f o u r ♡

1K 196 24
                                    

Hari ini menjadi genap selama satu minggu Irene menitipkan kue buatannya di kantin kampus. Benar-benar diluar ekspektasinya, kue yang tadinya ia kira tidak akan laku disana justru laris manis. Ibu-ibu kantin selalu memintanya untuk memberi tambahan kue karena mahasiswa disana doyan dengan kue buatannya apalagi harganya murah.

Satu bijinya dua ribu, kurang murah apalagi?

"Alhamdulillah," ucap Irene begitu menerima wadah plastik kosong tempat ia menempatkan kuenya, pun beberapa lembar uang hasil penjualan kemarin.

"Neng, browniesnya tambahin, ya? Pada suka, tadi aja pas udah abis masih banyak yang nanyain," ujar Ibu kantinㅡBu Hwasa namanya.

Yang langsung direspon sebuah anggukan oleh Irene. "Siap, Bu. Besok saya tambahin."

"Hehe pinter banget sih, Neng bikin kuenya. Saya aja coba bikin sendiri beberapa kali gagal terus," puji Bu Hwasa.

"Ibu bisa aja." Irene tersenyum simpul.

"Kapan-kapan bagi resepnya atuhlah, Neng." Bu Hwasa mengulurkan tangannya untuk mengambil serbet.

"Ya, Bu. Kalo mau main ke rumah juga boleh. Nggak jauh, kok. Naik ojek dari sini cuma lima belas menit nyampe," sahut Irene ramah.

Setelah mengobrol sebentar, cewek cantik itu segera berpamitan karena pesanan di rumah masih banyak. Bahkan Irene hari ini mendapatkan pesanan kue untuk acara tahlilan sebanyak tiga ratus buah. Cukup melelahkan mengingat cewek itu mengerjakannya seorang diri.

Sebagian mahasiswa sudah banyak yang mengenal wajahnyaㅡkarena menitipkan kue disana tentunyaㅡdan itu membuat Irene sedikit populer dikalangan mahasiswa laki-laki, padahal dia hanya menjual kue. Ya kalau yang menjual kue berdarah campuran khayangan-bumi macam Irene siapa sih yang mau menolak pesonanya?

Tau sendiri Irene cantiknya seberapa.

Mereka akan menyempatkan diri untuk menyapa Irene dan akan selalu dibalas dengan ramah oleh cewek itu. Makin melelehlah mereka semua pagi-pagi sudah disuguhi senyuman gula aren milik Irene.

Cewek itu sampai di pintu gerbang dan langsung berlari menuju angkot yang kebetulan tengah berhenti. Dia harus segera sampai di rumah dengan cepat.

"Lo nggak tau yang lagi viral di gedung fakultas kita?" Kai buka suara setelah menuangkan sambal ke mangkok baksonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nggak tau yang lagi viral di gedung fakultas kita?" Kai buka suara setelah menuangkan sambal ke mangkok baksonya.

"Apa'an? Video mesum?" sahut Johnny asal.

"Otak tuh taruh di kepala jangan taruh di selangkangan!" Kai melempar Johnny menggunakan tisu bekasnya membersihkan kuah baksonya yang tidak sengaja terciprat ke meja.

Tisu itu dilemparkan kembali oleh Johnny kearah Kai. "Halah, kayak otak lo bersih aja. Otak gue di selangkangan sedangkan otak lo di tytyd!"

Sehun menatap keduanya datar. Tidak bisakah Allah menganugerahkan teman-teman yang normal untuknya?

𝙄𝙙𝙚𝙖𝙡 𝙏𝙮𝙥𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang