Alone

2.8K 532 26
                                    

Dua bulan lebih mereka saling mengenal. Lili senang ketika Jungkook menjadi seperti seorang penyair, pendongeng bahkan pelawak saat bersamanya. Jungkook menjadi terbuka, laki-laki itu memberitahu tanggal lahirnya, meminta Lili untuk menyiapkan kado sebelum hari ulang tahunnya datang. Jungkook juga bercerita bagaimana ia di sekolah, menceritakan guru-gurunya yang banyak bicara seperti ibu-ibu sosialita, PR yang menumpuk, hasil ujiannya yang semakin hari semakin bagus karena mereka belajar bersama dan terakhir ia juga bercerita bahwa ia tidak memiliki ibu dan Jungkook menyalahkan ayahnya untuk itu.

Hanya Natt, hanya wanita itu yang tidak Jungkook ceritakan. Lili tidak ingin membahas, mungkin akan menyakitkan jika Jungkook bercerita bagaimana ia mencintai Natt, bagaimana hubungan mereka selama ini dan sejauh apa Natt memilikinya.

Dira sendiri sudah tidak terlalu khawatir jika Jungkook datang tepat saat ia ingin berangkat bekerja atau bertemu pacar, ia percaya Jungkook tidak akan menyakiti Lili, ia selalu memperhatikan mereka berdua. Lili senang bersama Jungkook.

Lili tercengang saat Jungkook menarik tas kecilnya yang berwarna kuning, laki-laki itu mengikatkan gauntungan kunci unicorn yang lucu lalu memperlihatkannya pada Lili.

“Aku membelinya tadi.”

“Kau suka?” Lili masih bergeming, ia hanya menyentuh benda itu lalu melihat tepat pada mata Jungkook.

“Tidak suka ya?” Raut wajah Jungkook menjadi kecewa.

Lili segera menepis tangannya ketika Jungkook berniat melepas gantungan kunci lucu itu.

Terimakasih.” Jungkook masih membaca, belum paham bahasa isyarat.

Ini pemberian Jungkook yang pertama, Lili terlalu senang hingga menganga tidak percaya. Ia menyimpan tas itu ke atas nakas lalu tersenyum lebar saat melihat gantungannya. Rasanya, benda itu akan ia kunci di ruangan khusus.

“Jadi tadi, Mrs Jamie membagi hasil ujiannya. Kami..” Bla bla bla, Jungkook kembali bercerita dan Lili dengan senang mendengarnya. Ia duduk di sofa sementara Jungkook di pinggiran tempat tidur. Sebenarnya, Lili tidak terlalu mendengarkan.

Fokus matanya hanya pada Jungkook, bagaimana bibir itu bergerak, lidah itu menari dan jakun laki-laki itu yang bergerak-gerak. Lili suka semuanya.

Jungkook selalu bersamanya, laki-laki itu selalu menyempatkan diri untuk membuat kakinya merasa sakit karena terlalu sering melompat. Lili merasa….disayangi.

“Ayo ke luar.”

Huh?

“Jalan-jalan, kau ingin melihat kincir angin? Aku bahkan ingin memperlihatkan satu tempat padamu.”

Lili mengangguk, sebelum Dira pulang ia akan pergi dengan Jungkook, ke manapun laki-laki itu membawanya.

“Aku akan ke rumah, tunggu aku di bawah.”

Lili mengangguk.

Begitu Jungkook pergi, Lili membongkar isi lemarinya. Ini adalah kedua kalinya mereka akan pergi ke luar. Saat itu mereka terlalu cepat pulang, dan untuk kali ini, Lili berharap mereka menghabiskan waktu lebih lama.

Satu persatu baju ia lempar, merasa tidak cocok. Ia kebingungan. Takut Jungkook sudah di bawah, ia kemudian menarik satu celana jeans sebab Jungkook pasti akan membawa motor, lalu baju berlengan pendek bergambar. Ia memakainya dengan cepat, segera duduk di depan meja rias untuk memoleskan lipbalm di bibir, sedikit polesan bedak padat lalu mengikat rambutnya yang panjang.

Suara klakson dari bawah akhirnya terdengar. Lili mengurungkan niat untuk mengurung tas kuningnya di ruangan khusus, ia mengambilnya, dibawa untuk menemaninya selama perjalanan bersama Jungkook.

Shall we✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang