Happy reading ❣️
.
.
.
.
.Tak.
Suara sodokan stik billiard menggema di ruang besar nan sepi yang hanya ada beberapa orang di dalamnya.
“Yaahhh kalah lagi, kalah lagi.”
“Udah ke-bukti kan, Kenzo itu nggak bisa dikalahkan sama siapapun.”
Si pemenang hanya tersenyum miring melihat kawannya kalah.
“Lo mau apa dari gue, Ken?” tanya seorang cowok berambut ikal yang tadi kalah dalam permainan.
Cowok yang ditanya hanya mengelus dagunya sambil melihat ke atas seraya berpikir.
“Gue minta cewek lo yang baru boleh?” ucapnya sambil tersenyum devil.
“Enak aja lo. Tuh cewek masih polos, nggak sudi gue kalau lo minta si Anya.” ketus Rico.
“Hahahaha gue bercanda kali. Untuk saat ini gue belum kepikiran mau minta apa, ntar aja kalau gue udah kepikiran gue tagih utang lo.”
“Serah si bos deh,” jawabnya asal dan semua yang ada di ruangan tertawa renyah.
Setelahnya cowok itu pamit meninggalkan tempat dan menuju ke lantai bawah.
“Lo mau minum?”
“Iya, udah lama nggak minum.”
“Btw, gimana si doi udah lo buat jatuh cinta belum?”
Laki-laki yang kini mengenakan kaos putih polos dengan jaket bomer hitamnya, hanya tersenyum kecil.
“Belum saatnya.”
“Lo tau kan kalau dia cuma jadiin lo mainan?”
“Tau lah, gue nggak sebego itu.” ucapnya sambil menegak minuman berwarna bening itu.
“Oh iya bang Angkasa mau ketemu sama lo.”
“Kapan?”
“Besok. Di tunggu di basecamp.”
“Oke.”
Tidak ada pembicaraan setelah itu karena mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, hingga suara khas perempuan mengagetkan mereka.
“Daffa?”
“Eh Dera, lo ngapain disini?” ucapnya sambil menutupi kegugupannya.
“Gue mau cuci baju disini!” ucap Dera kesal. Bagaimana tidak kesal kalau pertanyaan yang dilontarkan Daffa sungguh tidak berfaedah.
“Hahaha bisa aja lawakannya,” ucap Daffa dengan tawa renyahnya, “Btw, lo sendiri?”
Dera menggelengkan kepalanya, “Enggak kok, gue sama Venus. Tuh dia.”
Dera menunjuk Venus yang kini tengah berjalan ke arah mereka. Siulan menggoda laki-laki hidung belang tak dihiraukan oleh Venus yang kini memakai mini dress hitam tanpa lengan yang nampak menawan di mata laki-laki.
Terlihat dari lampu yang kelap-kelip Venus sekali duakali menepis tangan nakal para lelaki.
“Hai Daf, disini lo?” sapa Venus saat ia sudah berhasil menyusul Dera.
“Eh hai, Ven.”
“Siapa tuh disebelah lo?” tanya Venus yang melihat laki-laki itu yang daritadi hanya diam menyaksikan interaksi mereka bertiga.
“Eh iya, siapa tuh? Gue tadi mau tanya lupa.”
Daffa hanya diam, dia bingung mau menjawab apa.
“Lo belok ya, Daf?!” teriak Dera tiba-tiba.
“Eh kutil semut, sembarangan lo kalau ngomong,” sungut Daffa.
Tiba-tiba laki-laki itu mengulurkan tangannya kepada Venus, “Gue Kenzo.”
Venus menatap lekat wajah dan mata laki-laki di depannya ini, ia merasa tidak asing dengan wajahnya. Venus menyambut uluran tangan laki-laki itu.
Dingin.
Itu yang dirasakan Venus saat tangan mereka saling bersalaman.
“Venus,” ucap Venus dengan senyum manis.
“Gue nggak tanya,” ujar laki-laki itu dengan nada ketus.
What?!
