[BEBERAPA CHAPTER SUDAH DI HAPUS]
Perjalanan cinta yang panjang
Untuk seorang wanita yang sudah pernah menikah dan jatuh cinta lalu mempunyai anak, tidaklah mudah untuk memutuskan sebuah ikatan dengan masa lalunya.
Mungkin dia akan ragu atau bisa sa...
Jiya menatap langit-langit kamarnya, sudah lewat tengah malam tapi dia masih terjaga. Tangannya perlahan terangkat menutupi cahaya lampu yang masuk ke matanya, ingatannya berusaha menginggat kata-kata keanu beberapa jam yang lalu tentang dia yang seharusnya mencoba bergantung terhadap keanu.
Bukan hal baru jika dia selalu di nasehati tentang ini. Jiya bukan tipe wanita yang senang bergantung dan merepotkan orang lain, takut jika saat dia ditinggalkan maka dia tidak bisa hidup dengan baik. Ada alasan dibalik sikap itu. Sebuah alasan yang membuat jiya berubah sangat jauh.
Hidup mandiri dan berusaha menghidupi anak-anaknya, kembali menjadi dokter semasa menikahi bara lalu berhenti karena harus menjadi istri dan juga ibu untuk anak-anaknya membuat jiya bergantung banyak terhadap barata tapi pada akhirnya dia menyesali seumur hidupnya. Sebelas tahun dia hidup dalam pernikahan yang sia-sia.
Delapan tahun yang lalu dia melepaskan semuanya untuk laki-laki itu. Kenyataannya bara malah meninggalkan luka yang berdarah-darah dihatinya sampai menimbulkan infeksi yang mulai membusuk seiringnya waktu. Dia masih ingat semuanya dengan jelas seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Tamparan dan pukulan bara serta kalimat merendahkan yang di tujukan untuknya. Bara meninggalkan dia demi wanita itu.
Jiya masih menangis setiap malam ketika menginggat semuanya. Dulu keadaannya bahkan lebih buruk, dia terlihat seperti orang sekarat. Kata vanno, si bungsu. Buna nya terlihat seperti lego yang kehilangan bagiannya. Hidup tapi tidak benar-benar hidup. Bekerja tanpa tidur sampai tangan jiya sempat gemetar saat di ruang operasi. Untung saja chan menyelamatkannya, abangnya mengata-ngatainya bodoh dan ingin menghancurkan dirinya sendirian.
Jakarta tiga tahun yang lalu
"Apa mau kamu yang sebenarnya jiya?!"
Chan dwiguna wicakso menggebrak meja kerja adiknya. Matanya menatap galak jiya yang terlihat pucat, sudah dua hari tidak pulang kerumah dan meninggalkan anak-anaknya sendirian. Keadaanya persis seperti orang yang memaksakan diri dan tidak mau mendengarkan siapapun. Chan sampai harus pulang keindonesia dan meninggalkan pekerjaannya di amerika karena adiknya yang keras kepala.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak habis pikir kenapa jiya sampai bersikap tidak keren. Perceraian bukan hal mudah, chan tahu itu dengan jelas walaupun dia belum mengalaminya dan semoga tidak pernah. Sebagai kakak laki-laki satu-satunya chan tentu masih peduli dengan kelangsungan hidup adiknya terutama ketiga keponakannya yang sekarang tinggal di rumahnya bersama istrinya.
"Kenapa datang?" Jiya menatap malas chan yang berdiri didepannya, tangannya sedang sibuk memijit kakinya yang mati rasa. Berdiri enam jam untuk operasi jantung.
"Pertanyaan bodoh, aku datang karena kamu kalo mau mati jangan meninggalkan keponakanku dengan alasan kamu tidak ingin bercerai dari pria bejat itu!"