7. Atensimu

91.7K 14.2K 1.5K
                                    

2012

"Din, pinjem pensil, dong."

Setelah sekian lama, Fadil kembali menghampirinya untuk meminjam barangnya. Dela sedang ke toilet, jadi ia tak mungkin mengorek-ngorek tempat pensilnya tanpa adanya sang pemilik. Andina melirik Fadil dengan malas, ia mengarahkan dagunya pada tempat pensil hijaunya.

"Ambil aja," ujarnya singkat tanpa menunjukkan ketertarikan.

Fadil, seperti biasa, membuka sendiri tempat pensil Andina untuk mencari pensil 2B. Ketika menemukannya, ia lantas mengambilnya. "Ih, ini bekas lo gigit, ya?!" Ia berseru heboh melihat bekas-bekas gigitan di bagian bawah pensil dan menunjukannya pada Andina.

Andina hanya mengernyit padanya. "Apaan, sih," gumamnya pelan seraya menggeleng. Ia kembali menulis-nulis jawaban di bukunya, mengabaikan Fadil yang bertingkah dramatis.

Sungguh, jika orang yang ia sukai ternyata menyukai sahabatnya, Andina lebih memilih mundur dan berjaga jarak dari Fadil. Tentu saja ia memilih sahabatnya lebih dari apapun. Apalagi sikap Fadil yang berubah terhadapnya membuat Andina ikut malas meladeninya.

Lagipula Andina juga mengakui bahwa Dela lebih menarik darinya. Dela merupakan keturunan Jepang, wajahnya sangat putih, lebih terang sedikit darinya. Dela pantas memakai pakaian apapun dan potongan rambut apapun, tidak seperti dirinya yang selalu diikat satu atau hanya digerai berantakan karena ia malas menatanya. Bukan hal yang aneh jika Fadil lebih menyukai Dela ketimbang dirinya.

Fadil masih berdiri di tempatnya untuk beberapa saat. Andina sengaja tak mengacuhkan kehadirannya dan tetap memfokuskan atensinya pada soal yang ia kerjakan. Kemudian tak lama, lelaki itu pergi sendiri untuk kembali ke tempat duduknya, membuat Andina dapat bernapas lega karena berdekatan dengan Fadil seperti itu masih membuat hatinya berdebar.

Dela baru saja kembali dari toilet. Kembalinya gadis itu membuat Andina melirik Fadil secara diam-diam, ingin tahu apakah ia sedang memandang Dela atau tidak. Dari penglihatannya, Fadil tampak melirik Dela sekilas ketika masuk kelas, lalu kembali melihat ke papan tulis untuk menyalin soal. Sudut mulut Andina mengerut jengkel hanya dengan sikap sederhana itu. Oh, terserah jika lelaki itu menyukai Dela, ia sudah tak peduli dengan Fadil. Gadis itu menggeleng sendiri dan kembali mengerjakan tugasnya.

Andina bersungguh-sungguh saat ia mengatakan sudah tak peduli dengan Fadil. Ia dapat menahan diri untuk tak tertawa atau bahkan memperhatikan lelaki itu setiap melucu di kelas. Yang awalnya ialah yang tertawa paling keras, kini menjadi satu-satunya orang yang bahkan tak tersenyum melihatnya. Andina tak lagi memerlukan lelaki lain untuk menjadi pelampiasan move on karena ia sudah tak tertarik pada siapapun, bahkan tidak pada Dirga.

Seperti ketika free class, Fadil berdiri di atas meja, menjadi pusat perhatian satu kelas diiringi tawa karena menirukan gaya peselancar setelah menaikkan arah AC yang menjadi rebutan. Di saat itu juga, Andina dapat melihat Fadil sedang melihat ke arahnya sembari menyeringai jenaka. Oh, benar, maksud Andina adalah Fadil sedang melihat ke arah Dela. Ia tak mau salah pemahaman lagi.

"Nguengg... nguengg..." Fadil membuat suara-suara aneh selagi berdiri di atas meja.

"Dil, ada SM!"

"Hah? Mana?!" Lelaki itu refleks turun dari sana karena tak ingin tertangkap basah oleh Pak Sleman untuk yang kedua kali. Namun saat ia menengok ke arah jendela kelas, lorong sekolah tampak sepi-sepi saja. "Ah, gue slepet lo, Dap." Ia lagi-lagi melempar Daffa dengan penghapus yang entah milik siapa di meja itu.

Andina mendengus dan memutar kedua matanya, menganggap apa yang dilakukan Fadil hanya sebatas kebodohan. Setelah puas bergulat dengan Daffa, Fadil kembali ke tempat duduknya. Dari ekor matanya, Andina dapat merasakan pandangan Fadil lagi-lagi terarah kepadanya dan Dela. Gadis itu sengaja membuang muka, berusaha membiarkannya memperhatikan orang yang disukainya, tanpa lelaki itu tahu bahwa hati Andina mencelos karena Fadil terus memberi Dela perhatian.

Garis SinggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang