Natt

2.8K 502 29
                                    

Lili baru sadar kalau Jungkook ternyata sudah tidak secanggung kemarin. Laki-laki itu mulai bicara banyak dan Lili bersyukur bahwa ia juga dapat mengimbangi kemonukasi mereka.

Pria itu juga manis, apalagi saat menyuruh Lili memeluknya agar tidak terjatuh.

Lili tersenyum senang saat sepeda motor Jungkook melewati kincir angin besar yang ada di pinggir jalan. Jungkook melihatnya dari kaca spion, gadis itu senang, jadi ia menghentikan sepeda motor dan gadis itu segera turun dengan ekspresi senang.

Jungkook meliriknya. Bagaimana bisa? Tubuh sekurus itu terlihat menarik hanya karena hoodie kebesaran. Jungkook mungkin terlihat bercanda saat ia tersenyum ketika gadis itu membawa rambutnya yang beterbangan ke balik telinga.

Mungkin gadis ini belum pernah melihat kincir angin? Itu sebabnya kincir angin itu seperti keajaiban dunia di matanya. Mungkin gadis itu memang jarang keluar, itu sebabnya senyum itu begitu mudah merekah. Mungkin gadis itu..

“Huh?”

Lili lupa membawa notes! Jungkook mengenyit saat Lili membawa tangannya ke depan, menunjuknya lalu menabrakkan kedua tangannya sembari tersenyum. Jungkook tidak mengerti, tapi saat melihat Lili tersenyum, ia tahu kalau gadis itu sedang mengucapkan terimakasih.

“Kau suka kincir angin?” Lili mengangguk.

“Belum pernah melihatnya sebelumnya?” Lili menggeleng, ingin menjelaskan sesuatu. Ragu-ragu memutar tangannya di depan Jungkook.

Lili membuka mulut, berusaha mengeluarkan kalimat yang semua orang tahu itu mustahil. Ia kemudian menggeleng dan tersenyum. Ia pernah melihat kincir angin, tepat saat ia akan pindah rumah, tapi kincir angin ini lebih tinggi, lebih besar dan Lili suka bagaimana benda itu berputar-putar.

“Aku senang kau menyukainya, apa ini artinya aku berhasil membalasmu?” Lili tersenyum lebar.
Menggeleng dan memasang wajah cemberut.

“Belum? Jadi nilai 80-ku dan kincir angin ini belum setimpal? Aku harus membayar lebih?”

Lili tertawa. Menyulap Jungkook menjadi batu, tidak berkedip.

Lili mengibas tangan kanannya di depan Jungkook, dan laki-laki itu kembali menjadi normal.

“Aku sebenarnya-” Ucapannya terpotong saat ia mendapat telepon dari Natt. Jungkook menjauh, mencari jarak, dan Lili tahu bahwa ia harus menjauh juga agar percakapan pria itu tidak dapat ia dengar. Beberapa detik kemudian Jungkook terlihat cemas.

“Ayo. Aku antar pulang.”

Secepat itu? Lili ingin mengatakan bahwa ia ingin di sana untuk waktu yang lama, tapi ucapan Jungkook selanjutnya membuatnya segera naik ke atas sepeda motor.

“Natt, dia membutuhkanku.”

Sebesar itu pengaruh seorang Natt?

Apa Jungkook sangat mencintai wanita itu?

“Pegang yang kuat.” Jungkook menarik tangan Lili ke depan, menyuruh gadis itu agar memeluknya lebih erat. Jungkook mengebut, Lili bahkan harus menutup mata saat jalan yang mereka lalui diterobos asal-asalan.

Saat sepeda motor itu sampai, Lili cepat-cepat turun dan Jungkook segera pergi.

Lili ingin menjadi Natt, setidaknya sekali saja, ia ingin bertemu wanita itu, melihat bagaimana rupanya dan mengamati apa yang Jungkook sukai hingga ia begitu cemas saat mendengar kabar lewat telepon.

Begitu Lili masuk ke dalam rumah, Dira pulang. Wanita itu membawa dua paper bag, mengeluarkan isinya di depan Lili.

“Aku beli baju untukmu, bagaimana? Kau suka?” tanya Dira menunjukkan dress biru muda ke depan Lili.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang