Pembalasan Tak Langsung

3.2K 261 57
                                    

Di sebuah tempat yang pastinya terdapat beberapa orang tengah berkumpul dengan asap mengepul memenuhi ruangan hingga siapa pun yang menghirupnya akan merasa pengap. Namun, tetap tak ada yang dapat berkutik sedikit pun kala mata lelaki itu menatap ke arah empat orang yang berada di hadapannya saat ini.

"Bodoh!"

"Lo biarin temen pengecut lo itu di sana!? Dan ada Sean? Sialan!!!"

Hancur! hancur lah segala rencananya. Ia sangat yakin dengan pasti bocah itu akan membocorkan siapa yang menjadi dalang penyerangan Sean. Haiisshhh... Sialan! Dasar gak berguna!

Duaghhh, suara tendangan Yona yang kini membuat pintu ruangan terbuka dengan keras nya. Ia pun keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi membuat ke empat orang itu saling melirik dan berbisik.

"Bayaran kita gimana nih?" tanya nya yang kemudian membuat salah satu dari mereka berucap.

"Tahan dia!"

Titah salah satu dari mereka yang di yakini bahwa orang itu adalah ketua yang sebelumnya terkena batu oleh Dion. Mereka menganggukkan kepala dan berjalan keluar mengikuti langkah Yona.

"Woy!"

Mereka berjalan tepat di belakang Yona membuat lelaki itu menghentikan langkah kakinya dan berbalik.

"Apa?" tanya nya yang membuat ke empat lelaki itu sedikit tertawa namun di akhiri dengan tatapan meremehkan dari mereka.

"Apa? kok masih nanya? Lo gak bakalan bayar kita-kita?"

"Cih, misi aja gagal, masih mau minta bayaran? Ngaca woy! gue juga gak mau rugi."

Saat Yona hendak berbalik lagi, seseorang mencekal lengan nya dengan kuat.

"Mau kemana lo?"

"Balik lah." Ucap nya dengan seringai tipis yang pasti membuat mereka tersulut emosi. Bukan nya takut, mereka kini tengah saling menatap memberi kode untuk menyerang Yona.

Bughhh, "sialan lo, sehebat apa sih lo sampe berani permainan kita-kita, heh!"

"Yang pasti gue gak bodoh dan lemah macam kalian." Ucap Yona dengan nada meremehkan membuat ke empat orang itu semakin meluapkan amarahnya.

"Hajar!!!" Dengan serangan bertubi-tubi yang Yona terima membuat ia sedikit kewalahan, namun, sesekali ia membalas pukulan dari keempatnya yang entah itu kena atau tidak.

~~~~~~

Sean kini berada di depan sebuah rumah sederhana dengan luas halaman yang lumayan besar dan lahan yang penuh dengan tanaman. Matanya kemudian menatap ke arah teras dimana seorang nenek tengah duduk di kursi goyang dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

"Siapa?"

"Nenek, lebih tepatnya nenek angkat gue." Sean tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Kemudian, ia mengekor Dion yang mulai melangkah mendekati sang nenek.

Dengan riang, ia menyapa, "nenek, aku pulang...."

"Dion sudah pulang, nak. Masuk dulu, ganti baju dan jangan lupa makan ya..."

"Iya nenek, Terima kasih." Namun, saat kakinya hendak melangkah, ia seakan teringat oleh sesuuatu.

"Eh, sorry gue lupa." Ucap nya lirih pada Sean yang hanya di balas anggukan lagi.

"Nenek, kenalin, ini temannya Dion, namaya Sean."

Sang nenek membetulkan kacamata nya dan menatap ke arah Sean yang kini berada tepat di hadapannya dan menjulang tinggi membuat sang nenek mendongak ke atas untuk melihat sang empunya nama.

TWIN BROTHERS POSSESSIVE (Complete Dreame) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang