7. You

672 93 39
                                    

2020

JACKSON POV
___________________________

Mark Tuan—lelaki dewasa yang harusnya bisa menjaga diri— menghilang.

Meski Mark bukanlah orang yang akan keluar rumah sementara mesin cuci menyala dan ruang duduk porak-poranda, aku tetap menyetir ke coffee shop langganannya. Bertanya pada pekerja di sana—bukan Sam. Mereka bilang Mark belum datang hari ini.

Aku bergegas kembali ke mobil, tergesa-gesa, tak sengaja melihat pantulan wajahku saat hendak membuka pintu mobil. Kacau. Sialan. Aku tak suka menjadi panik. Harus mengontrol diri. Tak usah buru-buru. Bernapas perlahan. Aku bukan lagi pemuda 18 tahun yang cengeng. Aku Wang Jackson dewasa. Mark akan baik-baik saja. Tentu. Mark Tuan yang selalu menyombongkan diri soal 'lebih tahu tentang hidup' pasti baik-baik saja. Tak usah buang-buang energi, aku pria elegan.

Tapi saat menyetir kembali ke rumah Jaebum, aku mengingat Mark yang dulu. Mark yang masih mencintaiku. Mark yang manis dan temperamental. Mark yang hanya menganggapku anak kecil yang merusuhi hidupnya. Bisa kubayangkan dia akan menyunggingkan senyum miring dan bilang, "Urus saja hidupmu sendiri, Wang. Aku bukan bocah sepertimu."

Aku benci saat dia bersikap sok dewasa.

_____

Di rumah Jaebum, sekali lagi aku merasa tersambut. Beberapa polisi sudah berjaga di halaman depan. Aku melewati mereka, berjalan ke teras, di mana Jaebum sedang berbicara pada salah satu polisi. Mereka mengalihkan fokus padaku.

"Wang Jackson-ssi?" Pria itu mengulurkan tangan, yang langsung kujabat. "Anda yang menelepon?"

Aku mengangguk.

"Perkenalkan. Saya Kim Yugyeom, detektive kepolisian, yang menangani kasus ini."

Aku mengangguk lagi, sedikit melirik Jaebum yang memasang raut terpukul.

"Aku akan bertanya-tanya sedikit." Kata Detektive Kim lagi. Wajahnya suntuk seperti polisi pada umumnya. Beberapakali dia menggaruk dagu, tapi pupilnya cemerlang seolah dia punya semangat menggebu-gebu meski kelelahan, "Anda yang pertamakali datang ke tempat kejadian dan menelepon polisi, lalu Anda bertemu Jaebum-ssi yang kembali ke rumah karena flashdisk nya ketinggalan. Jadi, apa yang membuat Anda ada di sini tadi?"

Aku melirik Jaebum. "Aku ada janji dengan Mark pagi ini, kami akan membicaran sesuatu."

"Oh, membicarakan sesuatu. Pembicaraan mengenai—?

Aku memandangi mereka berdua bergantian. Pandangan mereka aneh, mengintimidasi, memojokkan. Aku mulai kesal. "Aku tak tahu. Mark hanya menyuruhku datang. Itu saja."

Lagi, mereka bertukar pandang. Mata cemerlang Detektif Kim telah menyipit, terlalu jelas sedang mencurigaiku. Bodoh.

Kemudian dia menanyai beberapa hal
lagi. Pagi itu udara luar terasa lebih pengap dari seharusnya, kepalaku sakit dan aku seperti kekurangan oksigen setiap pertanyaannya terlontar. Dia menanyai soal kedekatanku dengan Mark, lalu kembali menanyai Jaebum, memeriksa ponsel kami dan menyadap ponsel Jaebum, katanya siapa tahu ada yang menelepon dan minta uang tebusan.

__________

Hari itu telah berubah menjadi hari paling menyebalkan dalam hidupku. Aku begitu kesal hingga malam itu aku menolak Jinyoung di ranjang. Dia cukup mengerti. Kami hanya berpelukan sambil berbincang.

"Mark yang malang." kata Jinyoung. "Aku tak paham—maksudku, kita baru saja berencana liburan ke gunung. Dan sekarang—sekarang dia tak ada. Dia hilang. Astaga, apa yang mungkin terjadi padanya, Seun-ah?"

LET'S NOT FALL IN LOVE | MARKSON JJP GOT7  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang