part 6

1K 57 0
                                        

#Takdir_Cinta_Perawan_Tua

Part 6

Aku dan Rayyan sudah bersanding di pelaminan. Gedung tempat kami melaksanakan resepsi sudah ramai oleh para tamu undangan.

Resepsi ini, kami menggunakan baju bodo, baju khas adat Makassar berwarna broken white yang modelnya sesuai dengan perkembangan zaman. Tradisional tapi modern. 

Malam ini, kami ibarat Raja dan Ratu yang duduk di singgasana diapit oleh orang tua masing-masing. Ibuku dan Mamanya Rayyan menggunakan gamis brokat model senada dengan baju yang kami kenakan dipadukan dengan jilbab merah marun. Sederhana namun elegant. Ayahku dan Papanya Rayyan juga menggunakan kemeja batik berwarna senada. Senyuman tak pernah lepas dari mulut kedua orang tua kami. Mereka terlihat bahagia. Aku juga tidak kalah bahagianya. Lagu 'Aisyah' mengalun dengan lembut dalam ruangan. Seorang penyanyi wanita berjilbab menyanyi dengan merdu diiringi oleh piano.

Tamu semakin banyak. Baik itu dari keluarga Rayyan atau pun keluargaku.

Setelah menikmatinya hidangan yang disiapkan, para tamu naik ke panggung dan menyalami kami.

"Samawa, yah."

"Selamat berbahagia."

"Semoga langgeng sampai kakek-nenek."

"Semoga segera mendapat momongan."

Ucapan selamat dari para tamu kami balas dengan ucapan terima kasih.

Teman-temanku dan Rayyan pun banyak yang datang. Tina, rekan guru, Arhan dan juga isterinya juga hadir. Tatapanku fokus pada Arhan, dia tampak sangat bahagia. Dia menggandeng tangan istrinya dengan mesra. Aku tersenyum melihat keindahan ini.

'Pasangan serasi," ucapku dalam hati.

"Selamat menempuh hidup baru ya, Beib. Aku pangling melihat kamu malam ini. Sangat cantik." Aku dan Tina cipika-cipiki.

"Ah, bisa saja, kamu."

"Lihat … suamimu sering curi-curi pandang."

Aku tersipu mendengar penuturan Tina.

Giliran Arhan dan istrinya naik ke pelaminan. "Selamat, Brow. Tidak nyangka kamu menikah dengan Nisa."

Arhan dan Rayyan berpelukan.

"Makasih, yah. Telah datang," jawab Rayyan.

Sudah hampir dua jam kami berdiri bersalaman dengan para tamu, tapi tidak merasakan lelah. Rasa bahagia lebih mendominasi.

"Capek?" tegur Rayyan saat melihatku bersandar di kursi memegang kening.

Para tamu sudah banyak yang pulang. Tinggal keluarga dekat. Jadi aku bisa merilekskan badan sejenak.

"Sedikit," jawabku pelan.

"Entar. Kita akan melaksanakan ritual. Jadi siap-siap."

"Ritual?"

"Iya, ritual malam pertama."

"Apaan, sih." Sumpah, aku malu.

"Kan sudah muhrim, sudah halal."

Ih, Rayyan semakin menggodaku. Tidak tahu apa? Bagaimana perasaanku saat ini. Aku rasa, semua wanita merasakan hal yang sama denganku. Cemas dan deg-degan saat akan menjalani malam pertama.

Waktu terasa berjalan lambat. Kenapa diriku tidak sabar, sih? Rayyan kan sudah sah menjadi suamiku. Akan banyak waktu bersamanya.

"Kok, senyum-senyum sendiri? Bayangkan sesuatu, yah?"

Rayyan lagi-lagi menggodaku.

Aku tidak peduli pada ucapan Rayyan, pandanganku terpaku pada sosok perempuan yang baru saja memasuki gedung. Dia adalah Hilda, perempuan yang bersama Rayyan di pusat perbelanjaan waktu itu. Dia sungguh cantik malam ini, menggunakan gaun berwarna pink muda. Apa Rayyan mengundangnya?

Takdir Cinta Perawan TuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang