e l e v e n ♡

1.2K 165 56
                                    

Perjalanan menuju kampus rasa-rasanya menjadi berkali-kali lebih cepat karena kehadiran makhluk cantik yang menghuni jok belakang motor Sehun, padahal Sehun inginnya masih berlama-lama membonceng Irene.

Selama roda motor bergerak, niatnya sih mau membuka obrolan tentang apa-apa saja begitu. Tapi, apa mau dikata nyali Sehun mendadak ciut. Tangan yang menggenggam kemudi motor gemetaran tak karuan. Belum lagi jantung yang berdetak dengan gilanya. Sehun rasanya mau terbang saja.

Si matic yang membawa keduanya telah melewati gerbang utama kampus. Ketika beberapa mahasiswa menjatuhkan pandang kearah mereka, tidak Sehun pungkiri ada rasa bangga yang melingkupi hatinya ketika dia bisa dengan mudahnya membonceng perempuan yang akhir-akhir ini menjadi incaran penghuni kampusㅡya meski Irene hanya seorang penjual kue.

"Sehun, berhenti disini aja, nggak apa-apa," tegur Irene menepuk pundak kanan Sehun.

Untung Sehun dapat segera mengembalikan kesadarannya atas lamunan yang baru saja mampir diotaknya, kalau tidak, mungkin menabrak adalah satu-satunya cerita yang akan terjadi setelah itu.
"Eh? Berhenti disini?"

"Ya. Disini aja."

Laju motor melamban dan diakhiri Irene yang mendaratkan kedua kakinya di tanah paving halaman kampus. Irene mengembangkan senyum seraya membenarkan rambut depannya yang sedikit berantakan akibat tertiup angin.

Dan Sehun auto modar.

"Makasih ya udah mau nebengin saya," ucap Irene yang senyumnya belum juga luntur.

Aduh, mbaknya tolong kasihani kewarasan Sehun!

Bagai melihat pemandangan yang tak biasa, Sehun terpaku menatap sosok sederhana Irene yang begitu indah dan mempesona di matanya.

Dahi Irene mengernyit, merasa aneh dengan Sehun yang menatapnya seperti itu. "Sehun? Sehun, kamu kenapa?" Irene melambaikan tangannya didepan wajah Sehun.

"Aku suka," reflek Sehun sambil tersenyum idiot.

Irene memiringkan kepalanya. "Hah? Suka? Suka apa?"

Buru-buru Sehun mengembalikan kesadarannya. Menggelengkan kepalanya dengan ritme cepat-cepat.
"Ng-nggak! Nggak, nggak apa-apa kok. Hehe," jawabnya.

Irene meresponnya dengan turut mengembangkan senyum. "Kalo gitu saya masuk dulu, ya?"

Sebuah anggukan kecil mewakili jawaban Sehun atas ucapan Irene barusan. Membiarkan titisan bidadari itu bergerak menjauh dengan membawa keranjang rotan yang berisikan kue-kue.

Kalau tidak ingat sedang membawa motor, mungkin Sehun akan langsung salto untuk merayakan euforia yang melanda hatinya saat ini.

"Hun?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hun?"

Langkah kaki Sehun terhenti karena panggilan seseorang yang baru saja dilewatinya. Cowok tinggi itu lekas berbalik dengan alis saling bertemu.
"Manggil gue?" tunjuknya pada dirinya sendiri.

𝙄𝙙𝙚𝙖𝙡 𝙏𝙮𝙥𝙚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang