook tahu gadis itu tidak akan bisa menyahut dari seberang sana. Mustahil gadis itu melakukannya. Tapi bodohnya Jungkook justru memaksa gadis itu, memaksa gadis itu agar tidak hanya diam.

Say something..” Suaranya lirih.

Say something Lili, I beg you, say something..” Isakan Jungkook kian bersahutan. Betapa ia merindukan mereka, Lili dan bayinya. Begitu ia ingin mendekap mereka dengan tangan-tangannya yang rapuh.

“Aku merindukanmu, merindukan bayi kita, aku ingin ke sana Lili, please..”

“Lili, please…”

Tidak tahu sefrustari apa lagi Jungkook agar gadis itu mau menyahut, ia meringkuk di samping sofa, meluruhkan seluruh air matanya. Ia pantas mendapatkan ini, setelah menyakiti gadis itu berkali-kali, ia memang pantas mendapatkan ini.

“Kau?” Jungkook mengusap wajahnya. Bertepatan dengan suara Dira yang nyaring.

“Jungkook? kau berani? Lili, apakah kau yang memberitahu Jungkook nomor ponsel ini?” Terdengar bunyi berisik angin di sana. Seolah-olah Dira sedang mengintimidasi Lili agar tidak memberitahu Jungkook apapun.

“Apa yang kau inginkan Jungkook?”

“Tolong..izinkan aku menemui mereka..”

“Baik, kau bisa menemui bayi itu, tapi jangan menemui Lili.”

Menemui bayinya? Bukankah harus menemui ibunya juga? Apa yang Dira pikirkan?

“Aku akan mengirim alamatnya. Datang besok dan jangan berharap kau bisa menemui mereka lagi.”







🌷🌷








Jungkook sebelumnya tidak percaya bahwa bayi mereka telah lahir, tapi pemandangan dari dinding kaca itu, bayi mereka yang mungil, yang berada di kotak kaca itu, Jungkook tidak bisa menahan rasa bahagianya. Dira mengatakan bahwa bayi itu baru saja lahir kemarin siang, dan Lili terlalu banyak mengeluarkan darah, gadis itu kehilangan kesadaran berjam-jam dan Jungkook rasanya ingin mengumpati Dira karena tega menyembunyikan itu semua darinya.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang