t h r e e ♡

1.1K 198 30
                                    

"Jadinya gimana kemaren, Bang?" Mina dengan sebungkus chitato datang lalu mendaratkan pantatnya diatas pinggiran ranjang Sehun. Tingkat kekepoannya pada acara makan malam kemarin sudah berada di level paling atas. Ya cewek itu tertidur dari hari akan malam sampai pagi menjelang.

"Nggak gimana-gimana. Biasa aja!" sahut Sehun acuh. Dia sedang sibuk mengutak-atik laptopnya.

"Alah cerita dong! Kata Bunda namanya sama kayak nama gue, ya?"

Sehun mendengus. "Nama lo emang pasaran!"

"Ih sembarangan! Jadinya gimana ih, Bang!" Mina meletakkan snacknya diatas ranjang Sehun dan tak sengaja tumpah sedikit. "Eh?"

"Mbem, itu sprei baru diganti anjirr!" marah Sehun pada adiknya yang tengah sibuk memukul-mukul pelan kasurnya agar bersih dari bubuk bumbu snack.

"Nggak sengaja!"

"Udah tau bawa jajan gitu duduk diatas kasur!"

"Iiihhh namanya juga nggak sengaja!"

Pintu kamar terbuka. "Ini apa sih berantem?" Bunda muncul dengan membawa bak besar bekas wadah cucian yang akan dijemur. Saat melewati kamar anak sulungnya, ia mendengar suara ribut-ribut.

Oke, jika si Aprilio itu tidak mau memberitahu soal yang kemarin maka, Mina akan melakukan sesuatu.
"Bun, katanya Abang mau dijodohin sama Kak Mina. Abang mau bilang tapi, malu!" setelah mengatakan hal itu Mina segera melesat keluar dari kamar melewati Bunda yang tatapannya kini menuju pada Sehun sepenuhnya.

Mampus lo wkwkwk -Mina.

"Heh!" Sehun ingin memprotes tapi, sudah kehilangan jejak adiknya itu. Kampret bener itu bocah!

"Beneran, Hun? Kamu mau?" tanya Bunda dengan wajah penuh pengharapan.

Sedang Sehun memasang wajah menahan emosi. Memikirkan sebuah cara untuk membalas perbuatan Minaㅡadiknya barusan.

Sedikit-sedikit Irene mengedarkan pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedikit-sedikit Irene mengedarkan pandangannya. Halaman kampus tempat Wendy menuntut ilmu ini luas sekali. Didepan sana berdiri satu gedung yang sudah banyak terlihat orang-orang hilir mudik keluar masuk.

"Nah, ntar abis ngelewatin gedung itu kita belok kiri, Mbak!" Wendy menjelaskan. Tangan kanannya menggandeng Irene, seolah jika dilepas Irene akan hilang dari jangkauannya.

"Kampus kamu gedhe ya, Wen?" nilai Irene yang dua kakinya sudah menginjak anak tangga memasuki gedung.

"Ini kampus bukan punyaku, Mbak!"

Irene tertawa kecil kemudian. "Ih maksudnya kampus tempat kamu kuliah ini loh!"

Sedangkan Wendy hanya cengengesan. Tadi dia hanya bercanda saja. Dua cewek dengan tinggi badan yang hampir sama itu terus melenggang masuk. Melewati koridor dan beberapa orang. Tiba-tiba Irene merasa ciut.

𝙄𝙙𝙚𝙖𝙡 𝙏𝙮𝙥𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang