Happy reading ❣️
.
.
.
.
.Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Kelima gadis cantik pentolan sekolah itu sedang siap-siap untuk menuju parkiran sekolah.
“Bila, lo lemot banget elah, buru!” ucap Fika gemas.
“Iiihh Fika sabar dong, gue lagi ngecek isi kotak pensil gue lengkap apa kagak,” balas Bila .
Yah seperti itulah Bila, dia akan mengecek barang-barangnya apakah sudah lengkap apa belum, jika ada 1 saja benda yang hilang maka dia akan mencarinya sampai ketemu. Kalau tidak ketemu? Dia akan mogok tidak membawa kotak pensil selama 3 hari. Benar-benar aneh memang.
“OMGGG!!!” teriak Bila
“Bila jangan teriak-teriak!!” bentak Venus
“Bolpoin Hello Kitty gue ilang ☹️” ucap Bila dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
“Kok bisa?”
“Lo ada minjemin ke anak kelas nggak?”
Bila mencoba mengingat-ingat kembali, siapa teman kelasnya yang meminjam bolpoin kesayangannya itu.
“Gue inget!” ucap Bila semangat
“Nah siapa yang minjem?”
“E-eh ng...nggak ada yang minjem bolpoin gue kok.”
“Terus lo inget apaan tadi?”
“Emm anu i—itu gue baru inget kalo bolpoin gue yang itu udah abis trus gue buang,” ucap Bila dengan cengirannya itu.
“Kudu ekstra sabar gue temenan sama lo, Bil,” ucap Zifa.
“Lo udah buang waktu gue 8 menit cuma buat ketololan lo itu,” ucap Venus tajam.
“Ya sorry gaiss,” ucap Bila sambil memasang wajah sedih.
“Udah ah, buru kita pulang,” ujar Dera
“Dera gue nebeng lo ya, abang gue lagi gabisa jemput,” ujar Fika
Dera hanya mengangguk.
Akhirnya kelima gadis itu keluar kelas dan menuju parkiran.
“Eh, ada si cupu. Nyari Venus yaa?” ujar Zifa yang memang melihat Mars lebih dulu.
Mars tidak menghiraukan ucapan Zifa tadi. Mata Mars langsung tertuju pada mata indah Venus yang juga menatapnya dengan tatapan tajam.
“Kalian duluan aja,” ujar Venus pada keempat temannya.
Setelahnya mereka meninggalkan Venus hanya berdua dengan “pacar” nya itu.
“Aku mau ngomong sama kamu.”
“To the point.”
“Maksud kamu apa nempelin kertas yang ada gambar monyet itu dipunggung aku, pake permen karet bekas lagi,” ucap Mars sambil membenarkan letak kacamata bulatnya itu.
“Kenapa? Malu?” jawab Venus dengan nada mengejek
"Siapa yang nggak malu dikerjai seperti itu,” ucap Mars dengan nada sedikit tinggi.
“Itu pembalasan gue terhadap lo. Siapa suruh lo tempo hari juga mempermalukan gue, hah?!”
“Udah aku tebak. Pasti kamu balas dendam.”
“Terus mau lo apa? Gue minta maaf ke lo gitu? Sorry-sorry aja nih ya, seorang Venus tidak akan pernah minta maaf duluan ke orang lain, karena apa yang gue lakukan selalu bener,” ucap Venus tajam.
Setelahnya Venus pergi, tapi baru selangkah tanpa sadar Venus menginjak tali sepatunya yang menyebabkan dia jatuh ke depan. Belum sempat Venus jatuh, tangan seseorang menarik lengan Venus dan menyebabkan Venus tidak terjungkal ke depan, tapi malah menabrak dada bidang orang tersebut.
Venus belum menyadari hal tersebut, hingga tiba-tiba tubuh Venus di dorong ke belakang hingga menyebabkan ia menabrak dinding,
“AWWW”
“Ma—maaf, Ven,” ucap Mars gugup.
“Sakit bego. Ishh lo tuh ya Mars selalu bikin gue naik darah tau nggak. Sakit tau punggung gue, kasar banget jadi cowok,” omel Venus.
“Maaf aku nggak sengaja,” ulang Mars lagi
Tiba-tiba dengan gerakan cepat Venus menginjak kaki Mars sangat keras sehingga meyebabkan sang empunya menjerit kesakitan,
“ADUUHHH”
“Rasain lo!”
Kemudian gadis itu pergi menjauh dan hilang dari pandangan Mars. Tanpa sadar Mars tersenyum tipis kala mengingat omelan Venus.
Menarik juga.
***
Venus terus menggerutu sampai di parkiran, ia sangat kesal dengan Mars.
“Gila tuh orang, sakit punggung gue anjirr.”
“Ven?”
Suara berat seseorang menghentikan dumelan Venus, “Langit?”
“Lo kenapa kok kayak nahan sakit,” tanya Langit.
Tapi ada yang berbeda dari cara bicaranya. Ah iya, Langit kini tak memanggil dengan sebutan aku-kamu lagi seperti biasa, tapi dengan sebutan lo-gue. Entah mengapa Venus merasa aneh pada dirinya saat Langit merubah gaya bicaranya.
“Eh nggak apa-apa kok, Lang.”
“Oh yaudah. Oh iya besok pagi kita ada latihan basket, jangan sampe bolos latihan lo. Empat hari lagi kita tanding.”
“Iya. Berarti besok latihan terakhir dong sebelum hari tenang?”
“Iya.”
“Langit,” suara perempuan di belakang tubuh Langit mampu menarik perhatian Venus.
“Eh Ven, gue pulang dulu ya, Chila udah nunggu gue,” ujar Langit sambil tersenyum manis.
