“Mulutmu lebih kejam daripada perlakuanmu terhadap ku”
.
.
.
.“
Hai, Mars, selamat yaa kamu udah menang di olimpiade Mipa se Jawa-Bali. Aku ikut senang deh,” ucap Aurel, gadis manis berponi yang selalu ada disamping seorang Marshall Arkenzo yang menjadi bulan-bulanan temannya.
“Iya makasih, Aurel” jawab Mars dengan senyum.
Hening.Tidak ada pembicaraan setelahnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari depan kelas 11 Mipa 1 yang notabene nya adalah kelas Mars.
“Itu ada apa ya, Mars?”
“Nggak tahu, udah biarin aja.”
“Woyy, Mars, dirimu dicariin noh sama primadona sekolah. Cepetan metu!!” teriak Anton sang ketua kelas yang memang suka mencampur bahasa jawa dan bahasa Indonesia jika bicara.
“Primadona sekolah siapa, Rel?”
Aurel hanya mengedikkan bahu.
Sedangkan di luar kelas, gadis berambut cokelat sedang sibuk uring-uringan dengan teman-temannya itu,
“Gue gamau ah, mau taruh mana muka gue kalau nembak si cupu itu!” amuk gadis manis itu.
“Udah deh, Ven, lo harus sportif dong. Gue udah ngelakuin dare gue kemarin, sekarang tinggal lo yang belum,” ucap Zifa menggebu.
Ya, kemarin Zifa telah melaksanakan dare dari teman-temannya yaitu ia harus fotbar sekaligus minta diantar pulang oleh kakak kelas yang selama ini ia suka selama diam-diam, dan hasilnya Zifa berhasil melakukan dare nya itu.
“Ishh lo mah enak dare nya, lah gue. Haduuhh nggak ya, gue nggak mau,” keukeh gadis itu.
“Ihh gabole gitu kemarin lo menyanggupi dare kita, Ven. Apa perlu gue putar rekaman omongan lo kemarin, ha?” ancam Dera.
“Udah tuh, dia keluar noh. Sana samperin.”
Ke empat teman-teman gadis itu mendesak gadis manis itu supaya cepat-cepat menghampiri si target.
“Inget, Ven. Dia harus nerima lo, kalau nggak paksa aja”
Gadis itu hanya menatap tajam ke empat temannya yang hanya dibalas cengiran oleh mereka.
Mau tidak mau, dan dengan ragu-ragu gadis manis itu berjalan menghampiri lelaki yang menjadi target nya. Saat sudah di depan target, gadis manis itu menatap intens orang yang di depannya ini.
Sedang yang di tatap gugup, terlihat dari beberapa kali ia meneguk ludahnya sendiri. Kini semua pasang mata tertuju pada dua insan tersebut. Banyak dari mereka ingin tahu apa yang sedang primadona sekolah lakukan kali ini. Membully? Tidak mungkin, karena yang biasanya dia bully hanyalah orang-orang yang mencari gara-gara dengannya, sedangkan cowok di depan ini tidak mungkin mencari gara-gara dengan primadona sekolah. Sangat tidak mungkin.
Gadis manis itu menoleh kebelakang dan mendapati teman-teman nya yang sedang memasang wajah menunggu. Gadis itu menghembuskan nafas gusar dan kembali menatap orang yang di depannya dan yang terjadi berikutnya adalah.....
“Marshall Arkenzo, hari ini, detik ini, dan menit ini juga kita jadian. Lo jadi pacar gue, gak terima penolakan.” Ucap gadis itu dengan sekali tarikan napas
Hening.
“Ta—tapi. Kita kan—“
“Lo budeg? Gue gak terima bantahan dan penolakan!”
Setelahnya gadis itu dan teman-teman nya pergi meninggalkan kegaduhan yang terjadi akibat ulah mereka.
“Gila, gila, gila, ini beneran dia nembak si cupu?”
“Breaking news nih”
“Cantik si boleh, tapi seleranya nggak banget ih”
“Yahh patah hati nasional ini mah”
“Kenapa nggak nembak gue aja sih, gue kan mau”
“Dahlah dah males liat drama. Kemarin gue nembak ditolak, gue se ganteng ini, bro, ditolak ama dia. Ehh gatau nya sekarang dia nembak cowok, cowok cupu lagi."
Kira-kira itulah cuitan-cuitan dari para siswa dan siswi SMA BINTANG setelah melihat tontonan gratis tadi.
“Gausah dengerin mereka, mereka kan gatau kalo ini semua cuma main-main.”
“Nah, bener tuh kata si Dera gausah dengerin bacotan mereka. Mending sekarang kita ke kantin aja skuyy,” ajak Bila.
Setibanya mereka di kantin semua pasang mata tertuju pada kelima gadis yang baru saja memasuki area kantin. Tidak, mereka tidak terfokus pada kelima nya, mereka hanya fokus pada satu gadis yaitu Amanda Avenussa P, gadis manis, primadona sekolah, most wanted girl, yang baru saja menyatakan perasaan pada seorang Marshall Arkenzo, si cupu yang pintar dan selalu menjadi bulan-bulanan teman kelasnya. Berita itu cepat menyebar bahkan kejadiannya baru saja 5 menit yang lalu.
Tiba-tiba dari belakang mereka ada seseorang yang mencekal lengan Venus, dengan cepat gadis itu menoleh dan mendapati seorang pria jangkung nan tampan,
“Ikut aku!” ucapnya dengan suara dingin.
“Bentar guys, kalian duluan aja.”
Setelah kedua insan itu pergi menjauhi area kantin dan menuju ke taman sekolah yang sepi dan jarang sekali di lewati para siswa, pria itu langsung melepas cekalan pada tangan Venus,
“Kenapa kamu jadian sama Mars?”
“Bukan urusan lo!”
“Ven, aku udah suka sama kamu mulai dari smp dan kamu tau itu, tapi kenapa sekarang kamu malah jadian sama orang lain disaat aku lagi berusaha deketin kamu. 5 tahun, Ven, aku sabar menghadapi kamu, dinginnya kamu, cuek nya kamu, aku terima semua itu. Tapi kenapa sekarang kamu malah gini?”
“Udah? Apa ada yang mau di bicara kan lagi? Kalau nggak gue mau ke kantin. Laper.”
“Ven, hargai aku sedikit aja, bisa?” ujar cowok itu dengan tatapan sendunya.
“Mau di hargai berapa? 50.000? 100.000? Atau 1 juta? Mau berapa?”
Sudah cukup. Pria itu merasa terhina oleh ucapan gadis pujaannya.
“Kamu tau, Ven, kata-kata kamu itu ngelukai aku.”
Setelahnya pria itu pergi dengan segala kesedihan nya. Lalu Venus? Gadis itu tetap diam di tempat sambil menatap punggung yang mulai menjauh dari pandangannya.
Maaf, Lang.****
see you next chapter guyss!!
Jangan lupa vote dan komennyaa✨
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEN
Teen FictionWARNING!!! | Cerita ini mengandung banyak teka-teki, jadi jangan bingung yaa:) | ----------------------------------------- "Sampai kapan pun gue nggak akan pernah jatuh cinta sama cowok cupu kek dia!" -Amanda Avenussa P.- "Kenapa kamu datang tiba-ti...