Rasa cinta itu makin membesar. Aku bingung bagaimana cara menetralisir kerinduan ini. Aku sangat rindu paada Rasul-Nya. Aku ingin berziarah ke makamnya. Apa aku mengutarakannya saja kepada abah?. Kebetulan wartel sedang sepi. "abah, aku ingin ziarah ke makam Rasulullah" ungkapku lewat telpon umum pesantren. Terdengar suara tertawa diseberang sana "nak, pelajaran qaidah fiqh nya sudah sampai qoidah keberapa? Sudah samapai qoidah المتعدى أفضل من القاصر ?". "injih sampun bah" jawabku. "umrah itu kan ibadah قاصر sedang membayar guru adalah متعدى. Nah, dari pada uang abah untukmu pergi umrah, lebih baik abah gunakan untuk membayar guru. Kamu tau sendiri semua santri di rumah tidak perlu membayar syahriyah. Ya abah yang harus menanggung semuanya. Mintalah kepada Allah. Jangan meminta dunia. Mintalah akhirat, pasti nanti Allah ikutkan dunianya. Kan sudah hafal ayatnya, sekarang waktunya mengamalkan" tutur abah.
Aku termenung memikirkan nasehat abah tadi. Aku bingung bagaimana mengobati kerinduan ini. aku hafalin hadits aja kali ya batinku. Aku menemukan jalan keluar dari keresahan ini. Kubulatkan tekatku untuk menghafal kitab bulughul maram-salah satu kitab hadits yang berisi kurang lebih 1400 hadits. Bismillah, atas nama cinta kepada Rasul-nya aku menghafalnya.
***
Kesibukanku di pesantren tidak mengurangi rasaku yang spesial kepada si ketua panitia. Lama-lama aku jadi bingung karena rasa ini tak kunjungmusnah. ya allah jauhkan hamba dari zina pikiran ini. Segala usaha dzahir dan bathin sudah kulakukan untuk mengenyahkan bayangan dia dari benak ini. Sampa suatu malam dia hadir dalam mimpiku. Aku terbangun. Kaget menyadari betapa berdosanya aku memimpikan lelaki ajnabi.bergegas aku mengambil wudhu dan bersujud di sepertiga malam-Nya. aku meminta kepada-Nya ya Allah, kirimkan hamba sosok yang halal untuk hamba rindukan dan impikan. Besar harapanku pada-Nya, karena hanya Dialah tempat berharap.
***
Cak shibgha bulat dengan keinginannya untuk kuliah di al azhar Mesir. Katanya ia ingin ziarah anbiya dan auliya selama disana. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Tapi tak dapat di pungkiri aku kecewa dengannya karena tak jadi kuliah di Mekah. Kalau dia di Mesir, lantas aku harus mahram pada siapa jika hendak kuliah di Madinah nanti, sedang tidak ada pamanku yang studi disana. Entahlah aku hanya bisa pasrah dengan takdir tanpa mengurangi ikhtiarku untuk mengejar impian kesana.
Kami sekeluarga mengantarnya sampai bandara internasional djuanda Surabaya. Katanya nanti di Mesir akan disambut kakak kelasnya di pesantren dulu. "jangan lupa banyak shalawat selama di pesawat. Yang serius belajarnya, jangan ukhti-ukhtian dulu" celoteh abahku membuatnya senyum salah tingkah. Aku menyalami dan memeluknya lama sekali sampai tak terasa setitik bening jatuh dari kelopak mataku. "idih ga usah baper dek. Ga unyu tauk" guraunya berusaha membuatku tegar. Padahal sangat jelas dia juga sedang menahan tangis. Aku melepas pelukan dan iapun masuk ke dalam lobi untuk check in. Pesawatnya akan take off sebentar lagi. Pesawatnya terbang bersama anganku untuk berkuliah di Madinah.
