Bab 15

14 4 1
                                    

Happy reading 💛💛💛
.
.
.
.

Seorang wanita paruh baya itu kini sedang duduk santai sambil menyesap segelas teh hijau hangat. Ia meminum teh itu sambil melihat para orang-orang yang dipekerjakannya mendekor rumah bergaya eropa klasik yang sangat mewah itu. Malam ini akan diadakan pesta dirumah mewah itu, akan ada banyak para tamu yang datang mulai dari para selebriti hingga orang-orang penting negara.

“Permisi, Nyonya besar, ada tuan muda ingin bertemu, Nyonya,” ucap salah satu pelayan rumah

“Suruh dia tunggu saya di ruang pribadi,” ucapnya tegas

“Baik, Nya,” setelahnya pelayan itu pergi dari hadapan wanita itu.

Wanita itu diam-diam tersenyum sebelum berdiri untuk menemui putra semata wayangnya. Ia menaiki satu persatu anak tangga yang akan membawanya menemui putranya. Perlahan tapi pasti ia mendorong pintu jati bercat putih dan terlihatlah lelaki tampan dengan garis rahang tegas dan juga hidung mancung yang diwariskan dari alm suaminya. Wajah putranya perpaduan kontras antara dirinya dan suaminya, perpaduan wajah Pranciss dan Indonesia asli.

“Mom,” ucapnya pelan

“Menunggu lama, sayang?”

Laki-laki itu hanya menggeleng pelan, “Ada apa?”

“Aku hanya merindukanmu, Mom,” ucapnya sambil tersenyum manis

“Hei, ada apa ini? Baru kemaren kau datang menemui Mom dan sekarang kau bilang rindu, hmm?”

“Rindu tidak kenal waktu, Mom.”

Wanita paruh baya itu tersenyum, ia masih terlihat cantik dan bahkan lebih muda 10 tahun padahal usianya kini sudah menginjak kepala empat.

“Mom juga merindukan anak Mom.”

“Hanya aku saja?”

Wanita itu mengernyitkan dahinya bingung, “Iya, anak Mom hanya kamu, memang siapa lagi?”

“Venus juga anakmu, Mom, adikku juga.”

“Sampai kapanpun anak itu bukan anak Mom, dia hanya anak pembawa sial,” ucap wanita itu tajam.

“Mom, please—“

“Angkasa, kalau kamu menemui Mom hanya untuk membahas anak itu lebih baik kamu pergi saja!”

“Mom, sampai kapan Mom akan benci Venus?”
“Sampai Mom mati.”

Laki-laki itu hanya menghela napas berat kemudian ia berdiri berniat untuk pergi, tapi pertanyaan Mommynya membuat langkah laki-laki itu terhenti.

“Apa kamu mengundang dia ke pesta Mom?”

“Iya,”

“Kenapa kamu mengundang bocah sialan itu, Angkasa?”

“Karena dia masih bagian dari keluarga ini, dia masih anak Mom dan dia juga masih adik Angkasa!”

“BERHENTI MENYEBUT DIA ADIKMU DAN ANAK MOM, ANGKASA. SAMPAI KAPANPUN MOM TIDAK PERNAH MENGANGGAP DIA BAGIAN DARI KELUARGA PRAMANA!” teriak wanita paruh baya itu.

MARVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang