2012
"Gue enggak suka sama lo."
Satu kalimat itu menusuk indera pendengarannya yang bahkan belum mengatakan sepatah katapun, membuat tenggorokannya serasa tertohok.
"Lo mau confess, kan? Tapi gue enggak suka sama lo. Gimana?"
Sepasang mata tajam bagaikan elang yang menjadi karakteristik anak lelaki itu kini hanya tertuju padanya. Alisnya bertaut, sudut bibirnya mengerut. Kentara sekali bahwa ia sedang jengkel. Jengkel karena tiba-tiba saja diajak bicara berdua seperti ini yang tujuannya sudah ia ketahui jelas sejak jauh hari.
"Jadi bisa enggak berhenti ngikutin gerak-gerik gue terus? Sorry, guenya risih."
Andina mengerjap-ngerjap, mendadak tak bisa berkata-kata. Malu? Sudah pasti. Ia bahkan belum membuka mulutnya untuk mengutarakan perasaannya, tapi satu kalimat yang meluncur keluar dari mulut ketua kelasnya itu seakan meruntuhkan fantasi-fantasi menggemaskan yang ada di pikirannya semenjak pertama kali melihat Dirga.
Sialan! Bagaimana Dirga bisa tahu Andina menyukainya?
Apa teman-temannya membocorkan hal itu pada Dirga? Apa gerak-gerik Andina yang sering memperhatikannya di kelas terlihat begitu jelas? Memangnya Dirga lihat kalau Andina sering meniru posisi duduknya? Caranya berjalan? Caranya berdiri setiap apel pagi? Bahkan perilaku Andina yang berubah menjadi jaim setiap di dekatnya?
"Oh..." Hanya itu yang keluar dari mulut Andina, itu pun dengan sedikit bergetar. "Y-yaudah..."
Yaudah? Yaudah apa? Andina bahkan tak tahu ingin berkata apa.
Dirga menatap gadis di hadapannya dengan aneh. Ada sedikit rasa senang di hatinya melihat gadis berseragam putih biru itu menjadi mati gaya setelah ia menolaknya. Dirga tahu sebesar apa malu yang dirasakan Andina. Semua terlihat jelas di wajahnya.
"D-Dir..."
"Kenapa lagi?"
Jawaban tak bersahabat itu sekali lagi membuat Andina terdiam. Ia dengan takut-takut melihat wajah Dirga. Kenapa ia memanggilnya? Astaga, ia bahkan tak tahu apa yang ingin dikatakan. Andina menatap tak terarah, sebelum pandangannya mendarat ke bawah. Ia sekali lagi melihat wajah Dirga dengan enggan.
"R-Risleting lo kebuka, tuh."
Setelah perkataan itu meluncur keluar dari mulut Andina, lelaki itu segera menunduk ke bawah untuk mengecek, mengecek apakah benar ia lupa menaikkan risleting celana setelah dari toilet tadi. Namun ketika ia melihat sendiri, celananya baik-baik saja. Sebelah mana risletingnya turun? Risletingnya masih menyimpan rapat asetnya dengan aman di balik seragam celana birunya.
Begitu Dirga kembali mengangkat kepalanya, rupanya Andina sudah memanfaatkan kebohongan itu sebagai kesempatan untuk melenggang kabur menyelamatkan wajahnya.
***
"Macho nolak gue masa."
"Demi apa?"
Gadis belia itu terduduk lemas di antara teman-temannya, Risa, Dela, dan Nadine. Padahal Andina sudah menyiapkan diri selama dua hari hanya untuk mengutarakan perasaannya pada Dirga. Jangan disangka semuanya terasa mudah. Untuk seukuran anak SMP kelas tujuh yang baru mengenal rasa suka, hatinya seakan ingin meletus hanya dengan mengajak Dirga bicara, tidak sinkron dengan otaknya yang selama ini berfantasi menggemaskan ala-ala sinetron yang perasaannya dibalas kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Singgung
Teen FictionOrang-orang mengatakan, jika kamu menyukai seseorang, maka perasaan itu hanya bertahan selama 4 bulan. Lebih dari itu, artinya kamu mencintainya. Awalnya Andina hanya menjadikan anak lelaki itu sebagai pelampiasan move on saat SMP, tetapi ia tak tah...