18. The Dawn (5)

494 68 57
                                    

2012

Mark POV
________

Kami pandai bersandiwara—misalnya dengan menganggap pelarian ini sebagai liburan usai penat.

.

Tinggal jauh dari hiruk-pikuk kota yang padat rupanya mampu membuat kecamuk dalam pikiranku mereda. Tak ada pekerjaan yang melelahkan. Tak ada pernikahan yang menguras emosi.

Semalam, pengacara Jaebum telah mengurus kasus Jackson. Jaebum tak terlalu menuntut penjelasan saat kubilang tak ingin membahas kasus itu dengan Jaebum—aku berkomunikasi langsung dengan pengacara yang disewa Jaebum. Aku menyerahkan uang dendanya dan harusnya Jackson tak akan terkena masalah lagi. Semuanya selesai.

_________

Hari ini masih setenang hari kemarin, menghabiskan waktu berdiam diri di kamar villa Jaebum sambil memandangi langit yang oranye pekat. Menunggu waktu bergulir berharap ingatanku akan tersapu.

"Hai," Jaebum muncul di ambang pintu kamar, sebuah cangkir putih menggantung kokoh di jemarinya. "Teh?"

Lagi, senja tiba dan kami berdua kembali berakhir dengan obrolan ringan di kursi malas beranda kamar. Teman bersantai yang manis, bukan?

Ada banyak hal yang kusukai dari Jaebum. Misalnya, bagaimana dia selalu bersikap tenang dan tersenyum seolah tak ada permasalahan yang terlalu sulit untuk diatasi. Bagaimana dia begitu elegan dalam balutan pakaian kasual seperti kaus putih rumahan dan celana longgar yang sedikit berkibar tiap dia melangkah.

Juga betapa tampan wajahnya saat berlatar mentari senja yang hampir tenggelam. Rahang tegas yang diimbangi tatapan lembut. Lalu candaan ringan yang terlontar enteng namun selalu mampu memancing tawaku.

"Kau cantik seperti itu." kata Jaebum di akhir kalimatnya.

Aku terdiam, tawaku beralih jadi kernyitan bingung.

"Saat tertawa seperti itu, kau cantik, Mark." ulangnya. Kami masih duduk di kursi malas di beranda kamar dan kurasakan wajahku memanas.

________

Di hari lain, kami akan menghabiskan pagi di ruang baca. Duduk berhadapan di dua sofa hanya disaksikan rak-rak buku yang menjulang tinggi.

Buku tebal yang kuambil sembarangan puluhan menit lalu masih kupegang seadanya di depan wajah. Sesekali mengintip dari baliknya, mengamati raut serius Jaebum, lalu kembali terpukau.

Selalu seperti ini.

Seakan ada sesuatu dari cara Jaebum membalik lembaran bukunya hingga membuatku mengulum senyum kagum. Dari caranya menatapku hingga membuat dadaku terasa hangat. Kemudian saat bibirnya tersenyum lembut—bertanya apa aku menyukai bukuku—dan hanya kubalas dengan anggukan canggung karena aku bahkan belum menyelesaikan satu paragraf pun.

____________

"Sudah berapa lama hubungan kalian?" tanya Jaebum suatu hari.

Aku hanya mengernyit sambil mengamatinya yang masih berkutat dengan sarapannya di piring.

"Kau dan pacarmu." Lanjutnya. Jaebum belum menatapku, hanya berujar ringan dengan fokus masih pada tangannya yang sibuk memegangi sumpit. "Kemarin siang—saat kau tertidur di ruang baca—kau mengigaukan namanya. Kau merindukannya?" Jaebum telah mendongak, menatapku lamat-lamat. Membuatku dengan refleks mengalihan pandangan dan menunduk.

Jackson.

Benakku mengucap namanya.

Jackson.

Jackson.

Bodoh. Bagaimana mungkin aku berpikir telah berhasil mengenyahkannya dari pikiranku.

Jackson.

Jackson.

Jackson. Jackson. Jackson.

