#Takdir_Cinta_Perawan_Tua
Part 5
Selangkah lagi menuju pernikahan. Ada rasa bimbang dalam hati. Apakah Rayyan menghendaki pernikahan ini? Atau hanya sekedar bakti terhadap orang tua. Ragu dan takut. Pernikahan bagiku adalah sekali seumur hidup. Suamiku, dia adalah orang yang akan membimbing dan menjadi imamku untuk menggapai rida Allah. Rayyan, apakah dia adalah jodoh terbaik kiriman Tuhan?
Dalam keraguan. Di sepertiga malam, aku bangun dan meminta kepada Allah yang terbaik untukku dan keluarga.
'Jika Rayyan adalah jodoh pilihanmu, mudahkan pernikahan kami ya, Allah. Jika bukan, jauhkan dia sebelum ada tali pernikahan yang mengikat di antara kami.' Munajabku kepada Allah, sang pemilik kehidupan.
Entah kenapa. Peristiwa di pusat perbelanjaan kemarin masih terbayang di pelupuk mata dan menimbulkan tanda tanya. Apakah itu sifat asli Rayyan, apa dia seorang penggoda? Aku bisa menerima, jika sebelum dia menikah, masih memiliki sifat itu. Namun jika sudah menjadi suamiku, rasanya tidak rela. Apakah aku cemburu kepada perempuan itu? Jangan-jangan aku telah ada rasa cinta di hati ini untuk Rayyan. Sebentar lagi dia akan menjadi suamiku, dan mencintainya adalah wajib bukan? Ah, ada apa denganku? Mengingatnya saja, sudah ada desir bahagia. Aku tersenyum sendiri. Entah, aku tidak bisa memaknai senyum itu.
***
Hari Jum'at. Ini adalah hari di mana Rayyan akan mengucap janji suci. Hari Jumat adalah hari yang baik, hari istimewa dalam islam, tuannya segala hari.
Hari ini pun, banyak nabi yang menikah. Nabi Muhammad dengan Aisyah, Nabi Adam dengan Hawa, Nabi Yusuf dengan Zulaikha, Nabi Musa dan Shafura, Nabi Sulaiman dengan Balqis. Sengaja memilih hari ini, agar pernikahanku sama istimewanya dengan hari ini.
Dengan dibantu seorang perias, aku memakai kebaya warna putih dipadukan dengan hijab syar'i berwarna putih. Sengaja aku memilih warna ini, karena putih melambangkan suci dan aku berharap pernikahan ini juga suci.
Untuk acara ijab kabul, aku memilih menggunakan make-up yang minimalis namun anggun. Perias itu menyarankan untuk menggunakan softlens berwarna biru laut, tapi kutolak. Aku tidak biasa menggunakan benda itu. Eye shadow, maskara, lipstik dan eyeliner, cukuplah untuk wajahku ini. Bulu mata palsu pun menjadi pelengkap.
Untuk gaun resepsi sebentar malam, aku akan menggunakan gaun tradisional Makassar tapi tetap dengan nuansa syar'i.
"Cantik. Aku sampai tidak mengenalimu, beb." Tiba-tiba Tina masuk di kamarku.
"Apa-apaan, sih." Aku tersipu malu.
"Calon suamimu pasti akan klepek-klepek melihatmu."
Sekilas, aku menghadap cermin. Betul yang dikatakan Tina. Aku terlihat berbeda hari ini. Apakah karena dalam keseharianku tidak pernah berdandan?
"Aura kecantikanmu langsung terpancar," goda Tina lagi.
"Jangan kebanyakan memuji, nanti aku lupa diri."
Untuk acara resepsi ini tidak banyak yang hadir. Hanya keluarga dekat kedua belah pihak. Sahabatku, hanya Tina yang kuundang.
10 menit lagi jam 10.00 WITA. Ayah menjemputku ke kamar untuk bersama-sama menuju Masjid untuk melangsungkan akad nikah.
Ibu dan beberapa keluarga yang lain pun turut mengantar. Mobil jemputan milik Pak Hendra sudah menunggu di depan.
Dengan melafazkan basmalah, aku melangkahkan kaki menuju mobil. Jantungku semakin berdetak tidak karuan. Ini adalah momen yang paling penting dalam hidupku. Rasanya tidak percaya, dalam hitungan jam, aku sudah resmi menyandang gelar istri. Bahagia dan takut membaur menjadi satu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Perawan Tua
General FictionAnnisa. Gadis yang hampir berusia 30 tahun namun tak kunjung menemukan jodoh. Julukan perempuan tua pun, tak jarang dia dengar dari orang sekitarnya. Pernah jatuh cinta, sayangnya cintanya bertepuk sebelah tangan. Pria yang dicintainya, justru menik...