S2. Chapter 9 - Rawindra

6 2 0
                                    

Sepulang dari medan perang,semua berbahagia karena wijrapani memenangkan peperangan ini dan bisa merebut kembali tanahnya. Disisi lain Aruna masih bingung, bagaimana bisa panah tadi...padahal dia tak mempunyai bakat sihir.

Bagaimana bisa? Ah.. Apa jangan-jangan

"Tenang saja, aku akan melindungimu dari jauh"

Apa benar ini sihir rawindra?

.

Aruna memutuskan untuk mencari rawindra, dia sudah memutari istana dan belum menemukannya. Tiba-tiba kalung liontinnya melayang, aruna melepas kalung itu dan memegang bagian talinya. Lagi-lagi liontin menyala dan mengarah keutara yaitu menuju ke hutan badra.

Aruna terus berlari, dia melihat beberapa anak yang sedang berlatih kemampuan spesial disana. Aruna menyapa mereka dengan senyuman.
Dia menuju hutan semakin dalam, dan sampailah didanau.

"Rawindra?"

"Adhis..aruna?"

Aruna merasa senang bisa menemukan rawindra, dia berdiri memegang kalung yang menyala dan tanpa dia sadari dari matanya mengalir air yang begitu deras.

"Heii hei, Kenapa menangis?"
Tanya rawindra khawatir.

"hiikkss hikss.."
Aruna masih menangis.

Rawindra berdiri dan memeluk aruna dengan tujuan untuk menenangkannya.

"Kamu kenapa? Mencariku ya?"

Aruna menganggukkan kepalanya, tangisnya masih belum terhenti.

"Sudah.. Sini duduk disini ya"
Ucap rawindra sambil mengusap air mata aruna.

Aruna duduk disamping Rawindra dan menyenderkan kepalanya dibahu rawindra.

"Terima kasih" ucap aruna.

"Untuk??"

"Sudah melindungiku dari jauh"

"Ooh.. Itu memang tugasku"
Ucap rawindra sambil mengusap rambut aruna.

"Aku hampir saja terkena anak panah, tapi ketika panah itu mendekat eeh malah terpental"

"Waahh hebat dongg hahahah"

"Kamu yang hebat hahahha"

"Lalu... Kenapa tadi nangis ha?"

"Aku mencarimu di istana tapi tak kutemukan, lalu kalung ini yah melayang seperti biasanya dan membawaku kesini."

"Jadi begitu ya.. Kangen ya? Mana kalungmu sini aku pakaikan."
Ucap rawindra sambil memakaikan kalung ke leher aruna.

"Bukan kangen, hanya.. Takut kehilangan orang-orang yang kusayangi. Ayah, ibu, kakek penyihir dan untuk yang terakhir kalinya aku tak mau kehilangan dirimu."

"Aku akan selalu disisimu adisthi"

"Terima kasih"
Aruna membalas dengan senyumannya.

"Berarti kita sudah menemukan jawabannya"

"Jawaban apa?"

"Didalam buku yang kamu berikan padaku waktu itu, dibagian belakang ada tulisan kalau kita bisa menyihir seseorang dengan menggunakan barang miliknya."

"Eee.. Jadi?"

"Mungkin kita bisa menggunakan barang ratu adisty sebagai bahan pembuatan ramuan yang kita pikirkan selama ini"

"Lalu caranya?"

"Kita ambil barang milik ratu adisty, aku tak bisa menggunakan sihirku sama seperti saat aku memberikan sihir pada baju pelindungmu. Karena sihir ini ditujukan untuk seluruh penduduk wijrapani, kita manfaatkan air danau ini. Kita masukkan barang ratu ke air danau, lalu kita ambil untuk diberikan ke semua orang."

"Eee...kamu tau barang-barang ratu adisty dimana?"

"Kurang tau, tapi aku yakin pasti ada dikamar yang selama ini dikunci."

.

Rawindra bisa berteleportasi, jadi dia tak perlu mencari kunci untuk masuk. Didalam kamar dia bisa melihat dan mendengar sangat jelas tentang perdebatan antara raja Janardana dan ratu Akuti Adisty. Karena terkena sihir hitam, hanya satu nyawa yang bisa diselamatkan. Ratu memilih menyelamatkan bayinya yaitu devy Adisthi tapi disisi lain raja Janardana memilih Ratu Akuti Adisty yang selamat.

Rawindra mengambil baju ratu, mungkin arindha tidak memakai baju ratu dengan tujuan agar raja tidak sedih teringat masa lalunya.

.

Disisi lain....

"Sepertinya ada yang tau masa lalu wijrapani" ucap arindha.

"Siapa yang mengetahuinya?"
Tanya raja Janardana.

"Rawindra"

MY KINGDOM [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang