part 3

1K 60 1
                                    

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

#Part3

Malam nanti, resepsi pernikahan Arhan akan digelar di sebuah gedung yang sederhana di kota ini. Masih ada rasa nyeri dalam dada bila mengingat ini. Jika aku tidak hadir di pesta Arhan, pasti akan menimbulkan pertanyaan para rekan guru. Ah, aku harus berdamai dengan hati. Harus mengikhlaskan Arhan untuk perempuan lain. Aku tidak ingin menyalahi takdir Tuhan dengan menyimpan rasa kecewa karena tidak berjodoh dengannya.

Tadi, aku ke butik untuk memilih baju yang pas untuk kugunakan di pesta Arhan. Gamis brokat berwarna peach dengan model sederhana. Selera berpakaianku memang sederhana, tidak suka baju yang terlalu glamor dan warna cerah. Selembar hijab berwarna senada pun menjadi pilihanku.

Ingatanku melayang akan lamaran Pak Hendra. Secepatnya dia ingin menentukan tanggal pernikahan. Aku tidak masalah, tapi bukankah seharusnya aku dan anaknya bertemu terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melanjutkan pernikahan? Aku tidak ingin ada rasa sesal kemudian. Bagaimana kalau putra Pak Hendra tidak menyukaiku? Dan begitu pula sebaliknya. Apakah ada rahasia yang disembunyikan Pak Hendra dan istrinya tentang anaknya itu?

Pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan. Jawabannya hanya ada pada Pak Hendra. Aku harus minta satu hal padanya, memberi kesempatan padaku untuk melihat putranya itu. Jangankan wajah, nama putranya saja aku tidak tahu.

***

Pesta pernikahan Arhan begitu ramai. Dengan langkah anggun, aku melangkah masuk ke gedung. Tina sudah ada di dalam. Aku segera menghampiri dan duduk tepat di sisinya.

"Kau sangat cantik," bisik Tina.

"Gombal."

"Ini fakta. lihat, banyak laki-laki yang melirikmu."

Aku mencubit tangan Tina agar menghentikan candanya itu.

"Sakit, tau."

Tidak kupedulikan rintihan Tina. Aku melayangkan pandangan ke arah mempelai yang duduk di pelaminan. Mereka menggunakan pakaian adat tradisional Makassar. Sang mempelai wanita sangat cantik. Hijab berwarna putih menutup mahkotanya. Riasan yg digunakannya minimalis, tapi tidak mengurangi keanggunannya. Arhan pun sangat gagah dengan pakaian yang dikenakannya. Mereka begitu serasi, gagah dan cantik. Seandainya aku yang berada di samping Arhan saat ini, alangkah bahagianya aku.

"Tidak usah pandangi terus-terusan. Bikin tambah sakit, tau." Tina menyindirku.

"Ih …siapa juga yang sakit hati," cebikku.

"Hahaha … wajahmu tidak bisa menutupi rasa kecewamu itu."

"Sok tahu, lagian aku juga akan menikah …."

"Apa? Akhirnya, sahabatku yang baik hati dan cantik ini akan segera mengakhiri masa lajangnya."

"Sst … suaranya dikecilkan dikit."

"Sorry, terlalu gembira soalnya. Btw, siapa laki-laki itu?"

Aku mengendikkan bahu, "Aku dijodohkan, tidak tahu siapa dia."

Tina tertawa kecil. "Hari gini masih dijodohin."

Tak kutanggapi ocehan Tina. Netraku tidak sengaja menangkap sosok laki-laki yang menyebalkan yang hampir menabrakku beberapa hari yang lalu. Penampilannya hari ini sungguh berbeda. Rambut gondrongnya diikat, sangat kontras dengan wajahnya. Dia menggunakan jas hitam dipadukan celana jeans. Mau tidak mau, aku harus mengakui kegantengannya hari ini.

Dia langsung naik ke pelaminan dan menyalami Arhan dan istrinya. Arhan langsung memeluknya.

"Selamat, bro. Semoga menjadi keluarga yang bahagia." Aku berada di kursi paling depan, jadi bisa mendengar percakapan mereka.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang