Part 13

773 46 1
                                    

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

Part 13

POV Rayyan

Bermodal wajah yang lumayan keren dan punya usaha yang sedang naik daun, walaupun masih dimodali sama orang tua membuat para gadis mendekatiku. 

Tuh, 'kan? Untuk menarik perhatian lawan jenis saja harus bermodal, wajah tidaklah cukup. Aku kadang berpikir, jika aku tidak memiliki keduanya, para perempuan itu pasti menjauh. Memang sulit zaman sekarang untuk menemukan  perempuan yang mencintai kita apa adanya, tapi mereka mencintai karena ada apanya.

Hilda, perempuan paling agresif yang pernah kukenal. Beberapa kali aku menolaknya secara halus tetap saja mendekatiku. Dari awal kenal, dia sudah kuanggap sebagai teman, tapi dia selalu berharap lebih. Kuanggap saja teman tapi mesra tanpa ada status. Mungkin aku juga salah, karena tetap memberikan peluang dia untuk mendekatiku. Masalahnya adalah lelaki yang tidak tega-an, tidak tega melihat perempuan menangis, apalagi ada hubungannya denganku. Kupikir, kalau dia bosan dengan penolakanku, Dia akan pergi juga dengan sendirinya. Tapi aku salah. Dia semakin agresif. Bahkan dengan terang-terangan menawarkan tubuhnya padaku, untunglah aku laki-laki masih bisa menahan diri, walau hampir khilaf juga. Namanya juga laki-laki normal bukan? Hilda, pasti sama saja dengan perempuan lainnya, hanya karena tahu aku anak seorang pengusaha yang cukup terkenal di kotaku, makanya dia tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cintaku. Kebetulan aku dan Hilda berasal dari kota yang sama.

Annisa, yang sudah berstatus istriku. Aku tahu, walau kami menikah karena hasil perjodohan. Dia sudah mulai menyukaiku. Buktinya, dia pasrah saat aku meminta hak sebagai suami. Jujur, aku juga menyukainya walau belum bisa dibilang cinta. Namun, bukankah seharusnya aku  mencintai dan melindungi dia?

Aku termasuk laki-laki beruntung mendapatkan Annisa. Perempuan yang masih suci. Suatu kebanggaan bagi seorang suami, bila mendapatkan perempuan yang mempersembahkan mahkotanya hanya kepada pasangan sahnya. Mengingat, zaman sekarang pergaulan semakin bebas saja, banyak dengan mudahnya melepaskan 'virgin' pada kekasihnya. Tapi Annisa-ku berbeda. 

Di awal pernikahan ini, aku selalu buat dia marah dan kecewa. Aku belum bisa merubah sikapku, suka keluyuran dan lupa pulang bila ketemu teman. Lupa, kalau sudah ada istri yang sudah menunggu di rumah. Duniaku berbeda dengan Annisa, kami memiliki sifat yang berbeda. Aku suka dengan kebebasan, bebas mau ke mana saja dan tidak suka diatur. Annisa, dia anak rumahan.

Aku juga sudah berbohong padanya, karena takut buat dia kecewa, walau pada akhirnya dia tahu tentang kebohonganku. Saat aku lagi di cafe bersama temanku, beberapa kali Hilda menelpon untuk menemuinya. Tadinya aku menolak, namun Hilda menghubungiku terus. Ya, aku tidak punya pilihan lain selain menemuinya. Apalagi dia masih terbaring di Rumah Sakit.

"Hilda. Sekarang statusku sudah berbeda. Aku tidak bisa lagi menemuimu," ucapku saat tiba di ruangan tempat Hilda dirawat.

"Terus, bagaimana denganku, Ray? Aku tidak bisa melupakanmu."

"Kau pasti bisa."

"Tidak Ray. Aku hanya mencintaimu. Kau milikku." 

"Aku sudah menikah Hilda."

"Terus hubungan kita selama ini, kau anggap apa?"

"Kita berteman. Tidak ada komitmen yang terucap di antara kita."

"Kau jahat, Ray."

Aku terima, bila Hilda berkata seperti itu. Selama ini, aku memang dekat dengan banyak perempuan, tapi tidak ada komitmen. Alasannya satu saja, aku tidak mencintai salah satu di antara mereka. Baru satu kali aku jatuh cinta. Pada Ibu Anita, dosenku. Sayangnya, dia menolakku.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang