Part 7

959 53 0
                                    

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

Part 7

Siang ini, aku dan Rayyan siap-siap menuju rumah pemberian dari Papanya Rayyan, Papa mertuaku. Agak berat rasanya meninggalkan rumah ini, tempat di mana aku dibesarkan. Segala kenangan suka dan duka semuanya kulewati di sini. Berpisah dengan orang tua juga adalah hal yang paling berat. Namun, sebagai seorang istri, sudah sewajarnya aku mengikuti suami.

Aku memasukkan beberapa potong pakaian ke dalam koper. Rayyan dia ada di ruang tamu bersama Ayah dan Ibu.

Sekali lagi kutatap kamarku, kamar yang berwarna putih. Beberapa fotoku terpajang di dinding. Kamar ini walau sederhana, namun aku betah berada di sini. Tidak terasa, air mataku membasahi pipi. Ini bukan tangisan sedih, tapi rasa haru dan bahagia.

"Sudah packingnya?" Rayyan menghampiriku di kamar.

"Sudah," jawabku sambil menghapus air mata.

"Tidak usah lebay. Aku tidak membawamu tinggal ke luar negeri," celetuk Rayyan. Apakah dia melihat sisa air mataku?

Dasar tidak peka. Perempuan 'kan hatinya selembut sutra, jadi sedikit-sedikit mengeluarkan air mata. Baik itu air mata kesedihan ataupun kebahagiaan.

Ucapan Rayyan ada benarnya juga. Aku tetap berada di kota yang sama, jadi kapan saja bisa mengunjungi orang tuaku.

Aku  segera menarik koper keluar.

"Sini, aku bantu." Rayyan mengambil alih koper dari tanganku.

"Modus."

"Iya, modusin mertua. Biar aku kelihatan seperti menantu yang sangat bertanggung jawab di matanya."

Rayyan melangkah ke luar kamar sambil menarik koper. Ayah dan Ibu sudah menunggu di sana. Segera kupeluk mereka satu persatu dan mencium punggung tangannya.

"Jadi istri yang baik, yah," ucap Ibu.

"Titip Nisa, ya, Ray."

"Pasti, Bu. Nisa sekarang adalah istriku. Sudah tanggungjawabku untuk menjaganya."

Entah kenapa, jawaban Rayyan pada Ibu membuat hatiku berbunga-bunga. Refleks, aku tersenyum ke arah Rayyan. Ih, sebel, dia tidak membalasnya. Malah asyik berbicara sama Ibu.

"Aku pamit, Ayah, Ibu." Sekali lagi kucium punggung tangan mereka diikuti oleh Rayyan.

"Aku akan selalu merindukan kalian ini," lirihku.

Aku melangkah menuju mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Mobil pribadi dengan model terbaru. Aku tidak meminta kepada Tuhan suami dari keluarga kaya, namun dia memberiku. Sungguh luar biasa nikmat yang diberikan Allah kepadaku. Sungguh, jodoh tidak ada yang menduga. Datang dengan cara yang indah. Semoga keindahan selalu mengiringi pernikahanku ini.

Rayyan membuka pintu mobil untukku dan mempersilahkan aku masuk.

Suamiku, tidak saja gagah namun perhatian. Perempuan manapun pasti iri melihatku mendapatkan jodoh seperti dia. Tuhan pernah mematahkan hatiku lewat Arhan, tapi setelah itu menghadirkan sosok laki-laki yang langsung menghalalkanku.

***

Mobil yang dikemudikan Rayyan berhenti tepat di sebuah rumah yang  mungil, tidak terlalu besar tapi minimalis. Cat luarnya berwarna abu-abu, warna kesukaanku. Mertuaku tahu saja warna favoritku. Halamannya cukup luas, tapi masih belum ada bunga. Sepertinya rumah ini belum lama dibangun. Alangkah beruntungnya aku, mendapat mertua seperti mereka. Semoga saja, aku bisa menjadi menantu yang baik.

Di waktu senggang, aku bisa menanam bunga di sini. Tiba-tiba otakku dipenuhi ide tentang bunga apa yang akan kutanam dan akan menciptakan sebuah taman yang indah.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang