2012
MARK POV
__________________
Setelah hampir dua minggu tinggal jauh dari Jackson, aku akhirnya kembali pulang
—membawa surat gugatan cerai.
_________
.
.
.Kembali menginjakkan kaki di tempat ini, rasanya miris. Rumah. Bangunan tua reyot yang bisa ambruk kapan saja, aku menyebutnya rumah.
Tak mewah seperti mansion Jaebum. Tak ada fasilitas canggih. Tanpa penawaran rasa nyaman di setiap sudut.
Namun, lebih dari itu, ini adalah tempat di mana aku dan suamiku bisa bergelung seharian di atas ranjang—bermesraan dengan pelukan dan ciuman. Tempat dimana aku dan suamiku bisa saling mencintai tanpa larangan. Tempat aku dan suamiku akan bertengkar hebat untuk kemudian kembali berbaikan karena sadar tak bisa kehilangan satu sama lain.
Rumah.
Rumah kami.
.
.
.Aku masih memikirkannya saat tiba-tiba pintu di belakangku berderit pelan. Tersentak mundur, kedua kakiku tiba-tiba lemas dan berkas yang kupegang hampir lepas.
Bukan Jackson.
Melainkan Bambam.
Aku menarik napas lega. Bukan Jackson, yang artinya aku masih punya waktu. Masih belum harus melihat wajah terluka Jackson. Belum harus menyaksikan bagaimana dia akan melihatku sebagai penghianat paling kotor di dunia. Aku yang menghilang tiba-tiba. Aku yang kembali muncul tiba-tiba. Aku yang berhati dingin ingin mengajukan perceraian.
Dan lihat, setelah semua yang kulakukan itu, aku malah berdiri gemetaran di sini, menjadi pecundang yang ketakutan setengah mati. Menerka-nerka bagaimana Jackson nanti akan menghajarku sampai mampus. Membayangkan Jackson yang akan mengamuk. Mungkin membanting barang-barang. Mungkin melontarkan sumpah serapah.
__________
Aku benci waktu yang berjalan lambat sebanyak aku benci bagaimana Bambam menjamuku di rumahku sendiri—menawariku makan dan minum—seolah dia tuan rumah dan aku tamunya. Seolah aku orang asing.
"Jadi kau pulang setelah hampir dua minggu..., untuk itu, Hyung?" Bambam menurunkan pandangannya ke berkas-berkas di pangkuankku. Kelihatan tak habis pikir, dan aku dengan jelas menangkap gelombang kebencian dari tatapannya. "Wow. Setelah membuat Jackson hyung sehancur itu, sekarang kau tiba-tiba muncul.... untuk menggugat cerai. Begitu? Kau luar biasa, Mark Hyung."
Aku tahu. Bambam atau siapapun, terserah jika menganggapku bajingan. Apapun, keputusanku sudah bulat. Bercerai, mungkin jalan satu-satunya. Sam menghubungiku berkali-kali perihal kakak laki-laki Yoo yang langsung membuat kami kebakaran jenggot.
Siapa sangka Yoo tiba-tiba punya kakak laki-laki? Aku dan Jaebum telah berunding masalah itu dan sampai pada kesimpulan bahwa aku dan Jackson memang harus bercerai (Aku yang mengusulkannya. Aku tak bisa menyeret Jackson terlibat lebih jauh dengan perbuatan kriminalku. Dan yang terutama, aku tidur dengan orang lain dan aku tak mungkin masih sanggup tetap bersama Jackson setelah menghianatinya sekotor itu), lalu aku akan pindah ke luar negeri untuk beberapa tahun ke depan sementara Jaebum akan mengurus segalanya di sini (aku tak tahu pasti bagaimana yang dimaksud dengan 'mengurus segalanya' tapi aku tahu Jaebum pria yang bisa diandalkan).
Aku dan Bambam tak banyak bicara. Hanya beberapa dari pertanyaannya yang sanggup kujawab, namun, satu yang kusadari adalah Bambam begitu membenciku. Saat itu jam 12 malam dan Bambam memutuskan untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S NOT FALL IN LOVE | MARKSON JJP GOT7
Fiksi PenggemarSeseorang pernah mengataiku 'manipulatif'. ~Mark Tuan __ Park Jinyoung. Aku tak pernah memilih untuk mencintainya. Itu terjadi begitu saja. ~Im Jaebum Markson JJP