"Jangan dipaksa ya!"
🐵
Dera tau hari ini adalah hari jum'at, hari dimana dia akan melaksanakan piket harian, tapi tidak menjadi pikiran. Bahwa setiap jum'at Dera selalu ketinggalan, alhasil kelas mereka selalu paling terakhir masuk kekelas ketika bell masuk.
Gerasah gerusuh kelas selalu terdengar setiap hari Jum'at, dan umpatan umpatan kesal terlontar begitu saja. Tak ayal Dera selalu menjadi manusia paling datar dan membolakan matanya saja. Kalo tau kerjain gausah nyuruh gue! Begitu kata Dera.
"Der,hari ini lo piket kan?" tanya Silva yang sedang memainkan ponselnya didepan kelas saat Dera memasukkan sepatunya kedalam rak didepan kelas.
"Iya Va," sahut Dera dan menuju tempat duduknya menaruh tas ranselnya dan beranjak mengambil sapu lidi, pasalnya setiap datang ruang kelas dan halaman depan sudah bersih disapu oleh indah. Teman piketnya setiap jum'at.
It's okey, sekarang waktunya Dera menjadi tukang sapu halaman samping dan kebun depan. Larut dengan pekerjaan nya Dera melihat Revano datang dengan ciri khasnya yang selengean, di jegat oleh indah yang menghalangi jalan yang telah di pel.
"BUKA SEPATU!!" seru Indah dan menghadangkan kedua tangannya didepan Revano. "Mau meluk gue Ndah?" jawabnya yang jauh diperkiraan Indah, dan segera mendelik. Menatap tajam Revano yang hanya menampilkan senyum miringnya.
"DERAAAAA,SUAMI LO INI. SEPATU NYA KOTOR GAMAU BUKA!!" dan alhasil julukan itu lagi terdengar ditelinga Dera, yang hanya menatap keduanya bingung. "Apasih?" tanya Dera dan kembali melanjutkan kerjanya.
"Vano, buka sepatu ah. Jangan gitu kasian Indah uda cape ngepel," and ucapan itu diangguki Revano dan membuka sepatunya kemudian bergerak memasuki kelas.
Ting nong!!....
Bell masuk sudah terdengar nyaring dan mengoceh keras di toa sekolah yang ditempelkan disudut kelas. Alhasil kelas sembilan lima bergerak keteter dan berlari meninggalkan kelas yang kacau balau lagi. Kaki kaki nakal yang tak ingin membuka sepatu masuk begitu saja membuat lantai kembali bernoda coklat,
🐵
"SEMBILAN LIMA, JALAN JONGKOK TIGA KALI DARI UJUNG LAPANGAN KE UJUNG LAPANGAN!"
Untuk kesekian kalinya semua mendesah malas, dan menjalani hukuman. Putaran ketiga selesai dan kembali berbaris didepan bu Sila yang jam pertama memasuki kelas sembilan lima.
"Setoran hapalan disini, yang piket silahkan piket dikelas,kalo uda siap baru kita masuk." titah bu Sila dan kemudian membuat semua teman sekelas Dera mendelik kearah Dera.
"Paan si," gerutu Dera dan berjalan meninggalkan teman temannya yag sedang mencari tempat dingin.
<<<skip>>>
Istirahat pertama sudah berjalan sekitar sepuluh menit yang lalu, membuat kelas sembilan lima sepenuhnya kosong, hanya beberapa yang tinggal dikelas seperti Dewi dan Ayu.
"Halooooo," dan sapaan itu membuat Dera terkejut dan menatap berang kearah, Revano dibelakangnya.
"Ngejuti aja si Van!!" seru Dera dan memukul bahu Revano kasar. "Dihh,kasar. Sakit tau," ucapnya dan mengusap bahunya dramatis.
"Lebay lo," jawab Dera dan segara berpaling kearah lain dan ingin beranjak sebelum sebuah suara menghentikannya. "Mau kemana lo?" tanya Revano yang sedang duduk disamping Dera.
"Mo pergi, lo rese!"
"Ciahh, gitu aja ngambek lo. Udah ah sini aja," tariknya dan membuat Dera berhenti dan menepis tangan Revano yang memegang ujung seragamnya.
Menutupi detak jantungnya yang menggila, apansi orang gila ini! "Gausah modus pegang pegang,"
"Lucu banget si," goda Revano dan mendapat delikan sebal dari Dera, suka sekali Revano ini menjawilinya. Ingin rasanya Dera mencakar muka ganteng Revano sekarang,
Pasalnya sudah membuat jantungnya menggila tak karuan.
🐵
Pelajaran terakhir berlangsung dengan hikmat,karena sang Guru yang katanya killer selalu mewanti wanti murid yang bergerak tak diinginkan,
Hawa gerah pun segera memasuki kelas sembilan lima yang kelasnya berada diujung sudut,kemudian didepannya terdapat kelas berikutnya sembilan enam.
"Pssttt.."
"Apaan?" jawab Dera yang sedang menahan kantuknya mendominasi, mendengar temannya fahira berbisik kesemua orang.
"Permisi kekamar--" ucapan Fahira terhenti saat dehaman sang Guru terdengar dari depan sana. Membuat beberapa yang mendengarnya terkikik pelan,tak ingin membuat sang guru bertambah murka.
Ting nong...!
Dan,Bell yang sedang dinanti berbunyi nyaring, membuat murid sembilan lima menghela nafas dan bergegas membereskan barang barangnya. Lega rasanya. Kaya makan permen mint!
"Pulang sama siapa Der?" tanya Silva saat memakai tas ransel sekolahnya. "Dar der dar der,manggilnya Tasya kek atau Ara. Der itu laki laki tau," sungut Dera sebal dan mencebik.
"Iya deh Ra. Pulang sama siapa?" tanyanya lagi saat tak mendapat jawaban sebelumnya, "Sama gue yuk Ra." dan perkataan itu mewakilkan perasaan Dera, sebenarnya si enggak!
"Iya," kata Dera singkat dan menarik Revano keluar dari kelasnya meninggalkan Silva yang menarik lengan Pina berjalan menuju halte depan sekolah.
Suasana pulang sekolah itu ramai,kadang Dera sempat membuat fikirannya menerka nerka,jika dia balik bersama dengan Dwi, adik kelasnya yang terlihat cool dan tentunya Tampan.
"Mau sampe kapan lo bengong ha?"
"Ckk,suka ya lo dari tadi ngangeti, rese lo ahh Van." ucap Dera yang membuat Revano terkekeh pelan, "Gue gumush gimana dong?"tanyanya dengan nada jenaka yang membuat Dera jengah dan membanting paper bagnya kebahu Revano.
"Seneng banget ngegoda!"
Drtt..
[S❤: Jgn lupa, lo harus jemput gue!!]
"Yuk ah,lama."
🐵
Yakinla!! Gue kangen masa ini,tapi gue gaberani buat jumpa sama mereka!!
Heyo,whatsup gengs!! Temu kgn nih sm guee,yuks suport dan komennya:)
Selamat menunaikan ibadah puasa teman teman:),jangan lupa #stayathome jangan kemana mana, mending baca wp aj hehe:)
Enchancer!
Muahhh😘😘Witlup:donat🍩
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninety Five - Science Four [On Going]
Teen Fiction"Deraa, aku dukung banget tau kalo kau jadian sama Vano, jadinya kita bisa double date sama kavi." Seru Silva sambil diam diam sedang nail art dibangku barisan belakang. "Udah ah gausa bahas itu, nanti juga ada jawabannya aku gabisa kasi jawaban pas...