2012
MARK POV
_________________
Kehidupan ranjang kami membaik. Meski memang terbiasa melakukannya setiap malam, tetap saja seks minggu ini terasa berbeda. Kami bercinta bukan untuk berbaikan. Bukan sebagai pereda amarah.
Jackson akan mulai mencumbuku penuh perasaan, berhati-hati menanti responku dan hanya melanjutkan saat aku juga ingin-aku selalu ingin. Bibirnya yang lembut, rabaan halus di pinggangku. Bagaimana mungkin aku menolak?
Pagi itu, aku mendapati wajah seindah malaikat milik Jackson begitu dekat sehingga aku tak bisa menahan diri untuk mengecup bibirnya. Dengan ringan. Dengan lembut. Selembut kupu-kupu. Aku masih tersenyum memandangi wajah Jackson saat tiba-tiba jemarinya sudah merambat naik ke pergelangan tanganku, menahan saat badanku hendak menjauh.
"Cium aku dengan benar, sayang." katanya-masih terpejam.
Tapi aku tak merespon. Karena itu Jackson mengalihkan tangannya, kini meraih tengkukku. Membawaku begitu dekat hingga bibir kami kembali bersentuhan dan Jackson sudah membuka matanya.
Lalu selanjutnya adalah lumatan agresif. Jackson mulai mendesakkan lidahnya dan pinggangku dicengkram erat. Begitu bergairah. Juga gawat-karena ini sudah pagi dan aku harus pergi bekerja.
"Enough, Jack." Aku mendorong bahunya. "Aku harus pergi bekerja, okay."
Jackson cemberut, tapi tetap melepasku. Sebagai gantinya dia mendaratkan kecupan lembut di keningku. "Ya sudah, mandi sana." Ditepuknya pipiku pelan.
Aku segera beranjak, meraih underwear ku yang tergeletak di lantai, memakainya, kemudian berjalan menuju kamar mandi sementara Jackson kembali terlelap.
__
Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang terlilit di pinggangku. Ponsel Jackson bergetar terabaikan di nakas karena pemiliknya masih tidur bermalas-malasan. Password ponsel Jackson adalah tanggal ulang tahunku. Aku dengan mudah membukanya.
~Cindy
Jackson, aku bertengkar dengan pacarku. Dia kembali mengungkitmu dan bilang akan menghabisimu. Bagaimana ini, Jackson? Dia kelihatan sangat serius. Aku takut sekali.
Cindy? Seorang gadis. Cantik. Sepertinya wanita yang dia cium tempo hari. Aku menscroll pesan-pesan mereka dan yang kudapati adalah percakapan-percakapan mesra dan panggilan sayang.
Brengsek.
Jackson selalu melakukan ini. Membuatku terbang tinggi karena hujaman cintanya, kemudian menjatuhkanku tiba-tiba. Tanpa aba-aba. Dan itu menjadi sangat sakit. Dia mencintaiku. Benarkah itu?
Aku beralih duduk di tepi ranjang, membelakangi Jackson. Meremat kuat ponselnya yang ingin sekali kuhantamkan ke lantai. Jackson sialan. Jackson brengsek. Jackson bajingan.
Kemudian aku merasakan lengan Jackson yang memelukku dari belakang. Dia sudah beranjak duduk. Tangannya menyelimuti tanganku, dadanya yang telanjang menempel di punggungku. "Kenapa, sayang? Mau cium lagi?" katanya, terkekeh main-main. "Atau mau kubuat handukmu melorot?"
Brengsek. Susah payah aku menelan ludah. Mati-matian untuk tidak berbalik dan meninjunya karena aku malah hanya duduk, menerima semua usapannya di kulitku.
"Kau punya selingkuhan?" Itu yang akhirnya kukatakan.
Jackson tak langsung menjawab, aku bisa merasakan dia yang sedikit tersentak di belakangku. Perlahan dadanya semakin menekan punggungku, pelukannya mengerat, dan dagunya ditopangkan di bahuku.
"Kau memeriksa ponselku? Tumben sekali." Jackson mengecup leherku sesaat. "Akan kujelaskan, okay."Dia menghela napas sebentar sebelum mulai bercerita. "Namanya Cindy. Aku bertemu dengannya beberapa bulan lalu, wajahnya memar, katanya pacarnya abusive. Saat itu aku merasa begitu bisa memahaminya, Mark. Entahlah, mungkin karena aku berpikir kami bernasib sama-kau tahu saat itu kita juga selalu bertengkar. Entah bagaimana, kami jadi semakin dekat. Hanya pelarian. Itu saja. Lalu dia menawariku pekerjaan, dan kami jadi teman."
"Kau menciumnya." Aku mendebat.
"Ya, aku memang menciumnya beberapakali. Tapi itu cuma ciuman biasa, Mark. Tanpa perasaan. Samasekali tak berarti." Sebelah tangan Jackson bergerak naik, menyentuh wajahku yang kemudian dia kecup. "Kau percaya padaku kan, sayang? Waktu itu, saat kau memergoki kami, percayalah, itu yang terakhir. Sekarang aku sudah menjauhinya, I swear. Aku mencintaimu, Mark. Banyak-banyak. Sangat banyak sampai tak ada sisa lagi untuk mencintai orag lain. Nanti kalau perlu akan kubuat tato besar-besar di jidatku. Tato tulisan. Tulisannya 'PUNYA MARK'. Tiap hurufnya kapital. Biar semua orang tahu kalau aku punyamu. Cuma punyamu." Jackson mengatakannya dengan raut sungguh-sungguh.
Cheesy. Jackson itu cheesy. Itu menyebalkan. Meski terkadang aku juga menyukainya.
Tapi aku percaya pada Jackson. Dia mencintaiku. That's it.
Tapi tetap saja Jackson perlu diberi pelajaran.
Jadi aku meraih tangannya dari wajahku, membawanya ke pangkuan dan menyelipkan jemariku di sela-sela jemarinya. "It's okay. Goyah itu wajar, Jack. Aku juga terkadang mencium Sam, dan mungkin punya perasaan padanya."
Itu dimaksudkan untuk membalas Jackson. Hanya mengada-ngada. Aku sangat mencintai Jackson, mana mungkin aku melirik orang lain.
Tapi Jackson menanggapinya serius, sesuai rencanaku. Aku sudah menggeser posisi dudukku hingga bisa melihat wajah Jackson yang shock, rahangnya mengeras dan pandangannya agak nanar.
Perlahan dia melepaskan tautan jemari kami.
Saat itu aku sudah tak tega lagi. Aku menyeringai jenaka dan langsung menangkup wajah Jackson dengan kedua tanganku.
"Just kidding. Wajahmu jangan langsung muram seperti ini, tampan." Kataku buru-buru. "Aku tak pernah mencium Sam di bibir. Aku mencintaimu banyak-banyak, tak ada sisa buat Sam. Nanti aku juga akan buat tato besar-besar di jidatku. 'PUNYA JACKSON'. Biar semua orang tahu kalau aku punyamu. Cuma punyamu." Kemudian aku langsung mencium bibirnya yang sedikit terbuka. Ciuman yang lebih sungguh-sungguh.
Pagi itu kami membuat sesi cuddling dadakan. Saling membisikkan kata-kata cheesy.
"Aku akan bersamamu selamanya." kata Jackson.
"Kalau aku tak mau?"
"Mm, kalau begitu, aku akan menjebakmu di sisiku selamanya." Jackson meralat.
Aku tertawa geli. "Baiklah, jebak aku selamanya, Sir."
Pernikahan kami memang agak amburadul, banyak drama, dan bodoh. Tapi jika aku memikirkannya lagi, pernikahan kami begitu kuat.
Kami mengalami banyak hal, dan entah bagaimana kami selalu bertahan. Mommy. Sam. Cindy. Masalah finansial. Bahkan pernikahan kami pun tanpa restu.
Karena itu, aku merasa tak mungkin ada lagi yang lebih buruk dari semua itu, dan jika pun ada, kami hanya akan kembali bertahan.
__________
__________
Tapi malam itu, Jackson pulang dalam keadaan babak belur. Memar di pelipis, sudut bibir berdarah. Jackson menolak saat kutanya. Aku kalut sendiri.
Hingga saat tengah malam, nomor tak dikenal menghubungiku. Cindy. Perempuan itu terisak-isak menanyakan keadaan Jackson. Dia bilang Jackson berkelahi dengan pacarnya, dan sekarang pacarnya dirawat di rumah sakit.
Tbc
Gimana guys wkwkwk?
Mian kalo byk typo
Markson emg kadang2 kalo lg kambuh suka gombal gajelas.
Btw sebenarnya aku mau update td tp malah ketiduran masa 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S NOT FALL IN LOVE | MARKSON JJP GOT7
Fiksi PenggemarSeseorang pernah mengataiku 'manipulatif'. ~Mark Tuan __ Park Jinyoung. Aku tak pernah memilih untuk mencintainya. Itu terjadi begitu saja. ~Im Jaebum Markson JJP