Kalau nggak tanya ngapain ngulurin tangan sambil nyebutin nama? gue kira kan ngajak kenalan bambank! – batin Venus
Venus langsung mengeluarkan sumpah serapah untuk laki-laki songong di depannya ini. Setelah selesai bersalaman, laki-laki itu pergi dan meninggalkan Daffa, Dera, dan Venus.
“Siapa sih tuh orang, bikin mood gue tambah jelek aja, ishh!” omel Venus.
Dera yang mendengar omelan Venus hanya meringis, sedangkan Daffa yang memang daritadi sudah bingung ditambah sekarang Venus ngomel dan temannya tadi pergi, tambah membuat dia lebih bingung.
“Emmm... gue duluan ya ciwi-ciwi, daadaaa,” ujar Daffa sambil melambaikan tangannya dan berlalu pergi.
***
Ngantuk. Itu yang dirasakan Venus saat sudah sampai apartemennya. Saat ia mulai berjalan menuju kamarnya, ia melihat bayangan abangnya sedang duduk di sofa ruang tamu.
“Ke club lagi, heh!” ucap laki-laki dengan wajah letih itu dengan tajam.
Venus tak menghiraukan ucapan abangnya, ia ingin segera sampai kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang sangat letih itu.
Laki-laki itu melihat kelakuan Venus hanya menggelengkan kepalanya. Niatnya kesini ia ingin mengobrol dan menyampaikan sesuatu pada Venus, tapi rupanya sang adik sedang tidak ada dan terpaksa ia menunggu sampai tengah malam. Sekarang saat adiknya sudah pulang, malah ia diabaikan seperti tadi.
“Dasar planet putih!”
Lalu laki-laki itu berjalan menuju kamar tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang remuk seperti habis dikeroyok masa oleh warga.
***
Sinar matahari yang menerobos masuk ke jendela kamar membuat gadis yang tengah asyik tertidur kini terpaksa membuka matanya karena tidurnya yang terganggu.
Segera gadis itu bangkit dari ranjangnya dan bergegas ke kamar mandi. Setelah 20 menit ia melakukan ritual mandi dan sudah memakai seragam sekolah, kini ia berjalan menuju dapur untuk mengambil mie instan untuk sarapannya pagi ini. Namun, sebelum sampai di dapur ia mencium aroma sedap dari dapurnya. Ia melihat seorang laki-laki yang 5 tahun lebih tua darinya kini sedang sibuk menata makanan di piring.
“Ngapain?” ucap gadis itu sambil bersedekap dada.
“Mandiin kucing,” ucap laki-laki itu sewot sambil berjalan membawa piring berisi makanan ke meja makan, “Sini, Ven, kita sarapan bareng. Habis itu abang antar kamu ke sekolah.”
“Aku bukan anak kecil lagi yang masih harus di antar ke sekolah!” ucap Venus tajam sambil berjalan ke arah meja makan.
“Kali ini aja, Ven. Mau ya?”
“Gak.”
Setelahnya tak ada pembicaraan lagi. Venus sibuk mengambil nasi goreng buatan abangnya yang bisa dibilang lumayan enak itu.
“Minggu depan mama ulang tahun, akan ada pesta kecil-kecilan. Abang harap kamu datang.”
Krikk.. kriikk..
Venus tidak menanggapi ucapan abangnya itu.
Setelah makanan di piringnya habis, Venus bergegas bangkit dari duduknya dan segera pergi dari orang yang dihadapannya ini. Namun, sebelum Venus melangkah lebih jauh ia sempat berhenti dan menolehkan wajahnya sedikit ke samping, “Venus nggak mau datang. Percuma buang-buang waktu!”
Setelahnya Venus benar-benar pergi dan melajukan mobilnya menuju sekolah karena 5 menit lagi bel sekolah berbunyi. Sudah dipastikan Venus telat lagi.
Sedangkan laki-laki tadi masih terdiam di tempatnya. Adiknya itu memang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa berubah. Sepertinya luka yang ditorehkan oleh sang mama cukup membekas di hati gadis manis itu.
