Part 11

825 46 3
                                    

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

Part 11

Jika menikah denganku hanya karena terpaksa, harusnya jangan kau lakukan. Bagiku, pernikahan adalah hal yang suci dan untuk menyempurnakan separuh dari iman. 

Jika kau datang hanya untuk membuat luka di hatiku, harusnya kau tidak usah memberiku status seorang istri. 

Rayyan, lelakiku ini sungguh tidak bisa kutebak. Kadang dia menjelma menjadi laki-laki yang begitu manis dan kadang kala menjadi sosok yang menyebalkan. Apakah karena dia belum siap untuk menyandang status sebagai suami? Atau karena usia yang masih terbilang muda? 

Sejak kejadian di rumah orang tuanya, aku lebih banyak mendiamkannya. Sekarang dia sudah ambil kendali perusahaan Papanya. Pergi pagi dan pulang semau hatinya. Kadang larut malam. Itu pun tanpa minta izin. Hati istri mana yang tidak sakit.

"Kok, pulangnya larut?" tanyaku saat dia pulang dari kantor. "Ini sudah jam 12.00 malam."

"Aku ketemu teman dan kami pergi ke Cafe," jawabnya enteng tanpa ada perasaan bersalah.

"Kau 'kan bisa mengabariku. Supaya aku tidak capek menunggumu."

"Tidur saja dulu, tidak usah tungguin." Dia berlalu dengan santainya di depanku. Tuhan, suami macam apa yang kumiliki?

"Ray?"

"Ya?"

"Nomor handphone-mu berapa?"

"Mau ngapain?"

"Untuk teror kamu kalau pulang larut lagi."

"Cek sendiri." Rayyan memberikan handphone-nya padaku.

Aku mengambil handphone dari tangannya. Menulis nomorku di sana dan mengecek nomornya dia.

Selagi Rayyan di kamar mandi, aku iseng membuka aplikasi di handphone-nya. Kubuka aplikasi yang berlogo telepon, begitu banyak pesan yang masuk.

[Aku patah hati, dengar kamu nikah]

[Jadikan aku yang kedua, Kak]

[Tega kau nyakitin aku, hik … hik …]

Pesan itu dari perempuan yang berbeda. Seperti apa sebenarnya suamiku ini? Apakah dia seorang Casanova? Handphone-nya seperti asrama putri saja, banyak nomor perempuan yang tersave di sana. Aku saja tidak pernah chatting dengan suamiku. Perempuan-perempuan ini sungguh tidak tahu diri, sudah tahu Rayyan sudah menikah, masih saja dia goda.

Aku mencari nama Hilda di antara pengirim pesan. Aku scroll ke bawah dan akhirat menemukannya. Rupanya mereka intens berkomunikasi. 

[Ray, aku bete di Rumah sakit. Ke sini dong]

[Aku sibuk]

[Kok, kamu tidak peduli lagi sama aku? Aku sakit, dan butuh kamu]

[Iya, aku usahakan untuk mampir]

[Aku tunggu, yah]

Aku membaca percakapan terakhir mereka, bukannya tadi Rayyan bilang kalau dia ke Cafe? Jangan-jangan dia bohong padaku. Nyeri di hati saat membaca pesan itu.

Sejauh apa hubungan mereka, kenapa Rayyan tidak bisa menjauhi Hilda? Dan Hilda, kenapa selalu goda suamiku? Apa di dunia ini kehabisan stok laki-laki, apa?

Aku buru-buru meletakkan handphone saat mendengar langkah Rayyan keluar dari kamar mandi.

Aku menatapnya. Dia memang menarik, pantas saja banyak perempuan yang takluk padanya. Tapi sekarang dia adalah suamiku, tidak ada yang boleh meliriknya lagi. Walau Hilda sekalipun.

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang