Willy masuk ke ruangan Sean dengan wajah memerah dan jejak air mata yang masih tersisa di pipi chubby nya. Mata indah itu memancarkan sinar ke khawatiran yang sedari tadi ia rasakan saat pertama kali mendengar kabar bahwa salah satu kakak nya di larikan ke rumah sakit.
Langkahnya dengan perlahan mendekat ke arah Sean yang kini tengah memberikan senyum manis pada Willy.
"Hug, me. Please ...." Tak lama kemudian, "hiksss ... hiksss ... kakak bikin Ily khawatir, Ily gak mau lihat kakak kesakitan kayak gini lagi. Kenapa kakak gak dengerin Ily." Tangis pun pecah saat Willy mulai masuk dalam pelukan Sean.
Kakaknya yang satu ini sungguh sangat menyukai hal-hal yang menantang. Balapan, tawuran, sparring one by one, dan lainnya. Namun, bagaimana pun caranya mencegah Sean, ia akan tetap melanjutkan apa yang jadi kesukaannya. Seorang bad boy sejati, katanya.
Namun jika seperti ini? Willy tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk sekedar memberi tahu kakaknya yang satu ini. Di dalam dekapannya, Sean menghirup aroma vanilla yang begitu menenangkan dari Willy.
Tangannya terangkat dan mengelus surai indah milik Willy. "Kakak baik-baik aja sayang ..." ucap nya berusaha menenangkan.
"Bohong, hiksss ... badan sama muka kakak sudah memar gini hiksss .... Ditambah ini nih, lukanya sampai harus di jahit. Hiksss ... Baik-baik aja dari mananya, Kak?"
Sean hanya terkekeh saat mendengar penuturan adiknya yang menurut ia sangat menggemaskan. Ia pun melepas pelukan nya dan memegang erat kedua tangan Willy yang kini masih menangis sesegukan di hadapannya.
"Dua hari lagi pasti sembuh kok, kamu percaya kan, sama kakak?"
Willy terdiam tanpa suara. Matanya menatap tepat pada manik mata Sean yang kini tengah memancarkan kesungguhan.
"Iya, Ily percaya." Akhirnyaaa ... Batin Sean menjerit senang.
"Nahhh ... gitu dong, sekarang mana senyumnya?" Dengan jahil, Sean mencubit kedua pipi Ily dan membuat sang empu nya meringis kecil dan memperlihatkan gigi kelinci miliknya.
"Uuhhh cute banget siihhh ..."
Keduanya pun tertawa bahagia.
Seano menatap mereka dari luar ruangan. Ia tersenyum bahagia jikalau melihat sang adik yang sedari tadi bersedih kini mulai tertawa kembali.
"Jangan sedih, Ily. Karena abang akan buat semua orang yang menjadi sumber kesedihan kamu itu menghilang."
*****
Satu hari telah berlalu, dan siang ini Darrian beserta beberapa teman sekelasnya datang untuk menjenguk Sean.
Tok tok tok, pintu ruangan Sean pun di ketuk dari luar membuat Seano bangkit untuk membukanya.
Ceklek "Haloo bro!!! Mana kembaran lo? Gue mau liat." Dan tanpa di persilahkan pun, Darrian memasuki ruangan dengan seenaknya.
"Masuk." Ucap Sean dengan nada datar nya.
Akhirnya ketiga teman lainnya ikut memasuki ruangan Sean. Mereka adalah teman sekelas Sean. Aji, Raza dan Indri.
"Sean, gimana keadaan lo?" Tanya Indri yang entah sejak kapan sudah berada di samping Sean.
"Baik."
"Gue khawatir banget sama lo. Kalau besok belum pulih, mending jangan maksain pulang aja."
Sean menatap tajam pada Indri dan membuat gadis itu dengan segera menundukkan kepalanya. Dalam benaknya, Sean berfikir, "memangnya dia siapa? berani banget ngatur-ngatur gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
TWIN BROTHERS POSSESSIVE (Complete Dreame)
Teen FictionMempunyai adik yang lucu, cantik, imut dan menggemaskan adalah sesuatu yang mereka inginkan. Bahkan, mereka telah berjanji sewaktu kecil akan menjaga dan menyayanginya setulus hati. Hingga kehadiran bayi mungil dengan pipi chubby itu tersenyum sea...