***
Venus sudah sampai di parkiran sekolah, jangan ditanya mengapa ia bisa berada di parkiran saat ini. Itu semua atas jasa Pak. Hamid satpam sekolah yang sudah dianggap Venus sebagai temannya sendiri.
Sebelum ia membuka pintu mobilnya, Venus mengecek hp nya yang ternyata ada satu notifikasi dari abangnya itu, “Pestanya jam 7 malam, kamu bisa datang kalau berubah pikiran.”
Venus hanya tersenyum kecut, kemudian membuka pintu mobil dan segera menuju koridor kelasnya. Saat Venus sedang berjalan menuju kelasnya dengan santai tiba-tiba dari arah berlawanan ia melihat Langit sedang bersama Chila. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Sungguh demi kucingnya Bu. Mil yang ngelahirin anak marmut, hati Venus sangat terasa panas sekaligus sakit melihat pemandangan di depannya itu.
“Loh Ven, kamu telat?” tanya Chila saat mereka berdua sampai di depan Venus.
“Menurut lo?” jawab Venus ketus.
Chila hanya tersenyum mendapat ketusan dari Venus, “Gue tadi lewat kelas lo dan gue lihat kayaknya Pak. Bas lagi ngadain ulangan ya?”
Mampus. Kenapa Venus bisa lupa kalau hari ini ia ada ulangan bahasa Inggris?!
Venus yang semula memasang wajah kaget kini buru-buru merubah wajahnya menjadi sinis ke arah Chila. Entahlah semenjak hari dimana ia melihat Chila pulang bareng dengan Langit, disitu rasa tidak suka Venus terhadap Chila mulai tumbuh.
“Terus kenapa kalau kelas gue hari ini ada ulangan?”ucap Venus semakin ketus.
“Lo kan telat, Ven, jadi lo nggak bisa ikut ulangan.” jawab Chila yang sudah menahan emosinya karena sedari tadi Venus tidak bisa santai jika bicara dengannya.
“Terus kenapa kalau gue nggak bisa ikut ulangan. Eh dengar ya, cilok, mau gue telat, mau gue nggak ikut ulangan, itu semua bukan urusan lo. Urusin aja noh pacar lo yang suka caper sama gue!” balas Venus tajam dengan memplesetkan nama Chila menjadi cilok.
“Eh Langit tuh nggak pernah ya caper sama lo, yang ada lo tuh kegatelan sama Langit. Dasar bitch!”
“Kalau gue bitch lo apa dong? Kupu-kupu malam? Jalang? Atau simpanan om-om? Ups kayaknya sama aja deh, jadi bitch jangan teriak bitch.”
“VENUS JAGA OMONGAN KAMU!!” bentak Langit.
Venus yang dibentak seperti itu hanya diam dan menatap tajam Langit.
“Kita pergi!” ajak Langit dengan nada dingin. Langit dan Chila pun akhirnya pergi meninggalkan Venus yang kini juga menatap kepergian kedua orang yang sudah membuat moodnya pagi ini rusak.
Saat Venus hendak melangkah kan kakinya kembali, suara seseorang menghentikan langkahnya.
“VENUS LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI, SEKARANG!!” ucap seorang guru laki-laki dengan kopiah andalannya itu yang bertengger manis di kepalanya, oh jangan lupakan sabuk yang selalu menjadi senjatanya apabila menghadapi siswa-siswi bandel.****
Haloo readerss aku up lagi nihh😍
Oh iya kira-kira Kenzo itu siapa yaa?? Ada yang bisa nebak?? Yang mau nebak-nebak bisa langsung ramein kolom komentar yaaww:)Oke deh kalau gitu see you next chapter yaa❣️
Jangan lupa vote dan komennya✨
KAMU SEDANG MEMBACA
MARVEN
Teen FictionWARNING!!! | Cerita ini mengandung banyak teka-teki, jadi jangan bingung yaa:) | ----------------------------------------- "Sampai kapan pun gue nggak akan pernah jatuh cinta sama cowok cupu kek dia!" -Amanda Avenussa P.- "Kenapa kamu datang tiba-ti...