Part 49

758 25 2
                                    

Sore yang indah, ya begitulah bagi seorang Hyejin, tak ada lagi yang mampu menggambarkan indahnya

Sore ini ia habiskan untuk mengitari kota dan menikmati indahnya, ini musim gugur, musim dimana daun daun seolah menyerah pada rantingnya

Daun daun yang sudah sampai pada usianya, serta ranting yang setia kokoh untuk melepasnya, seperti mengajarkan bentuk keikhlasan menurutnya.

Berjalan bersama pria yang selalu mendampingi nya, mendukung serta menjaganya, benar benar indah

Satu tempat yang selalu ia datangi saat musim ini tiba, tempat yang sepi, sedikit gelap, dan mungkin menyeramkan bagi sebagian orang, namun menyimpan keindahan.

Langkahnya ringan menyusui jalan, dengan hembusan angin dan dedaunan yang berserakan, menambah kesan tenang yang ia rasakan.

Sampai akhirnya ia merasakan kehadiran seseorang, namun ia berusaha menepis pikirannya, ini tempat umum bukan

Tapi seiring langkahnya, ia semakin merasa tidak tenang, batinnya mengatakan prianya dalam bahaya, ia tak tau kenapa tapi keyakinannya begitu besar.

Hingga saat ia memutuskan untuk berbalik, ia melihat sepasang manik yang mengancam, dan saat segera ia menggeser tubuhnya, ia merasakan sakit yang amat menyiksa, ya peluru panas telah tertanam di jantungnya

Detik itu pula ia tak lagi merasakan apa apa, benar benar tenang, tak ada lagi suara suara yang mengganggunya, bahkan jantungnya. Menghantarkannya pada tenang yang selama ini ia puja, ketenangan yang abadi.

Menyisakan dua sosok lain dengan keterkejutannya. Ia memang bukan orang yang jahat, namun ini bisa di bilang kejam, pergi tanpa mengatakan apapun, dan tanpa memperdulikan siapapun.

-

Detik seolah berhenti, sejuk tak lagi terasa, angin tak lagi berhembus, seolah mendukung ketegangan yang tercipta

Di sana, dua pria berdiri mematung dengan tatapan yang tak terbaca, iris tajam itu semakin menajam menatap iris sendu di depannya

Tak ada jeritan, tak ada tangisan, hanya ada sepasang mata yang sangat menyeramkan, mengisyaratkan satu tanda kematian

Gejolak itu semakin membara, membakar jiwa seorang pria bermanik tajam yang semula tenang, membuat suasana kelam itu semakin mencekam

Hingga tak lama setelahnya, rentetan suara tembakan memecah keheningan, memperlihatkan tubuh yang perlahan tumbang

Pepohonan dan dedaunan menjadi saksi bisu atas bagaimana darah mereka berpadu, mewarnai jalanan yang semula kusam, dengan warna pekat yang begitu menyedihkan

Hari itu satu jiwa telah menjumpai balasannya, namun tidak dengan jiwa yang lainnya, ia tak seharusnya berada di sana, disini masih tempatnya, ia seharusnya masih menghirup udara, namun semesta tak mengizinkannya

***

Sore akan segera menjemput malam, saat jingga perlahan memudar, seorang pria duduk dengan tenang ditemani lembaran kertas yang tak lagi ia perdulikan

Ia memang terlihat tenang, namun hatinya terasa gusar, ia tau hal buruk mungkin sudah terjadi, namun ia tak tau itu bahkan jauh lebih buruk dari yang ia bayangkan

Ia terus berkutat dengan pikiran nya, tanpa memperdulikan waktu yang telah bergulir, memperlihatkan jarum jam yang telah menukik tajam

Saat jingga sudah benar benar hilang, benda pipih di hadapannya bergetar, menandakan masuknya satu pesan

Bantu aku, aku sangat membutuhkan bantuanmu, datanglah ke apartemen yang ku sewa, aku ada di sana, segera.

Pesan itu datang dari seseorang yang sangat ia kenal, seseorang yang beberapa saat lalu meninggalkan tempat yang sampai sekarang masih ia singgahi

Tanpa berpikir panjang, ia bangkit dari duduknya, ia pikir permainan sudah berakhir.

-

Pria dengan setelan formal memasuki satu tempat yang memang ia tuju, langkahnya tenang membawanya pada pemandangan yang menyeramkan

Bukan, bukan ini yang ia harapkan, ini memang permainan yang ia ciptakan, namun bukan ini yang ia harapkan

Ia hanya ingin melihat satu dosa di pertanggungjawabkan, serta membongkar sebuah sandiwara, bukan melihat tiga sosok yang telah meregang nyawa

Ini bukan bagian dari rencananya, ini bukan permainannya, ini adalah permainan semesta yang menjebaknya

Sesal pasti ada, namun ia sadar sesalnya tak akan mengembalikan semua seperti semula

Ini sudah terjadi, takdir sudah menjemput mereka, lihatlah bagaimana takdir mentertawakannya

"jadi apa yang harus ku bantu, membantu mengntarmu ke makammu, karna kau tak mungkin berjalan sendiri ke sana begitu? Baiklah!"

Tbc~

Maaf pendek, double up kok tenang.
Selesai nih :'(

Makasih kalian yang udah mau baca cerita ga jelas ini, makasih yg udah mau support, dan makasih buat yang masih mau nunggu padahal author nya ilang ilangan terus. Jujur kalu aku ga baca comment kalian mungkin cerita ini ga bakal lanjut.

Makasih semua.
Sayang kalian.

-Afi

Sweet PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang