S2. Chapter 5 - Tuan Putri

8 2 0
                                    

Aruna merasa senang dengan semua ini. Dia memang belum jadi seorang panglima tapi, dia sudah bisa melihat ayahnya dari dekat. Tidak seperti dulu yang hanya bisa mengintip dari balik semak-semak.

Hari demi hari dia lewati dan dia nikmati dengan berlatih di istana. Tentu saja dia tak sendiri, ada banyak sekali yang terpilih dan selagi liontinnya masih menyala pasti ada Rawindra disana. Kalau ada Rawindra pasti ada avanti yang menemaninya.

"Aruna, kamu mau pilih senjata yang mana?"

"Aku.. Eemm ini aja deh pedang hehehe"
Sambil mengangkat pedang.

"Kenapa nggak milih nih pemanah aja? Lumayan kan bisa nyerang dari jauh. Atau mau ini nih.. Tombak biar keren"

"Iya juga sih,tapi aku tetap milih ini."

Kebanyakan teman aruna adalah laki-laki dan itu sama sekali tidak membuat aruna merasa aneh. Karena justru dengan mereka lah yang membuat aruna tumbuh semakin kuat.

Siang itu aruna beristirahat dibawah pohon sembari meminum air yang dia bawa. Dia merasa tak nyaman karena sebelumnya dia tak beristirahat disini. Terlebih lagi didepannya ada dua sejoli, Rawindra dan Avantiardana. Aruna memutuskan untuk keluar istana untuk menuju ke hutan badra. Seperti biasa beristirahat didekat danau memang hal yang dia lakukan sebelumnya.

Rawindra mengikuti aruna dari jauh, tapi aruna sudah tau karena liontinnya menyala itu pertanda ada rawindra dibelakangnya. Dia tidak menoleh, dia terus berjalan dan sesampainya dihutan. Didepan danau aruna menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.

"Ketauan kamu..."

Rawindra hanya terdiam dan menunduk sambil menekuk kakinya Seolah-olah dia sedang memberi hormat tuan putri.

"Kamu.. Ngapain sih?"

"Memberi hormat kepada tuan Putri"
Jawab rawindra.

Aruna terkejut dan spontan menoleh kanan-kiri untuk memastikan apakah ada orang selain mereka berdua. Dan ternyata tidak ada siapapun selain mereka.

"Ooh.. Kamu berlatih memberi hormat kepada tuan putri avanti ya?"

Rawindra berdiri dan menghampiri aruna begitu dekat. Lalu berbisik.

"Kamu tidak perlu berpura-pura lagi Aruna.. Bukan ya.. Maksutku Devy Adisthi."

"Eh?! Kamu kenapa sih?"
Sahutnya sambil mendorong tubuh rawindra.

"Tolong tenang dulu, dari awal kita ketemu aku sudah merasa tak asing denganmu. Dan aku melihat semuanya kemarin, kamu nggak perlu berpura-pura didepanku. Karena aku tau kamu Devy Adisthi."
Ucap rawindra.

"................lalu? Kenapa kamu mengikutiku?" tanya aruna

Rawindra tersenyum dan menjawab

"Masih ingat tidak tentang janji dan sumpahku waktu itu. Saya berjanji akan melindungi dan menjaga seluruh keturunan Raja Janardana. Saya bersumpah Jika saya melanggar janji saya, dewi matahari sebagai saksi sekaligus yang akan menghukum saya sendiri."

"Oh.. Jadi begitu"

"Kamu mau aku dihukum?"

Aruna menatap Rawindra dan menggelengkan kepala. Dia tak bisa berkata-kata lagi. Dia tau, Rawindra penyihir. Dia juga tau kalau kekuatan rawindra cukup pintar. Memang masuk akal jika Rawindra tau kalau dia bukan Andhra Aruna melainkan Devy Adisthi.

"Aku juga tau, kalung liontinmu itu pemberian dewi matahari. Dan aku yakin ini takdir, dimana aku harus tetap menjagamu sampai tiba saatnya nanti kita katakan kepada semuanya tentang dirimu. Kamu juga seorang tuan putri." ucap rawindra

"Iya, takdir. Tiap kamu datang liontin ini memberi tanda seolah dia merasakan kehadiranmu. Dan, kita tidak perlu mengatakan yang sebenarnya karena seperti ini saja sudah membuatku bahagia. Melihat Ayahku secara dekat, tidak seperti dulu. Dulu aku harus bersembunyi dibalik semak-semak untuk melihat beliau, hahaha lucu sekali."

"Jadi.. Kamu memilih untuk tetap menjadi Andhra Aruna? Mau sampai kapan kamu seperti ini?"

"Iya, aku ingin tetap seperti ini sebagai aruna yang mereka kenal."

Rawindra menatap Aruna yang penuh putus asa namun dia tetap terlihat bahagia. Mungkin karena dia bisa melihat ayahnya tanpa harus mengendap-endap dan bersembunyi seperti dulu. Rawindra mengajak aruna duduk dan mulai menceritakan tentang awal pertemuannya dengan ratu Akuti Adisty.

"Duduklah tuan putri hahahha"

"Sssttttt, nanti ada yang denger!!"

"Ibumu, ratu Akuti Adisty. Beliau benar-benar ratu yang baik. Aku masih mengingat jelas senyumnya, lalu senyum itu menghilang tak tau dimana hanya ditemukan didongeng dan aku melihatnya lagi disenyummu. Dulu Ratu Adisty sering datang ke hutan badra bersama raja untuk memberikan kue kering kepada Anak-anak yang berlatih disini"

"Eee.. Kamu bertemu ibuku waktu umur berapa tahun?"

"Entahlah.. Aku sendiri juga lupa. Mungkin 2 atau 3 tahunan dan sebelumnya aku tak mengingat wajah beliau tapi setelah melihatmu, ada sedikit kemiripan denganmu. Tiap aku menatapmu, disitulah aku melihat ratu adisty dan aku selalu ingin menjagamu dan melindungimu. Kamu berhak kembali ke istana untuk menjadi tuan putri disana"
Ucap rawindra sambil memegang kedua tangan aruna.

"Tapi.. Bukankah mereka tersihir? Kalaupun aku kembali, apakah ayah akan senang dengan kehadiranku?"

MY KINGDOM [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang