#Takdir_Cinta_Perawan_Tua
Part 8
POV Rayyan.
Menikah di usia 25 tahun bukanlah kemauanku. Tidak ingin terikat dan masih ingin bebas adalah salah satu alasan. Menikah itu sama saja seperti penjara.
Tiga tahun yang lalu, aku sudah menyelesaikan S1 di salah Universitas Negeri di kota Makassar. Namun, aku enggan pulang. Beberapa kali Papa dan Mama membujuk untuk pulang, tapi selalu kutolak. Papaku adalah seorang pengusaha yang cukup sukses, memiliki toko material dan elektronik juga perusahaan air minum kemasan yang cukup terkenal. Mama sendiri memiliki butik dan toko pecah belah. Orang tua yang sukses bukan? Papa ingin aku mengelola perusahaan air mineral miliknya. Namun aku belum siap.
Di kota Makassar, dengan bantuan modal dari Papa, aku buka cafe. Cafe adalah salah satu usaha yang cukup trend sekarang, apalagi dengan fasilitas WiFi. Aku dibantu Aldi sahabatku dalam menjalankan Cafe. Karena letaknya strategis, diapit oleh dua kampus, Cafe-ku sangat ramai, mungkin karena harga yang kupatok cukup terjangkau. Atau bisa saja karena ownernya gagah. Perempuan tidak bisa ingkari itu. Pesona yang kumiliki membuatku bisa memilih perempuan mana yang akan kupacari.
Anak dari keluarga mapan, tentu juga adalah salah satu alasan perempuan menggilai dan mengejarku. Dan, aku menikmati itu. Dulu, semasa kuliah aku dijuluki Playboy. Padahal, perempuan itulah yang mengejar-ngejarku. Mana mungkin mereka kukecewakan. Sampai sekarang, julukan Playboy masih melekat padaku. Sungguh susah jadi orang ganteng, selalu kena fitnah.
Hilda, yuniorku semasa kuliah yang paling getol mengejarku. Pada perempuan, aku selalu bersikap lembut tidak terkecuali pada Hilda. Dan dia salah artikan itu.
"Aku suka padamu, Kak," ucap Hilda ketika itu.
Aku sudah tidak heran lagi dengan ungkapan cinta seorang perempuan, sudah banyak yang melakukan itu padaku.
"Tidak ada yang melarang," jawabku .
"Aku ingin kita pacaran," tandas Hilda lagi.
Aku memegang tangan Hilda. "Kau itu cantik, banyak laki-laki yang suka padamu."
"Aku maunya, kamu."
"Kita 'kan berteman. Kapan saja kau bisa menemuiku. Makan atau nonton bareng."
"Aku ingin lebih dari itu."
Tidak tahu harus berkata apa lagi pada Hilda. Menyakiti hati perempuan, aku tidak tega.
Ketika itu tidak ada jawaban untuk Hilda. Celakanya, Hilda tidak pernah lelah untuk mendapatkan cintaku. Padahal, aku itu paling tidak suka dengan perempuan agresif.
Aku pernah pacaran beberapa kali, tapi masih bisa menjaga diri walaupun tidak terlalu bersih-bersih amat. Aku pria normal juga 'kan?
Jatuh cinta, pernah kurasakan. Aku menyukai dosenku yang umurnya tujuh tahun di atasku. Sayangnya, dia tidak menyukai brondong. Aku nekad untuk mengungkapkan perasaanku lewat aplikasi WhatsApp, karena tidak berani bicara langsung. Dia menolakku. Alasannya, tidak menyukai pria yang lebih muda.
Jujur, aku itu lebih suka perempuan yang lebih dewasa daripada yang seumuran denganku, sifatnya kekanakan dan manja.
***
Tibalah saat yang naas itu, Mama tiba-tiba datang ke Makassar tanpa mengabariku. Dia datang ke rumah dan melihatku bersama Hilda dalam posisi yang tidak semestinya.
Aku dan Hilda ibaratnya menjalin hubungan tanpa status. Kekasih bukan, tapi sering melakukan adegan pacaran.
Mama dengan mata kepala sendiri melihatku bermesraan dengan Hilda. Sontak, dia langsung marah dan mengusir Hilda keluar dari rumahku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Perawan Tua
Ficción GeneralAnnisa. Gadis yang hampir berusia 30 tahun namun tak kunjung menemukan jodoh. Julukan perempuan tua pun, tak jarang dia dengar dari orang sekitarnya. Pernah jatuh cinta, sayangnya cintanya bertepuk sebelah tangan. Pria yang dicintainya, justru menik...