***
"oke shibgha sampai jumpa di Mesir". Di sela-sela kesibukannya mengerjakan tugas akhir kuliah, dia menyempatkan waktu untuk menjemput adik kelasnya di pesantren yang akan melanjutkan studinya di temat yang sama dengannya. astaghfirullah aku harus ke KBRI untuk mengurus S2 ku di Mekah. Tugas-tugas ini hampir saja membuatnya kehilangan visa pelajarnya. Dia akan pindah empat bulan lagi. Semua sudah siap, tinggal perizinan visa saja.sebenarnya ia diterima S2 disini, di Sudan dan di Mekah. Pada akhirnya ia memilih opsi terakhir. Muslim mana yang tidak ingin bisa memandang Rumah-Nya setiap hari?.
Flashback on
Atas rahmat Allah, semua universitas yang aku ajukan untuk melanjutkan studi menerimaku. Sekarang waktunya memilih. Sudan. Tidak aku kurang chemistry dengannya. Mesir. Terlalu banyak untuk aku tinggalkan negara ini. Aku candu untuk ziarah ke makam auliya dan anbiya. Aku juga tak perlu menambah tahun untuk kelas bahasa. Mekah. Aku ingin sekali melihat Rumah-Nya setiap hari. Aku ingin memurajaah quranku setiap hari di masjidil haram.tapi aku harus menambah tahun untuk kelas bahasa karena di anggap tidak satu kurikulum dengan Mesir. Ya Allah beri aku petunjuk
Aku menelpon ummi untuk memintanya istikharah tanpa meninggalkan kewajibanku juga untuk istikharah karena ini masa depanku. Seminggu kemudian ummi menelpon cah, aku mimpi kamu ngaji di masjidil haram. Wes tekatno nang Mekah ae. Bismillah. Barakah Baitullah tutur beliau dengan logat jawanya. Dialah ummiku yang terbaik. Sosok ibu yang hebat untukku dan untuk seluruh santri-santrinya. tapi ummi, nanti aku harus menambah kelas bahasa setahun protesku. wes tak apa. Lagian kemarin nilaimu kan mumtaz jadi ga perlu nambah kelas bahasa pas di Mesir. Masih umur 22 kok. Sudah berangkat saja ummi meyakinkanku. Bismillah, Mekah aku padamu.
Flashback off
***
Penerbangan akan landing sepuluh menit lagi. Aku sudah menunggunya di gerbang kedatangan. Aku segera melamabaikan tanganku ke arah shibgha ketika melihatnya keluar dari gerbang. shibgha aku disini! seruku padanya. Dia setengah berlari kearahku sembari mendorong trolleynya yang menggunung. "assalamu alikum mas. Ngapunten ngerepotake" ucapnya sopan. "waalaikum salam. Sudah biasa saja. Saya malah senang ada santri yang melanjutkan kesini. Apalagi kalau kaya kamu orangnya. Semangat dan rajin belajar. Janji jangan membongkar apa-apa kepada teman-teman tentang keadaan rumah. Teman-teman tidak ada yang tau kamu santri saya. Taunya kamu adik kelasku" ancamku padanya. Jika tidak dari awal aku bilang, bisa kacau penyamaranku empat tahun terakhir.
Aku mengantarnya ke buuts-asrama untuk mahasiswa yang beasiswa full. Kebetulan kamarnya bersebelah dengan kamarku. "ini kamarmu. Kalau butuh apa-apa bisa langsung telfon. Kamarku di seberang kamarmu. Ingat pesanku tadi!" lalu aku berjalan meninggalkannya. "tapi mas,," ucapnya terpotong. "ada apa?" tanyaku heran. "saya masih belum ganti nomor Mesir, jadi mboten saget telfon. Mboten wonten signal". Haduh bagaimana aku melupakannya?. "oh iya, ya sudah langsung saja kita keluar ganti nomor kamu". Aku tak jadi istirahat, padahal rasanya aku ngantuk sekali karena tidur akhir dan tetap bangun awal.
tadarus kuy
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram
Spiritualkuliah di Madinah mengharuskan ning feyl untuk memiliki mahram yang menjaga, tapi ia tak memiliki sanak saudara disana. haruskah ia memilih menikah untuk mengejar mimpinya atau justru sebaliknya?