"Kamu cantik sekali, Sayang. Aku makin cinta," puji Rio.
Diana masih terpana. Perasaannya tak karuan. Mereka telah berada di bibir pantai.
"Mas dan Mbaknya main ombak. Pura-pura siram-siraman," ujar juru potret.
Diana dan Rio melakoni arahan fotografer. Diana melepaskan kegelisahannya. Bukankah pikiran buruk tak boleh sampai berlarut-larut?
"Lagi, berlari-lari kecil!" seru fotografer.
Entah sudah jepretan keberapa, Diana terpeleset dan diseret ombak besar yang tiba-tiba datang. Tubuhnya tergulung dan terseret ke tengah.
Rio dan juru potret panik. Tuan Prawiro dan Neuro berlari mendekat. Langsung mencebur demi menyelamatkan anaknya. Namun, sayangnya tubuh Diana menghilang.
Neuro hanya mampu menyelamatkan Tuan Prawiro yang pingsan. Sementara Rio? Hanya menangis dan terduduk di tepi pantai. Tak ubahnya dengan Lyra dan Nyonya Wiwik.
Juru potret mendadak menghilang. Dia takut dituntut dan masuk penjara.
Mang Ridi yang baru saja datang sangat terkejut. Dengan gerak cepat, dia membawa Tuan Prawiro ke fasilitas kesehatan.
Neuro segera melapor ke penjaga pantai. Mereka sigap mencari Diana.
"Mama, Lyra, dan Beatrix sebaiknya pulang saja. Neuro carikan angkot buat antar ke rumah," ujar pemuda itu.
"Mama mau cari Diana," kata Nyonya Wiwik. Air matanya masih membanjir.
"Ayuk Diana biar Neuro, Rio, dan penjaga pantai yang cari, Ma. Ayolah, pulang saja. Lyra, kumohon ...."
Pemuda itu masih bersikeras. Cukup beralasan. Dia melihat awan hitam telah menggumpal di langit sana.
Dengan berat hati, Lyra mengikuti maunya Neuro. Dia tahu kalau pemuda itu bijaksana.
***
"Di mana aku?" tanya Tuan Prawiro saat terjaga.
"Di klinik, Tuan." Mang Ridi membantu majikannya berbaring.
"Diana! Diana!" ujar Tuan Prawiro histeris begitu ingatannya terkumpul.
"Tuan perlu istirahat."
"Anakku dalam bahaya, mana mungkin aku membiarkannya!"
"Tapi, Tuan tidak akan kuat mencarinya. Biar Neuro, Rio, dan pihak keamanan saja."
"Anakku! Huhuhu." Tuan Prawiro menangis sejadi-jadinya.
Bahaya tidak pernah permisi ketika datang. Kadang sudah waspada pun, dia tetap mampu menembus benteng pertahanan.
"Tolong, bawa saya ke pantai."
"Hujan deras, Tuan. Lagi pula Tuan sedang tidak fit," jelas Mang Ridi.
"Kalau begitu, bawa aku pulang saja. Biar aku menanti di rumah."
Mang Ridi mengembuskan napas berat. Betapa sedih hatinya melihat kondisi sang majikan. Dia khawatir kejadian buruk akan menimpa keluarga Tuan Prawiro, sebab dari pengalaman yang ada, jarang sekali orang yang tenggelam di pantai Panjang akan selamat.
Mang Ridi mengurus semua administrasi Tuan Prawiro di klinik. Kemudian kendaraan melaju pulang ke rumah. Setelah mengantar majikannya, Mang Ridi pergi lagi ke pantai Panjang. Pekerjaannya jadi lebih sibuk hari ini.
"Papa ...," panggil Nyonya Wiwik lirih. Dia tergolek lemah saat di ruang keluarga saat Tuan Prawiro baru saja sampai ke rumah.
"Apa Diana sudah pulang?" selidik Tuan Prawiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaun Pengantin Gaib
HorrorGaun Pengantin Antik Blurb Anak sulung dari Tuan Prawiro, pengusaha ternama, diam-diam mencuri sebuah gaun kuno dari penyimpanan koleksi benda antik milik ayahnya. Dia sangat terpikat dengan gaun itu dan digunakannya untuk membuat foto prewedding. N...