Senyum itu yang dulu hingga kini mampu menghipnotis seorang Amanda Avenussa. Venus hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian dilihatnya kini Langit sedang membonceng Chila di atas motornya. Motor yang dulu jadi saksi bisu kenangan indah Venus dengan Langit.
“Nggak boleh nangis Venus, nggak boleh nangis... ini yang lo harapkan.”
Tak mau terus diam memandang dua sejoli itu, Venus buru-buru masuk ke mobilnya dan melajukan mobilnya ke apartemen miliknya.
***
Hari Sabtu menjadi hari yang sangat sibuk bagi Venus. Bukan sok sibuk, tapi memang Venus benar-benar sibuk. Di pagi harinya ia awali dengan latihan basket untuk persiapan tanding.Sekarang Venus tengah berada di sebuah Gor basket, ia tengah mendribble bola dan melakukan headpast ke temannya. Namun, orang yang diberi umpanan oleh Venus tidak dapat mengambil bolanya alhasil bola basket berada di tangan lawan.
Venus mencoba merebut bola basket itu dan hap, ia mendapatkannya dan segera ia melakukan shoot di three point. Bola melayang menuju ring dan mengenai papan ring, setelahnya bola masuk dengan sempurna.
Priiitttt.....
“Break dulu 10 menit,” ucap bang Darko, pelatih basket mereka.
Keringat mengucur deras di pelipis Venus, ia benar-benar lelah dan haus sekali.
“Venus, lo haus kan. Gue ada minum nih kebetulan tadi gue beli 2,” ujar Steffy salah satu anggota tim basket putri yang sudah akrab dengan Venus.
“Thanks.”
Tak lama Bang Darko menghampiri para tim putri yang sedang berkumpul untuk istirahat.
“Waahhh waaahhh kayaknya kalian sudah siap banget nih buat tanding. Tadi gue liat kalian mainnya semangat banget.”
“Iya dong bang, udah gak sabar mau tanding. Mau bawa pulang piala lagi,” jawab Dini.
Bang Darko hanya manggut-manggut mendengar jawaban Dini.
“Eh yang putra sini kumpul, gue mau eval nih,” teriak Bang Darko pada tim putra. Kini baik yang putra maupun putri sedang menatap dan mendengarkan evaluasi dari sang pelatih.
“Untuk yang putri, tadi si Diva kurang cepat aja buat nangkep bola umpanan dari Venus. Harus fokus ya Div. Buat yang lain juga harus fokus, oke?" Bang Darko menjeda ucapannya, "untuk yang putra, Langit, lo ada masalah ya? Dari tadi diberi umpanan bola selalu nggak bisa nangkap. Terus nge-shoot bolanya selalu meleset nggak kayak biasanya. Kalau ada masalah, jangan dibawa ke basket ya. Harus profesional,” ucap Bang Darko tegas.
Langit hanya mengangguk, Venus melihat ada yang tidak beres dari Langit. Ia harus bicara pada Langit saat pulang nanti.
“Yaudah evaluasi hari ini cukup. 3 hari ke depan adalah masa tenang. Selamat beristirahat sebelum bertempur, oke?”
“Siap, Bang!” jawab semuanya.
Semua sudah pulang, Venus buru-buru menghampiri Langit. Cowok itu sedang duduk sambil memegang botol mineral yang masih utuh dengan pandangan kosong.
“Langit?” sapa Venus lembut.
Yang dipanggil mendongakkan kepalanya dan melihat Venus sebentar kemudian mengalihkan pandangan. Venus menghela napas berat, dia dengan hati-hati duduk di sebelah Langit.
“Ada masalah?” tanya Venus hati-hati.
Langit hanya diam.
“Lo bisa cerita sama gue.”
“Kenapa?” tanya Langit masih sambil menatap lurus pada botol mineralnya.
Venus mengernyitkan dahinya, dia bingung.
“Kenapa apa?”
“Kenapa gue harus cerita sama lo?""Ya karena gue temen lo, gue peduli sama lo."
"Kenapa lo peduli sama gue? Bukannya selama ini lo selalu bersikap bodo amat sama semua tingkah dan kelakuan gue? Kenapa sekarang jadi care?” ucap Langit menatap lurus mata indah Venus.
“Gu—gue... gue cuma ma—“
“Pergi,” ucap Langit dingin.
“Tap—“
“PERGI!!” bentak Langit.
Venus yang selama bersahabat dengan Langit tak pernah di bentak, sedikit kaget dengan bentakan itu.
“Lo bentak gue?”
Diam.
Ada apa dengan Langit? Kenapa dia jadi marah-marah sekarang, bukannya kemarin dia masih menyapa Venus ramah? Kenapa sekarang jadi seperti ini?Merasa sudah sakit hati karena dibentak Langit, Venus memutuskan berdiri dan langsung meninggalkan Langit. Merasa seseorang disampingnya telah pergi, Langit menoleh dan melihat pungung Venus yang bergetar sambil berlalu pergi.
“Jangan nangis, Ven,” lirih Langit.****
Hayoloo Langit kenapa ya?? Ada yang bisa nebak?? Hehehe
Oh iya maapkan daku yaa karena suda lama tidak up😊
Jangan lupa voment nya gaiss:)
See you next chapter ❣️❣️❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEN
Teen FictionWARNING!!! | Cerita ini mengandung banyak teka-teki, jadi jangan bingung yaa:) | ----------------------------------------- "Sampai kapan pun gue nggak akan pernah jatuh cinta sama cowok cupu kek dia!" -Amanda Avenussa P.- "Kenapa kamu datang tiba-ti...