Gatau kenapa nulis cerita ini kembali buat sesek!!
Kenapa mau baca cerita ini?
🐵
Setelah sekian lama bersama dengan Revano yang makin sweet dari kejadian hari itu akhirnya Revano dan Dera semakin dekat dan dekat,hingga pagi ini literasi pertama mereka berjalan. Dera yang sudah sedari pagi menenteng nenteng novel dari rak buku pun dengan tenang keluar ngelantai dikoridor kelas,
Dengan Cyntia yang berada didepannya, sebenarnya alasan Dera berada dikoridor kelasnya adalah ingin melihat Dwi yang sedang olahraga dilapangan, alasan klasik emang. Padahal si Dwi adalah adik kelasnya.
Dengan santai Dera menselonjorkan kakinya dan menempelkan badannya pada tiang teras koridor, "Ehhh, Raaaa!!" teriakkan yang menganggu Dera membuat nya berdecak sebal. "Apasih Cyn?"
"Ituu, si Dwi ngeliatin kauu!"seru Cyntia yang melirik lapangan dan kemudian kembali menatap Dera sepenuhnya. "Masasihhh??"
"Sumpah, kau kalo dia gak ngeliat kegeeran. Nah kalo uda dia ngeliat gamau liat balik, sebahagia Dera aja deh,"
"Wkwkkw, gak gitu lo. Kesannya kek aku kali gitu yang suka sama dia, udala biarin."
"Waktu itu ngebet Ra gimanasi," sanggah Cyntia dan melirik sinis, "Waktu itu si."
🐵
Pulang sekolah kali ini Dera dikelas saja karena akan melaksanakan les bhs inggris yang biasanya lebih banyak dibuat main main, yeahh.
Dera sibandal dan Silva si pengikut, always berdua untuk bolos, kamar mandi perpus, kelas adkel,
"Van, rasanya gue pengen deh ngejauh dari lo," entah pemikiran dari mana Dera mengucapkan itu, ya pasanya Dera selalu merasa dia ga pantes buat mereka yang nyaris sempurna.
"Eh kenapa? Gue gak buat lo nyaman? Ada apaa?" tanya Vano seketika dan menghentikan permainan gitarnya.
"Bukan, bukan gitu. Cuma gue rasa ahh, kalo kita jauhan akan lebih baik. Mungkin," jawab Dera tak masuk akal membuat Vano diam seribu bahasa.
"Dan katanya adkel yang se sanggar tari samaku suka sama mu," ucap Dera lagi dan menunjukkan senyumnya.
"Oh karena ade kelas ni?" tanya Vano menangkap rasa cemburu, "Ya bukan-"
"Cantikan elu kok."
"Apa Van?" tanya Dera mencoba menanyakan kembali apa yang didengarnya, "Ha, apa? Enggak." ucapnya terbata dan kembali memetik senar gitarnya.
"Ahhh gak jelas lo, jauh gak ya?" tanya Dera dan menarik lengan Vano duduk disampingnya.
"Ya enggakla, apaansi?" ucap Vano kesal dan kemudian bernyanyi didepan hadapan Dera.
"Request dong gue!" seru Dera membungkam rasa kesalnya, "Mau lagu apa bidadari Vano?" tanya Vano dengan cengiran khasnya
'Ahh buat Dera meleleh saja, bisa saja kau ini Van.'
"Emmm, lagunya itu Bidadari tak bersayap datang padaku itu tapi gatau judul."
"Ohh aku tau, Bidadari mau dinyanyain bidadari?" tanya Vano lagi membuat Dera melting, ahhh Vano bikin gilaaa.
"Vann ih."
"Hahahaha, gemesh ih kalo lagi kesel." jawab Vano dan mencubit pelan pipi Dera sambil tertawa.
'Yak hatiii, jangan berdebarr, jangan memanas jangan bergejolakkk ohhhh tolong!!!!'
"Siap siap pangeran mau nyanyi buat bidadari hehe.."
"Vanooo!ih." ucap Dera sebal dan memukul lengan Vano pelan, kemudian tertawa dan mulai mengalunkan lagu bidadarinya Vano.
🐵
Hey..
Kemaren mau rajin up, tapi dua part yang uda ditulis ilang, jadi ini baru ada waktu nulis disempatkan nulis dan publish.
3capter sekaligus semoga suka!!
yakinla aku benci adegan ini😭, benci bangettt. Berasa bat piso tajemnya:(((
VOTMENT JANGAN LUPA, NNT KALO BANYA YG PENS AKU BUAT GRUP WATSAP KHUSUS CERITA AKU EKWKWK:))
SEE U😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninety Five - Science Four [On Going]
Teen Fiction"Deraa, aku dukung banget tau kalo kau jadian sama Vano, jadinya kita bisa double date sama kavi." Seru Silva sambil diam diam sedang nail art dibangku barisan belakang. "Udah ah gausa bahas itu, nanti juga ada jawabannya aku gabisa kasi jawaban pas...