Berhentilah berlarian di kepalaku, Jack. Aku tak sanggup lagi.

__________

Hari baru. Hari lain dimana aku masih berusaha melupakan Jackson. Membohongi diri sendiri, berusaha percaya bahwa aku bukan pria payah yang tengah mati-matian meredam rindu.

Mengusap air mataku kemudian cepat-cepat menyibak gorden, membiarkan cahaya matahari menerpa wajahku seolah rasa rinduku akan ikut mengering.

Hampir seminggu dan Jackson tak pernah lagi menghubungiku.

________________

.

Aku tak sadar saat melakukannya—aku bersumpah.

Siang itu—di ruang baca—saat hujan turun deras sementara aku dan Jaebum duduk bersebelahan di sofa. Awalnya aku hanya berpura-pura membaca seperti biasa. Memegang buku seadanya sementara pikiranku melayang—memikirkan kenapa Jackson yang biasanya selalu keras kepala tiba-tiba berubah jadi penurut untuk tak menghubungiku.

Lalu aku mulai menguap dan Jaebum menepuk pelan pahaku sambil terkekeh menggoda. Aku mungkin terlelap tak lama setelahnya.

.

Saat aku terjaga, semuanya samar. Kepalaku rupanya telah jatuh bersandar di bahu Jaebum. Terbangun dengan napas tersengal dan perasaan yang begitu kalut. Aku yakin melihat Jackson dalam mimpiku. Bukan Jackson yang tersenyum penuh cinta. Melainkan Jackson dengan sorot kecewa dan pelupuk mata yang berair. Pikiranku kacau. Kepalaku berdenyut dan aku diterpa perasaan takut luar biasa. Aku takut kehilangan Jackson.
.
.
.

Jackson.

Aku ingin memeluknya. Ingin mendengar suaranya. Ingin mendengarnya mengatakan  mencintaiku.

Mencintaiku selamanya. Selalu. Bahkan setelah semua yang kulakukan. Aku ingin Jackson tetap mencintaiku.

.

Aku tak ingat kapan aku mulai menangis. Mataku tiba-tiba saja sudah basah sehingga pandanganku memburam. Masih terisak. Mungkin aku menggumankan nama Jackson, mungkin hanya berbisik, atau hanya terucap dalam hati. Entahlah. Aku tak bisa berpikir. Yang kutahu, saat ini aku begitu membutuhkan Jackson.

Butuh sentuhannya.

Karena itu, aku bergerak mendekat, mengikis jarak yang mungkin hanya tinggal beberapa centi dan berhenti saat pipiku disentuh halus. Merasakan jemarinya mulai membelai pipiku dan desahan halus lolos dari bibirku. Aku kacau, meremat kausnya dengan erat. Penuh kebutuhan. Takut kehilangan.

Hingga jarak kami benar-benar terkikis.

Aku terkesiap saat merasakan tekanan lembut bibirnya di bibirku. Satu tangannya menyangga tengkukku, dan satunya lagi mencengkram pinggangku. Darahku berdesir, detak jantungku tak menentu.

Entah siapa yang memulai. Tapi ciuman itu benar-benar terjadi. Aku dan Jaebum.....berciuman.

___________________

1 Pesan Masuk

Sam

Mark? Kau dimana? Aku baru pulang dari Jepang semalam. Kata Dohyun kau dan Yoo sudah seminggu tak masuk kerja dan tak satu pun dari kalian yang bisa dihubungi. Kalian dimana, ya ampun. Kakak laki-laki Yoo datang ke sini tadi pagi, dia meminta nomormu. Kuberikan saja, bagaimana?

TBC

_____________

Udh cukup lama aku gak update. Pas login wp lg ternyata udh byk yg unfoll, but it's okay. Aku jg gatau entah knp ngehindari bgt buat nulis part ini (mungkin karna gak ada adegan marksonnya kali ya, pengen langsung lompat aja ke part berikutnya). Anyway...ini dulu buat chapter ini , see you guys🤗🤗

LET'S NOT FALL IN LOVE | MARKSON JJP GOT7  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang