Suara rebana menggaung keseluruh isi terop. Shalawat burdah dilantunkan. Seluruh hadirin diperkenankan berdiri pertanda para wisudawan-wisudawati telah memasuki area acara. Semua berwarna putih, sesuai instruksi panitia. Begitupun baju yang kami kenakan, bedanya kami juga menggunakan slempang bertulisan wisudawati 30 juz. Para hadirin dipersilahkan duduk lagi ketika kami sudah duduk di kursi masing-masing. Diawali oleh pembacaan ayat suci alquran, kemudian pembacaan shalawat uhudiyah. Dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Pertama oleh ketua yayasan, yang tidak lain adalah pengarang shalawat tadi. Lalu ketua LPTQ yang telah membimbing kami dari nol sampai bisa diwisuda seperti sekarang. Rasanya aku masih mimpi bisa menggunakan slempang kehormatan ini.
Setelah semua sambutan selesai, kami para wisudawan wisudawati dipanggil ke panggung untuk melakukan sesi pentashihan. Suara para santri ricuh ketika namaku dipanggil, "al hafidzah fi kalaamillah MUTABAHHIRAH FIL ILMI binti Prof. DR.KH. Zakaria al anshori Lc". ricuh yang bersumber dari para santri menggema keseluruh penjuru teropTeriakan itu membuatku bertambah nano-nano. Sangat rame rasanya. Ada senang, gugup tegang dan rasa-rasa lain yang tak dapat terdefinisikan. "aku kagum banget atuh sama ning feyl. Udah cantik, pinter, hafidzah lagi. Hadeh masuklah dalam list jodoh impian" celoteh salah satu santriwan. "hush! Sadar dong. Kita siapa, beliau siapa" tegur yang lain. Terdengar disudut yang lain "الطيبون للطيبات kira-kira siapa ya jodohnya ning feyl itu?". Berbagai macam cara mereka memuji salah satu ciptaan-Nya yang sedang gusar menanti giliran pentashihan di depan panggung itu. dengarkan baik-baik ayat yang hendak saya bacakan!. Ulangi lalu lanjutkan! perintah salah satu dewan mushahhih. Aku berusaha rileks agar dapat konsentrasi mengingat ayat dan meneruskan dengan lancar. Alhamdulillah atas segala rahmatnya aku bisa menjawab ketiga soal tanpa hambatan. Aku bisa bernapas lega, daan meluruskan pandanganku kedepan sekarang. Terlihat keluargaku duduk di barisan kursi VIP di depan panggung. Ya, aku adalah salah satu putra dari pemegang estafet kepemimpinan di pesantren ini.
Menjadi salah satu penerus membuatku merasa memikul beban yang sangat berat. Tapi aku yakin, pasti Allah telah menyiapkan hikmah besar dibalik ini semua. Status ini tidak hanay memberatkanku soal akdemik, tapi juga urusan hati. Dia yang sedang berada diujung terop, mengenakan jas panitia adalah lelaki yang kuidolakan setahun terakhir. Sosok ketua panitia dalam acara takhtimanku. Karenanya aku terinspirasi dan bersemangat menyelesaikan hafalanku tahun ini, meski awalnya tidak dijangkau akal karena aku harus menyelesaikan kelas akhir diniyyah dan MTs ku. Tapi berkatnya yang kuidolakan diam-diam aku menjadi optimis bisa. Menurutku, cinta adalah fitrah. Cinta itu suci. Jadi aku tak boleh menodainya dengan hal maksiat. Bersyukur dengan statusku sebagi ningnya,aku bisa menahan diri untuk tidak memperlihatkan rasa ini. Ingin rasanya aku mengatakan padanya malam ini terima kasih telah menjadi motivasiku setahun terakhir.
Doa khotmil dibacakan oleh kyai sepuh. Aku menangis tersedu-sedu. Apalagi ketika beliau dawuh "khatam bukanlah akhir dari perjuangan kalian. Ini adalah titik awal dimulainya perjuangan. Berusalah untuk selalu istiqamah bersama ayat-ayat-Nya". Selanjutnya kami membaca doa setelah mebaca alquran bersama-sama "allahummarhamna bil quran..." seluruh hadirin menangis terharu. Doa selesai, acarapun usai.
***
Studiku di pondok sendiri telah rampung. Waktunya aku mengembara meraup ilmu di tempat lain. Disinilah aku sekarang, PP bahrul ulum Jombang.berkat karunianya aku bisa diterima di kelas yang cukup memuaskan. Aku berharap sibuknya aku belajar, dan mengaji membuatku perlahan melupakan dia si ketua panitia. Aku malu dengan quranku. Aku malu menyandingkan-Nya di otak ini bersama seorang yang haram aku ingat. Tapi memang benar adanya, melupakan tak segampang jatuh cinta.
Rasa itu tak berkurang sama sekali sampai liburan semester satu tiba. "loh cak shibgha yang jemput. sejak kapan cacak pulang?" ungkapku karena tak menyangka siapa yang menjemputku. "sudah dua hari yang lalu. Orang rumah pada sibuk makanya aku sama kang salim yang jemput". selama di mobil aku berbincang banyak bersamanya. "cacak jadi meneruskan kemana setelah lulus tahun ini?" tanyaku. "aku pengen ke Mesir dek, nyusul mba zatna" ungakapnya. Aku kaget. Memang kakakku yang tertua berada disana. "tapi cak bukannya abah sudah menyiapkan pendaftaran cacak ke ummul qura Mekah? Kalau cacak ga jadi ke Mekah, aku harus mahram dengan siapa jika nanti hendak kuliah ke Madinah?" protesku. Ingin marah tapi tak bisa. Ingat feyl, ada quran di hatimu. Jagalah muruahmu!.
Flashback on
Setelah takhtiman kemarin, ingin rasanya aku meminta kado umrah kepada kedua orang tuaku. Tapi aku tak sampai hati untuk memintanya. Aku hanya berani menuliskannya di buku impianku. Ya Allah, aku sangat ingin murajaah hafalanku di makam Rasul-Mu. Meskipun sekarang aku tak bisa menggapai keinginan itu, aku ingin sekali bisa kuliah di Madinah agar bisa berziarah setiap hari kesana dan murajaah setiap hari di masjid Nabawi. Memang hanya sebuah mimpi. Tapi aku percaya Allah akan mengabulkan doaku asal aku selalu ikhtiar dzahir bathin.
Flashback off
***
Di belahan bumi yang lain sedang berkencan dengan-Nya. Khusyu memurajaah qurannya diantara kerumunan peziarah. Sudah menjadi kebiasaanya berziarah ke makam sayyid husein-cucu Rasulullah setiap pulang kuliah selama dua tahun terakhir. shadaqallahul adzim iapun menutup mushafnya setelah terdengar suara adzan maghrib. Mendengarkan dan menjawab adzan. salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah diantar adzan dan iqamah. mengadahkan tangan untuk meminta kepada-Nya. Hanya dia dan Allah yang tau apa isi doanya.
kira-kira pov terakhir dari siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram
Spiritualkuliah di Madinah mengharuskan ning feyl untuk memiliki mahram yang menjaga, tapi ia tak memiliki sanak saudara disana. haruskah ia memilih menikah untuk mengejar mimpinya atau justru sebaliknya?