Leave

3K 530 28
                                    

Jungkook pulang ke rumah setelah menenangkan Natt yang mengalami kecelakaan dengan temannya, beruntung Natt tidak terluka, wanita itu hanya menjadi trauma dan takut. Jungkook menjaganya berjam-jam sampai akhirnya mengingat bahwa ia ternyata menyuruh Lili menunggu. Ia pamit pada Natt untuk keluar sebentar, tidak mengatakan bahwa ia harus menjemput Lili yang ia tinggalkan sendirian di taman.

Namun sesampainya di taman, Lili sudah tidak ada. Jungkook memutari taman berkali-kali lalu bertanya pada orang-orang. Karena tidak menemukan Lili, ia kembali pada Natt, tahu bahwa Natt sangat membutuhkannya.

Kini ia telah di rumah, setelah mendengar rentetan pertanyaan dari ayahnya sambil berkacak pinggang. Ia segera ke atas, membuka pintu balkon lalu pergi ke seberang. Mengetuk pintu sebanyak dua kali lalu menunggu.

Setelah beberapa menit, pintu balkon akhirnya terbuka. Lili muncul tanpa senyum. Lalu Jungkook memberinya apa yang telah ia beli setelah pulang sekolah.

Permen kapas.

Ia membawa tangan Lili agar menerimanya. Gadis itu menggenggamnya lalu melihat tepat di mata Jungkook.

“Maaf.”

Gadis itu bergeming tapi tetap menatap Jungkook.

“Maaf meninggalkanmu sendirian. Seharusnya aku tidak melakukan itu.”

Nyatanya Jungkook melakukannya. Kata seharusnya setelah penyesalan adalah pembelaan diri.

“Natt kecelakaan, dia membutuhkanku.”

Jika saja Jungkook tidak menyebut nama itu, maka ia akan berbelas kasih dan menerima permintaan maaf Jungkook. Nyatanya sulit bagi laki-laki itu untuk sekedar menyembunyikan Natt dari pikirannya.

Raut wajah Jungkook memelas, merasa bersalah dan ia tahu Lili sulit memaafkannya. Sebab, meski kata maaf dibalas dengan anggukan, bukan berarti rasa sakit itu hilang, bukan berarti ketakutan Lili kemarin segera sirna karena kata maaf dan permen kapas.

“Setelah extrakulikuler aku membelinya. Sebagai permintaan maafku, tolong dimakan. Tidak apa jika kau meminta lagi, aku akan membeli banyak.”

Lili tersenyum tipis. Terkejut saat Jungkook menarik sedikit dari permen kapasnya, menyodorkannya pada Lili untuk dimasukkan ke dalam mulut. Lili gelagapan, tapi akhirnya menerima. Ia suka permen kapas.

“Natt suka permen kapas, jadi kupikir kau juga akan menyukainya.”

Seperti ada yang terpecah, mendadak Lili tidak bisa menelan permen kapas yang sudah menggantung di kerongkongannya. Ia menelan saliva, berharap itu pergi, nyatanya kembali sulit menelan karena itu menjadi gumpalan menyakitkan.

“Lili?”

“Are you okay?”

Lili mendongak, menekan lehernya lalu menatap Jungkook.

“I wish you forgive me.”

“Karena setelah ini, aku harus pergi.”

Lili mengangguk cepat. Ia mendadak tidak ingin melihat Jungkook, jadi ia beranjak menuju daun pintu, berharap Jungkook tahu maksudnya.

“Baiklah.” Rupanya Jungkook paham maksudnya. Laki-laki itu segera kembali ke balkon kamarnya, masuk ke dalam lalu mengganti seragam.






🌷🌷






Mereka teman, hanya sebatas teman, itu juga baru beberapa bulan. Lili memikirkannya, ia tidak pantas jika cemburu pada Jungkook yang menganggapnya hanya sebatas teman. Namun kata teman itu mungkin akan segera ia lenyapkan. Mengingat Jungkook bahkan tidak ingin berusaha untuk menjelaskan lebih, menanyakan lebih atau berusaha agar Lili mau memaafkannya.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang