9 - Siapa?

1.2K 190 75
                                    

Nb. Akan ada pertanyaan di akhir bab ini. Mohon di jawab, jawaban kalian menentukan alur dan ending.

Ga jawab ntar aku gantungin aja endingnya.


***


Sehun berjalan dengan tergesa ke dalam rumahnya. Seharusnya dia pulang nanti sore, karena koleganya mengundang untuk makan siang.

Tapi semalam setelah rapatnya selesai saat dia menelepon Jongin, pria manis itu memintanya segera pulang. Alhasil Sehun mengemudi tengah malam untuk pulang. Sampai pukul 5 pagi di Seoul.

Sehun menaiki tangga menuju kamarnya. Karena ada yang menginap dia menyimpulkan bahwa Jongin tidur di kamarnya.

Cklek.

Benar saja, pria itu tengah meringkuk di kasurnya. Sambil memeluk boneka beruang besarnya. Sehun mengambil tempat kosong di sisi kasur, tidur di sebelah Jongin dan memeluknya dari belakang.

Hidungnya bergesekan dengan tengkuk Jongin, aroma tubuh pria tan itu membuatnya candu. Bahkan saat dia bersama Luhan dulu, rasanya tidak secandu ini.

"Sehun?" Jongin bergumam, terbangun karena lengan erat yang memeluk perutnya.

"Kenapa Jongin?"

Jongin membalikkan badannya, balas memeluk Sehun dengan erat. Menyelusupkan dirinya ke dada bidang Sehun.

Dengan lembut Sehun mengelus surai Jongin. Dia menunggu pria manis dalam dekapannya itu untuk bicara.

"Ada yang mengirim sesuatu."

"Dari pria itu lagi?"

"Bukan."

"Bagaimana kau tahu itu bukan darinya, Jongin?"

Jongin kembali dalam keterdiamannya. Kepalanya mendongak menatap Sehun. Ragu harus mengadu atau tidak. Sebenarnya Jongin tidak peduli, dia merasa tidak memiliki musuh.

"Ada apa?"

"Tikus mati dengan darah segar dan organnya yang hampir keluar."

Sehun mengernyit, antara kaget, jijik, dan bingung dengan ucapan suami manisnya itu.

"Itu isi kirimannya."

Napas Sehun tercekat, kaget dengan fakta tadi. Dan sedikit bingung karena Jongin mengadukan hal seperti itu seperti itu bukan masalah besar.

"Biarkan saja dulu untuk sekarang, ya?" Jongin menepuk pelan pipi Sehun, berusaha menenangkannya.

Sehun meraih tangan Jongin, mengecupi telapak tangannya. Bergumam menanggapi permintaan Jongin. Hal seperti ini tentu saja tidak bisa dia abaikan, tapi pria manis dalam dekapannya ini meminta.

Lalu dia bisa apa?

Membiarkan, sesuai perintah istrinya.

Dengan lembut Sehun mengelus punggung istrinya, mengembalikan Jongin ke alam mimpi. Sehun tahu Jongin semalaman terjaga. Mungkin saja dia tadi ingin mencoba tidur, tapi terganggu karena kedatangan Sehun.

Tidak butuh waktu lama bagi Sehun untuk memastikan Jongin tertidur, lelap. Kali ini, sungguh lelap. Nyenyak terbuai dalam mimpi.

Setelah memberikan kecupan sekilas pada kening istrinya, Sehun beranjak keluar. Menuju pintu belakang yang menghubungkannya langsung dengan halaman.

Pukul 6 kurang, hawa Seoul dingin, berkabut. Orang-orang pasti masih bergumul dengan selimut. Tidak dengan Sehun, dan wanita yang sedang duduk jongkok di depan pintu dengan asap di sekitarnya.

HeavenWhere stories live. Discover now