part 2

1.1K 63 1
                                    

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

#Part2

Dengan mengucap bismillah aku membuka pesan dari Arhan. Belum baca saja, aku sudah deg-degan. Apakah isinya isi pesannya sesuai dengan khayalanku?

Dengan perlahan, aku baca pesan itu. Seketika hati ingin meraung saat membacanya. Sakit, sangat sakit. Perlahan-lahan, air mata mulai tumpah. Apakah ini yang dinamakan patah hati? Namun, apa hakku untuk patah hati? Aku dan Arhan bukan siapa-siapa, hanya sekedar rekan kerja.

[Assalamualaikum, Bu Nisa. Datang yah di hari pernikahanku pada hari Minggu yang akan datang …]

Aku tidak kuasa lagi untuk melanjutkan membaca pesan itu.

Cinta itu baru tumbuh beberapa bulan yang lalu. Ah, tepatnya cintaku. Kini, layu dengan sendiri tanpa sang Kumbang mengetahuinya.

Beberapa kali aku meminta pada Allah di seperti malam, untuk membuat Arhan memilihku untuk menjadi makmumnya. Namun do'aku belum terijabah saat ini. Sepertinya harus lebih sabar lagi menanti calon imamku.

Arhan. Dia bukan jodohku. Aku tidak ingin menangisi hal yang sia-sia. Dengan tangan bergetar, aku membalas pesan itu,

[Insya Allah, aku usahakan untuk datang]

Malam ini mata enggan terpejam. Pernikahan Arhan masih sulit kuterima. Aku tak bisa memungkiri, ada rasa sakit yang menghunjam di dada.

***

Sekolah tampak berbeda hari ini. Para siswi SMA tampak bermuram durja. Ada apa ini? Apa ada murid yang meninggal tanpa sepengetahuanku?

Hari ini, hanya siswa laki-laki yang terdengar suara tawanya. Siswi perempuan, raut mukanya menunjukkan kesedihan.

"Ada apa dengan kalian?" Kuhampiri sekelompok siswi yang menopang dagu dengan tangan di halaman sekolah.

"Kami patah hati, Bu," sahut salah seorang di antara mereka.

"What? Patah hati?" Keningku mengernyit, memandangi mereka satu persatu.

"Apa Ibu tidak patah hati mendengar pak Arhan, Guru terganteng di sekolah ini akan segera menikah?"

Jadi ini masalahnya? Ini yang membuat para siswi patah hati.

'Asal kalian tahu, aku juga patah hati.' batinku sambil melangkah masuk dalam kelas.

Ternyata bukan aku saja yang jatuh cinta. Seluruh siswi di sekolah ini merasakan hal yang sama. Pesona Arhan memang tidak bisa ditolak. Ganteng dan berkharisma.

***
Aku tidak berselera makan siang. Bakso yang ada di hadapanku hanya kuaduk dari tadi. Biasanya, setelah pulang sekolah aku langsung melahap makananku sampai tidak tersisa. Apalagi kalau menunya adalah bakso favoritku.

"Sakit?" Tina yang makan dengan lahapnya menegurku.

Aku menggeleng lemah.

"Aku tahu. Ini pasti gara-gara pernikahan Arhan. Kau patah hati, 'kan?"

"Apaan, sih?"

"Tidak usah mengelak, Nis. Kau suka dengan Arhan, kan?"

"Hanya kagum, Tin," elakku.

"Kagum dan cinta itu beda tipis, Nis. Tepatnya, sama saja." Tina terus menggodaku.

Apa yang dikatakan Tina benar adanya. Rasa kagum itu telah tumbuh menjadi cinta. Sayangnya, Arhan terlalu sulit untuk diraih. Apalagi sekarang, harapan itu sirna. Beberapa hari lagi dia akan mengucap ijab kabul pada perempuan yang dia cintai. Alangkah beruntung perempuan itu.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang