Hai,, apa kabar?? Masih ada yang membaca Scarla sampai bab ini? Boleh komen dong biar aku semangat nih updatenya :) Enjoy di chapter Sembilan yaah, luvv sekebon :)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Satu minggu berlalu dengan sangat pelan bagi Scarla. Scarla benar-benar bosan dengan rutinitasnya, dikelilingi pelayan yang selalu siap sedia melayaninya, kegiatan yang monoton dan lebih banyak santainya. Scarla bangun, sarapan, mengikuti kelas Miss Ella atau alih-alih bersantai di perpustakaan, mengobrol dengan Krissy, mengobrol dengan Adelaine melalui telepon, kembali makan, kembali tidur, lalu bangun lagi keesokan harinya dengan rutinitas yang hampir sama. Scarla bisa mati kebosanan disini.
Scarla membutuhkan setidaknya pekerjaan rumah tangga. Entah memasak, mencuci pakaian, menyetrika, berkebun, apapun yang bisa mengalihkan pikirannya dan menyalurkan tenaganya. Tetapi benar-benar tidak ada yang bisa dilakukannya disini, bahkan untuk mengambil air minum pun dilakukan oleh pelayan.
Hubungannya dengan Oscar juga tidak ada kemajuan, bukan berarti Scarla mengharapkannya. Pria itu nyaris mengabaikannya sepanjang waktu. Oscar sibuk dengan pekerjaannya di kantor dan ketika pria itu pulang, biasanya Scarla sudah tidur. Saat mereka bertemu di waktu sarapan pun biasanya Oscar akan makan dengan cepat, seolah-olah diburu-buru oleh waktu dan hanya menyapa Scarla seadanya. Ini baik bagi mereka berdua, Scarla hampir merasa lega karena tidak harus banyak berinteraksi dengan Oscar. Menurut Scarla, semakin sedikit komunikasi yang mereka lakukan, akan semakin baik untuk menutupi sandiwara ini.
Malam ini acara peresmian ketua yayasan Maxmigan diselenggarakan di salah satu hotel milik leluhur Maxmigan. Aula pertemuan sudah disulap sedemikian rupa untuk acara ini. Scarla tentu saja tidak dilibatkan dalam persiapannya, sehingga Scarla menatap takjub akan hasilnya. Bryan sudah memperkerjakan begitu banyak pekerja untuk mengurusi acara ini. Sepertinya pria tua itu tidak ingin ada cela apapun untuk acara sepenting ini dan hal ini hanya membuat Scarla bertambah gugup.
Dari siang, Scarla sudah melakukan serangkaian perawatan untuk mendukung penampilannya. Tubuh Scarla disikat hingga mengkilat dan bercahaya, kuku-kuku Scarla dibentuk sedemikian rupa mengikuti tren terbaru. Wajah Scarla di masker beberapa lapisan krim yang Scarla sendiri tidak tahu fungsinya untuk apa. Tepat satu jam sebelum acara, Scarla sudah siap. Rambut Scarla dikepang kebelakang lalu disanggul menjadi satu dengan gaya minimalis modern, tidak lupa hiasan pearl yang melingkari sanggulnya membuat Scarla tampak jadi lebih elegan. Scarla mengenakan gaun panjang model halter neck tanpa lengan berwarna biru tua dengan hiasan lace di bagian dadanya dan belahan sampai pahanya. Tidak lupa Scarla mengenakan satu set kalung, gelang, dan cincin mutiara yang diberikan tadi sore oleh Oscar kepadanya. Scarla tidak bertanya apakah perhiasan itu akan menjadi miliknya atau tidak dan Oscar juga tidak mau repot-repot menjelaskan kepada Scarla.
Oscar sudah menunggunya di ruang tamu kamar hotel mereka ketika Scarla sudah siap. Pria itu tampan seperti biasanya dengan setelan jas berwarna charcoal serta kemeja biru tuanya senada dengan warna gaun Scarla. Oscar selalu tampil percaya diri, satu hal yang tidak dimiliki Scarla. Jika saat ini ada dokter yang memeriksa detak jantung Scarla, Scarla yakin dokter itu akan menyatakan kalau Scarla sedang sekarat.
"Kau sudah siap?", tanya Oscar dengan suaranya yang terdengar mengerikan saat ini bagi Scarla.
"Sudah.", jawaban Scarla hanya berupa rintihan kecil yang sangat menyedihkan bagi telinganya sendiri.
Oscar mengangguk lalu menyodorkan lengannya yang langsung disambut oleh Scarla. Mereka dikawal oleh Kane dan beberapa pria lainnya untuk turun ke aula tempat berlangsungnya acara. Ketika pintu aula terbuka, Scarla langsung memasang senyum terbaiknya menyambut para tamu yang sudah menunggu. Oscar menghampiri satu persatu tamu yang ia kenal, tidak lupa pria itu memperkenalkan Scarla. Scarla begitu gugup tetapi dia tidak bisa tidak berterima kasih kepada Oscar yang sudah membimbingnya, membagi sedikit kepercayaan diri pria itu kepada Scarla. Tidak membiarkan para tamu mencemooh Scarla seperti yang Scarla takutkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(don't) Go Away (REPOST)
RomanceScarla Luigi, tidak pernah mengira hidupnya yang selama ini ia anggap baik-baik saja harus berakhir di rumah bordil pelacuran. Demi membayar hutang mendiang ibunya dan perawatan neneknya, Scarla lebih memilih menjual dirinya di rumah bordil tempat i...