8. Persiapan lomba

41 0 0
                                    

"Untuk kali ini, gua percaya sama lu."
-Dafi Gibran Ardiansyah

Happy reading...

•••

Hembusan angin menyapu kulit seorang gadis yang tengah berlari pagi ini. Keringat mulai bercucuran di antara pelipis gadis tersebut, nafasnya tak beraturan. Dia berhenti sejenak untuk mengatur deru nafasnya. Lalu berjalan ke salah satu warung yang ia lihat, membeli minuman berharap bisa meredakan lelahnya. Ia duduk di kursi dekat warung itu dan mengambil ponsel di sakunya untuk menelfon seseorang.

"Lama banget, gue udah lari satu puteran taman tau ga?"

"Alah baru satu, sabar ngapa."

"Capek woi, lagian ngapain aja sih?"

"Salahin si Dania, gua telfon katanya udah siap taunya pas gua sampe rumahnya bocah masih molor."

"kok jadi gue si lia?" terdengar Dania memprotes.

"Yaudah cepetan, kalian udah di jalan belum?" tanya Nayra ga sabaran.

"NAYRAAAA!!"

Nayra yang sedang menelfon pun menoleh ke sumber suara, dia melihat Lia dan Dania dari kejauhan. Nah itu mereka.

Dania dan Lia menghampiri Nayra, terlihat Dania masih setengah ngantuk. Nayra mendekat ke arah mereka lalu menjitak Dania keras.

"Bangun elah, merem mulu."

Sontak Dania membulatkan matanya dan memukul lengan Nayra. Lia yang melihat itu tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Buru lari, keburu siang nanti gua salahin lu pada nih."

"Lo yang lama Lia," geram Nayra.

Lia menggeleng lalu menunjuk Dania, "kan tadi gua bilang, orang karena si curut nih."

Dania mendelik, "ohh gua?" tunjuknya pada diri sendiri, "tadi yang numpang bab di rumah gua siapa ya?" dia pun memutarkan bola matanya malas.

Lia menggaruk pelipisnya, malu.
Nayra tertawa keras, "kampret ternyata lo biang nya juga, udah buru ah lari."

Mereka mulai berlari pagi menelusuri taman dekat komplek Nayra. Di hari minggu ini mereka memang berjanjian untuk lari pagi bersama dan disinilah mereka, lari pagi memutari taman.

"Bentar lagi kan 17 Agustus, kira-kira sekolah bakal ngadain lomba ga yah?" tanya Dania sambil berlari kecil.

"Kayaknya iya deh, tapi teu aya kabar kieu?" kata Lia, logat sunda nya keluar.

"Mungkin besok di kasih tau nya."

Mereka semua mengangguk mendengar ucapan Nayra, dan melanjutkan lari nya sambil membicarakan apa saja yang mereka lihat.

Setelah 2 kali memutari taman yang lumayan besar mereka pun mampir kerumah Nayra.

"Gue pengen beli novel ih, anterin yuk," Nayra menatap kedua temannya dengan berharap.

"Ga bisa," kata Lia dan Dania kompak.

"Yahhh." Nayra cemberut, "Minta anter ke siapa ya?" fikirnya.

"Dafi." sahut Dania enteng, matanya tak lepas dari Nayra untuk meyakinkan gadis itu, "Coba telfon dulu."

NAYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang