2016
Tatapan yang saling beradu itu bertahan selama beberapa lama. Fadil yang semula sedang tertawa-tawa bersama teman SMA-nya kini bergeming di ambang pintu. Lelaki yang dulu menghiasi masa SMP-nya itu kini terlihat lebih dewasa dan lebih tinggi. Bagi Andina, waktu seakan benar-benar berhenti. Keduanya tak berkutik karena terlalu fokus akan kehadiran satu sama lain—hingga kedua mata lelaki itu berpindah ke sosok gadis di sebelah Andina.
Benar, Debby juga ada di sini, di antara mereka berdua. Debby berada di ruangan yang sama dengan mereka. Gadis berambut sebahu itu tak kalah kaget akan kehadiran Fadil. Ia yang semula sedang bercanda-canda dengan Ica menjadi diam seribu bahasa atas kedatangan sang mantan yang menghiasi masa awal pubertasnya. Tak ia sangka ia akan bertemu lagi dengan Fadil di sini—out of all places.
"Dil, jalan, anjir!"
Piere, yang sebenarnya sudah menjadi teman bimbel Andina dan Debby sejak kelas 11, mendorong teman satu SMA-nya itu dari belakang karena berhenti mendadak. Fadil pun tersadar dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya mencari-cari kursi kosong di sana, yang rupanya ada di deret paling belakang. Fadil berjalan melewati bangku-bangku lain untuk pergi ke belakang kelas.
Sial! Bagaimana bisa Fadil masuk ke bimbel ini? Apa SMAN 200 begitu dekat dengan SMAN 400?
Andina memang menyadari bahwa beberapa teman bimbelnya berasal dari SMAN 200, tetapi ia tak pernah berpikir bahwa Fadil juga akan masuk ke bimbel ini suatu saat nanti.
Gadis itu meraih ponsel barunya. Ia menutupi layar ponselnya dari siapapun dengan menggunakannya di dalam tas. Tangannya bergerak menuju aplikasi Google Maps dan mulai mengetikkan nama SMA Fadil.
Dari hasil Google Maps itu, dikatakan bahwa perjalanan dari SMAN 200 menuju SMAN 400 memakan waktu 15 menit jika lancar. Jika macet, maka dapat memakan waktu lebih dari 20 menit. Itu pun harus melewati stasiun kereta api yang ada di dekat SMAN 200.
Out of all places, kenapa mereka harus bertemu lagi di sini? Andina bahkan tak melihat lelaki itu ketika ia kembali ke SMP untuk melakukan cap tiga jari. Bimbel ini berjarak beberapa meter saja dari SMAN 400 karena Andina tinggal berjalan kaki keluar gang jika ia tidak malas. Sementara jarak tempat ini dengan sekolah Fadil cukup jauh.
Like, damn, lelaki itu bisa mendaftar bimbel di mana saja yang dekat dengan rumahnya atau sekolahnya agar tidak lelah. Kenapa Fadil harus masuk ke bimbel ini?!
Kefrustasian batin Andina terinterupsi kala Debby di sebelahnya berdeham pelan. Dehaman itu bukan untuk membersihkan tenggorokan Debby, tetapi lebih condong bertujuan untuk membersihkan pikiran gadis itu sendiri yang sempat tak berfungsi selama beberapa saat.
Andina lupa bahwa Debby juga ada di sini.
Mantan pacar Fadil, yang dulu Andina rela membuang waktunya percuma hanya untuk menguntit media sosial gadis ini, kini sudah menjadi teman dekatnya dan tentu saja juga menyadari kehadiran Fadil.
Debby bergerak canggung memain-mainkan pulpennya. Andina mengerti perasaan itu. Fadil kini duduk di deretan paling belakang dan bisa leluasa melihat ke manapun tanpa orang yang menjadi fokusnya tahu bahwa ia sedang diperhatikan. Andina mengerti benar perasaan itu.
Andina berusaha mencuri pandang ke belakang. Fadil kembali bercanda-canda dengan gerombolan temannya, Piere, Hizam, Kensha, dan Danar. Tetapi raut wajahnya tak seceria ketika ia masuk ke kelas. Keempat temannya itu sudah menjadi teman bimbel Andina sejak kelas 11. Hanya Fadil yang baru masuk di kelas 12 ini. Sekali lagi, kenapa Fadil harus masuk ke bimbel ini?!
Oke, mungkin ia terlalu berlebihan karena lelaki itu kemungkinan besar hanya ingin mengikuti teman-temannya di sini. Tetap saja, Andina tak pernah menyangka ia akan kembali berjumpa dengannya di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Singgung
Teen FictionOrang-orang mengatakan, jika kamu menyukai seseorang, maka perasaan itu hanya bertahan selama 4 bulan. Lebih dari itu, artinya kamu mencintainya. Awalnya Andina hanya menjadikan anak lelaki itu sebagai pelampiasan move on saat SMP, tetapi ia tak tah...