"Sedang apa di situ?" Lyra memergoki Neuro sedang berusaha membuka pintu ruang penyimpanan benda antik keluarganya.
"A-aku—"
"Itu ruang penyimpanan barang antik. Papa akan murka pada orang yang masuk ke sana. Jadi, mendingan kamu gak usah ke sana."
Lyra meninggalkan Neuro yang mematung di depan ruang terkunci tersebut. Pemuda itu cukup malu karena dipergoki akan masuk ke ruang terlarang. Apalagi dia hanyalah tamu di sana. Dengan gontai, pemuda ini kembali ke tujuannya; mengambil HP.
Neuro berpikir untuk diam di kamar. Dia masih malu akan kelakuannya. Bagaimana jika Lyra menceritakan pada keluarganya? Dia bisa dianggap pencuri.
Di kamar, Neuro terus berpikir. Apakah lebih baik mengirim pesan saja pada Lyra? Mungkin perlu berpura-pura saja tak enak badan. Namun, dia merasa tak enak. Neuro mendengkus, lalu keluar dari kamar.
"Ngapain di situ, Rio?" Neuro memergoki Rio berdiri di depan sebuah ruangan.
"Aku baru dari kamar mandi, kukira aku mendengar suara seseorang di dalam sana," jawab Rio setengah berbisik. Neuro mempercepat langkah, menghampiri orang itu.
"Lyra bilang, papanya akan murka kalau ada yang berani masuk ke dalam sana."
"What? Jangan-jangan Papa menyekap orang," ujar Rio cemas.
"Aku setuju, tapi apa mungkin? Maksudku ... istri, anak, dan pembantunya selalu di rumah. Bukan perkara mudah menyekap orang," terang Neuro.
"Jangan-jangan mereka bersekongkol!" duga Rio.
Neuro mengangkat alisnya sebelah. Dia merasa dugaan Rio terlalu jauh.
"Mungkin telinga kita yang salah dengar. Lyra bilang, ruangan ini berisi barang-barang antik. Bisa saja di dalam sana ada peralatan yang menimbulkan suara berisik. Kipas, misalnya."
Rio mengangguk-anggukkan kepala. Dia baru tahu tentang ruang ini.
Setelah itu, Neuro dan Rio kembali ke ruang keluarga. Mereka bercengkerama hingga pukul 22.00. Semua harus beristirahat. Apalagi besok Diana dan Rio akan menjalani pemotretan foto prewedding.
***
"Kamu tampak cantik, Sayang."
Diana tersipu dipuji oleh kekasihnya. Dia menundukkan wajah. Memang gaun itu sangat pas di tubuh indahnya.
"Diana ... kau cintaku selamanya," ujar Rio.
Lelaki itu menggenggam jemari Diana. Aliran darah terasa hangat. Lalu, Rio mengajak Diana ke pinggiran pantai. Mereka berpelukan.
"Rio ... kumohon, jangan pernah tinggalkan aku. Apalagi demi perempuan lain," pinta Diana. Gerakan rahangnya terasa di pundak Rio.
"Kamu bisa pegang kata-kataku. Hanya kamulah yang mampu mencuri hatiku," balas Rio.
Diana semakin melayang. Larut dalam pujian sang kekasih. Dia berjalan ke bibir pantai. Berjalan mundur sambil terus menatap wajah Rio.
Namun, tiba-tiba ombak besar datang. Menyapa Diana yang tak siap. Dia gelagapan.
Rio terpekik, tapi tak kuasa menolong. Tubuh Diana tergulung ombak. Diseret hingga ke bawah karang. Semakin kuat meronta, kian lemah pertahanan.
Diana melihat tubuhnya kemudian mengapung di atas laut. Gaun putih telah berubah warna, sebab perutnya tertusuk karang.
Diana menyaksikan orang-orang menangisi kepergiannya, kecuali Beatrix. Sahabatnya itu hanya membisu. Dia memanggil papa, mama, dan adiknya, tetapi mereka tak mampu mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaun Pengantin Gaib
HorrorGaun Pengantin Antik Blurb Anak sulung dari Tuan Prawiro, pengusaha ternama, diam-diam mencuri sebuah gaun kuno dari penyimpanan koleksi benda antik milik ayahnya. Dia sangat terpikat dengan gaun itu dan digunakannya untuk membuat foto prewedding. N...