Part 12

808 48 0
                                    

Ko#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

Part 12.

Casanova. Apakah itu sifat suamiku? Di depanku saja dia berani menggoda perempuan. Bagaimana kalau di belakangku? Atau karena faktor usia yang masih muda hingga bersikap seperti itu? Tapi tetap saja sukses bikin aku cemburu. 

Menyebalkan namun bikin rindu.

Baru dua hari kepergian Rayyan, namun rumah terasa sepi. Meski dia menyebalkan, Hati tidak dapat memungkiri, kalau aku rindu.

Di sana, apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku? Atau saat ini sedang bersama perempuan lain? Entah ...aku sulit mendeskripsikan sifat Rayyan. Kadang dia menjadi sosok yang manis, kadang pula membuat hati perih.

Untunglah, sejak Rayyan ada di Makassar mengurus usahanya, Reina ada di sini menemanimu. Anak itu dengan sikap kocaknya mampu membuatku tertawa.

Malam sudah menunjukkan pukul 21.00 WITA. Kendaraan sudah mulai agak berkurang. Aku berdiri menghadap jendela, menatap ke luar, seakan mencari seraut wajah Rayyan di antara jalan yang mulai sepi.

"Kak Nisa kangen yah sama kak Ray?" celetuk Reina yang lagi asyik menonton film kartun. Anak itu sudah remaja, tapi hobinya seperti anak-anak.

Reina tahu saja membaca perasaanku. "Tidak, kok."

"Memang sih, Kak. Kak Ray itu nyebelin, ngeselin tapi bikin rindu."

Anak ini semakin sok tahu saja. Perkataannya benar juga sih. Namun tidak harus juga aku akui di depannya, bukan? Aku terlalu gengsi mengakui perasaan itu.

'Rayyan itu suamimu, Nisa. Wajar kalau rindu.'

Andai saja kata itu bisa kuucapkan di depan Rayyan, sayangnya itu hanya terucap dalam hati. Apakah aku terlalu angkuh atau gengsi untuk mengakui perasaan yang mulai tumbuh itu? Rayyan sendiri, sampai saat ini belum pernah mengucapkan kata cinta. Kami memang telah melakukan ritual cinta pasangan suami istri, tapi apakah yang kami lakukan itu berdasar atas cinta atau hanya sebuah kewajiban nafkah batin Rayyan untukku?

"Kenapa Kak Nisa tidak susul saja Kak Ray? Sekalian bulan madu." Reina membuyarkan lamunanku.

"Tidak, ah."

"Kenapa? Kak Ray 'kan suaminya Kak Nisa."

"Kan harus ngajar, Rei."

"Apa Kak Nisa mau, ada yang gombalin Kak Ray di sana?"

"Memangnya kakakmu itu banyak yang gombalin?"

"Banyak, Kak. 'kan Kak Ray ganteng? Hehehehe."

"Ganteng dari Hongkong?"

"Buktinya Kak Nisa mau nikah sama dia. Btw, mau susul tidak?"

Ide Reina bagus juga. Tapi mana mungkin aku susul Rayyan. Bisa Malu kuadrat aku. Malu dan gengsi, lebih kuat mendominasi dari rasa rindu itu sendiri.

Aku dan Rayyan memang telah dipersatukan dalam ikatan suami istri, tapi seakan ada jarak di antara kami. Rayyan yang sikapnya cenderung cuek dan aku yang pemalu. Harusnya aku belajar untuk bersikap agresif padanya, tapi itu bukan sifatku. 

Pernikahan tanpa cinta. Awalnya memang seperti itu. Namun perlahan, rasa itu sudah tumbuh di hatiku. Aku yakin, Rayyan juga suka padaku. Buktinya, dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai suami. Ah, jadi malu bila ingat itu.

"Reina. Tidur, yuk. Sudah larut malam." ajakku sambil melangkah masuk ke kamar.

"Tanggung nih, Kak. Kartunnya belum habis. Kak Nisa duluan saja," jawab Reina. Matanya tetap fokus di depan TV.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang