36. Usai Di Sini

112K 15.5K 13.6K
                                    

2023

"Iya, Handi, ini aku sama mama baru sampai." Andina berkata pagi itu sambil menggeret-geret koper, berjalan berdampingan dengan ibunya menuju pintu keluar Bandara Ngurah Rai. "Enggak delay untungnya."

"Sayang aku ada kerjaan, jadi enggak bisa nemenin kamu."

"Enggak apa-apa. Kalo kamu ikut, yang ada aku sama mama malah ngerepotin kamu."

Andina dan ibunya saat ini sedang berada di Bali. Gadis itu baru saja mendapat bonus dan menyempatkan untuk berlibur weekend ini lantaran Senin merupakan tanggal merah. Tentu saja Andina sangat antusias karena akhirnya ia bisa menyenangkan ibunya atas hasil kerja kerasnya sendiri. Lagi pula ibunya sudah lama tak berlibur. Yang dilakukannya setiap hari hanyalah menonton program televisi alay.

"Handi, udah dulu ya? Aku mau telepon sopir yang bakal jemput kita. Harusnya sekarang udah sampai sih."

"Iya, have fun ya, Andina sama Tante. Daah..."

"Dadaah..."

Andina menutup telepon Handi. Ia beralih membuka room chat lain dari sopir yang akan mengantarnya ke sana kemari selama di Bali. Namanya adalah Pak Wayan, rekomendasi dari rekan kantornya yang katanya menawarkan harga tak terlalu mahal.

"Andina, yang itu bukan?" Ibu Andina menunjuk seorang pria yang membawa kertas bertuliskan namanya di antara para penjemput lain. Tampaknya memang benar pria itu orangnya.

"Iya, benar, Ma."

Ia dan ibunya berbelok menghampiri pria paruh baya itu. Menyadari kedatangan mereka, pria itu pun menyunggingkan senyum ramah.

"Saya Wayan." Pak Wayan memperkenalkan diri, mengulurkan tangannya sopan untuk bersalaman dengan mereka.

"Iya, saya Andina, ini ibu saya." Andina dan ibunya menyambut uluran tangan Pak Wayan. "Udah lama nunggu, Pak?"

"Ah, enggak. Sekitar sepuluh menit lalu baru sampai." Pak Wayan menjawab ramah. "Mari saya bantu."

Pria itu membantu membawakan barang mereka menuju mobil. Andina benar-benar tak sabar berjalan-jalan dengan ibunya. Ini adalah hal yang ingin ia lakukan sejak lama—membawa ibunya bersenang-senang.

"Ini kita ke Uluwatu dulu kan, Pak, baru pulangnya ke hotel supaya sekalian?" tanya Andina, berjalan di parkiran menuju tempat di mana mobil Pak Wayan berada.

"Iya, Mbak," jawab Pak Wayan, menekan kuncinya untuk membuka kunci mobil.

Andina berhasil dibuat tertegun ketika mereka sampai di mobil Pak Wayan. Mobil Pak Wayan adalah Alphard berwarna putih, terkesan fasilitas sangat mewah untuk harga miring yang mereka sepakati.

Gadis itu saling tatap dengan ibunya, lalu memandangi mobil itu seksama yang bagasinya kini terbuka karena Pak Wayan mulai memasukkan barang-barang mereka.

"Ini... mobil Bapak?" tanyanya tak yakin.

"Iya." Pak Wayan mengangguk. "Kenapa, Mbak?"

Pertanyaan balik itu membuat Andina terdiam. Meski merasa heran kenapa pemilik mobil mewah seperti Pak Wayan mau bekerja sebagai tour guide, Andina memilih tak berkomentar jujur karena takut membuat pria itu tersinggung.

Garis SinggungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang