Where

3.4K 533 31
                                    

Jungkook mengerang sembari memegangi kepalanya, menutup tubuhnya dengan selimut lalu mengedarkan pandangan.

“Natt..”

Ia bangkit, mencari Natt yang ia sentuh semalam setelah berulang tahun. Kepalanya seperti berputar-putar, apalagi saat mendapati Natt tidak ada.

“Natt..”

Jungkook membuka buku di atas meja, bingung karena Natt punya buku seperti itu. Lalu mengerdarkan pandangan lagi pada seluruh isi kamar. Ini bukan kamar Natt.

“Lili, sarapan!” Teriakan itu segera menyambar Jungkook, ia melihat kamar sekali lagi, bertanya-tanya mengapa ia berada di sini, dalam keadaan telanjang.

“Lili!” Langkah itu semakin dekat, Jungkook segera memasang pakaiannya lalu melompat ke balkon seberang. Potongan-potongan kejadian segera menyerbunya. Mulai dari persiteruannya dengan Natt, ayahnya yang marah-marah, masuk ke dalam kamar, lalu…melompat.

Ia…ia telah…

Jungkook menarik rambutnya. Ia telah memaksa gadis itu.







🌷🌷







Jungkook bergegas menuju dapur, sarapan untuk berangkat ke sekolah. Ayahnya sudah sarapan lebih dulu, tiga potong roti telah habis, hanya ada dua sisa roti untuk Jungkook. Ayahnya sengaja, agar Jungkook mau mengunyah nasi dan makanan yang ia masak.

“Aku minta maaf untuk yang semalam.”

Jungkook tetap mengunyah, tidak mau melihat ayahnya yang sempat bicara.

“Aku punya kado untukmu.”

“Nanti akan aku letakkan di dalam kamarmu.”

“Tadi Dira datang.” Kunyahan Jungkook berhenti.

“Dia memberikan kado, katanya itu dari Lili.”

“Dira bilang, dia akan memberi hadiah untukmu setelah pulang bekerja, dia tidak tau kalau kau berulang tahun.”

“Kau memberitahu Lili ulang tahunmu?”

Jungkook kembali menarik satu roti, ia olesi selai lalu dimasukkan ke dalam mulut.

“Apa kalian dekat?”

Jungkook segera bangkit, meninggalkan ayahnya tanpa berniat memberi jawaban.

Ia dekat dengan Lili? Ya, Jungkook akan menjawab ya, ia bahkan sudah merasakan tubuh gadis itu semalam, tubuh yang ia kira adalah Natt. Lili bahkan masih mengirim kado setelah kejadian semalam. Ya, meskipun bukan dengan tangan sendiri.

Sebelum berangkat dengan sepeda motornya. Ia menatap rumah itu, melihat ke balkon yang pintunya tertutup, ada harapan agar gadis itu muncul.







🌷🌷








Sepulang sekolah ia langsung pulang ke rumah. Natt meneleponnya berulang kali, tapi tidak ia ubris. Jungkook membutuhkan ketenangan. Seperti biasa saat pulang sekolah, rumah kosong, ayahnya masih bekerja. Ia bergegas naik ke atas, mengganti seragamnya lalu membaringkan tubuhnya di ranjang, gambar wajah Lili kembali ia dapati.

Jungkook mengumpat, kejadian semalam akhirnya menghantuinya lagi. Ia tidak memakai pengaman dan gadis itu masih perawan, betapa hebatnya Jungkook telah berhasil mendapat tubuh yang masih segar.

Ia beranjak menuju balkon, duduk di sana. Lama, ia tidak melakukan apapun selain melihat lurus ke depan. Haruskah ia bertanya pada Lili tentang yang terjadi semalam?

Haruskah ia minta maaf? Haruskah ia…. Tidak, Lili pasti membencinya, gadis itu pasti sudah men-capnya bajingan.

Pintu balkon seberang tetap tertutup meski ia telah menunggu lama, menunggu gadis itu muncul.







🌷🌷







Jungkook beraktivitas seperti biasanya. Sekolah, belajar, ikut ekstrakulikuler, lalu pulang ke rumah. Hal itu ia lakukan terus-menerus, ia bahkan belum menemui Natt. Tapi Natt akhirnya menelepon.

“Ya..”

“Jungkook, kau marah padaku?”

“Katakan kenapa..”

“Kau marah padaku?”

“Tidak, aku tidak.”

“Lalu kenapa tidak datang ke sini?”

“Aku belajar.”

“Belajar? Sebelumnya juga kau belajar tapi kau sempat ke sini.”

“Ada banyak tugas yang harus aku kerjakan.”

“Datang ke sini, kita mengerjakannya bersama.”

“Tidak Natt, aku perlu waktu sendiri.”
Hembusan napas Natt kemudian berubah menjadi tangisan.

“Aku minta maaf, aku minta maaf kalau menyakiti perasaanmu. Tolong temani aku, aku membutuhkanmu Jungkook.”

Jungkook mengembuskan napas.

“Natt..”

“Please, I need you.”

Jungkook menuruti Natt, ia bergegas pergi. Tidak tahan mendengar Natt menangis.

Setibanya di rumah Natt, waita itu segera memeluknya, meminta maaf sambil terisak. Jungkook merasa ini tidak benar, untuk pertama kalinya. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi mendadak perasaannya bimbang.

“Maafkan aku, maafkan aku.” Jungkook melihat wanita itu, mengusap air mata yang bergiliran jatuh ke bawah. Jungkook mengecup bibirnya.

“Aku memafkanmu.”

“Kau akan tetap menemaniku kan?”

Jungkook mengangguk. “Selalu.”

Natt berjinjit untuk menggapai bibir itu, meraupnya dengan hati-hati lalu Jungkook membalasnya dengan lumatan panas. Ia mencintai Natt. Perasaan bimbang itu? Jungkook mengenyahkannya.








🌷🌷








Sebulan, hubungan Natt dengan Jungkook semakin membaik. Anehnya, Jungkook merasa kurang. Setiap kesempatan, ia akan duduk di balkon, memandang pintu yang sebulan penuh tidak pernah terbuka, bahkan dikunci dari dalam. Jungkook pernah diam-diam mendorong pintu itu, dan seperti diganjal dengan batu besar, Jungkook tidak bisa membukanya.

Dira bekerja seperti biasa, ia menyapa Jungkook jika bertemu begitu juga dengan ayahnya. Jadi, Jungkook punya persepsi kalau Dira tidak tahu-menahu tentang kejadian itu.

“Hei,” sapa Dira sebelum membuka mobilnya. Jungkook tersenyum tipis.

“Ayahmu di mana?”

“Bekerja.”

“Ahh..” Dira mengangguk-angguk, menutup pintu mobilnya setelah memasukkan beberapa berkas ke jok belakang.

“Lili…ada?”

“Lili? Ada, dia selalu di rumah.”

“Apa yang sedang dia lakukan?”

“Belajar, dia gila belajar akhir-akhir ini.”

“Bisa aku menemuinya?”

Dira berdehem, raut wajahnya tidak mengenakkan.

“Tolong jangan menemuinya dulu.” Dira menjeda. “Sebenarnya, dia mengurung dirinya di dalam kamar, aku tidak tau apa masalahnya, tapi dia hanya akan keluar kalau dia akan makan atau minum.”

“A-aku, aku ingin menemuinya.”

Dira menghela napas.

“Dia mengurung dirinya di dalam kamar, Jungkook.”

“Kapan dia akan keluar?”

Pertanyaan tolol. Dira mengulang jawabannya lagi. “Dia hanya akan keluar kalau dia akan makan atau minum.”

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang