17. A Thorn

145 23 1
                                    

Author pov

Soobin dengan sigap menanyai setiap siswa yang berlalu lalang di koridor kelas, jawaban tidak yang Soobin terima, membuat nya semakin merasa cemas.

Jam masuk kelas sudah hampir sepuluh menit lagi. Soobin masih nihil dalam mencari seorang kekasih nya.

Perpustakaan, kantin, bahkan di toilet laki laki, Soobin hanya menghela nafas begitu akan beranjak ke tempat lain. Frustasi dan kecewa terus dirasakan nya.

"Hueningkai!, Hueningie!"

Soobin berlari hingga ke lapangan sekolah, peluh yang keluar dari dahi nya ia hiraukan. Baju seragam nya kini sudah terlihat basah.

Tak ingin membuang waktu, langkah kaki jenjang Soobin kembali pada koridor kelas nya.

Menyesal karena tingkah berlebihan nya, Soobin berpikir bahwa ia bukan pacar yang baik. Seharus nya ia mendengarkan perkataan sang kekasih, bukan nya bersikap ego hingga membuat diri Soobin sendiri kecewa bercampur sedih.

"Choi!-"

Kriiiiìing!

Soobin menoleh ke belakang ketika ada seseorang memanggil marga nya, bersamaan dengan suara bell masuk. Ia memeriksa apa Hueningkai lah yang memanggil nya.

"Soobin!^^"

Seorang gadis dengan hoodie merah muda berlari riang ke arah Soobin.

Soobin sendiri membelakkan mata, tidak mempercayai keadaan sekarang. Waktu benar benar terasa terhenti, perlahan tangan berurat nya tersebut menyentuh dada kiri nya.

Terasa sesak.














































05 Mei 2011,

Seorang anak kecil dengan ke dua pipi bakpao nya, berdiri membelakangi papan tulis yang terlihat tidak bersih. Bekas dari kapur berwarna warni tersebut masih terlihat jelas.

Meski berkeringat, dirinya memberanikan diri untuk membacakan puisi didepan teman sekelas nya.

"Soobin-ah.. ,kamu bisa mulai sekarang" ucap sang ibu guru dengan ramah.

"Nee.. ,p-pu-pup-Eh?"

Suasana kelas menjadi riuh, tawa gelak dan lemparan ejekan mereka arah kan tanpa beban.

Soobin, anak laki laki berpipi gembul tersebut menunduk malu. Tanpa ragu ragu ia melanjutkan membaca puisi karya nya sendiri.

"Pu-puisi ini berjudul, Pisang coklat"

Sekali lagi, suasana kelas menjadi tidak karuan. Soobin ingin menangis, ia benci dipermalukan. Usaha nya bahkan tidak dihargai, ia sudah berusaha agar tidak gugup. Tapi, kenyataan sangat sulit bersahabat dengan nya.

"Semuanya!~, harap diam.. ,biarkan Soobin membaca puisi nya. Soobin, ayo mulai"

Dengan menggenggam erat kertas putih berukuran A4 tersebut, suara mungil Soobin terdengar di ruang kelas ketika membacakan puisi.

"Warna kuning yang cerah, ceria..
Pisang..
Manis dan asam..
Warna tubuh mu putih..
Apa itu sesuatu yang bagus?

Pisang..
Dengan celupan coklat, dirimu berubah..-Emm.."

Soobin menghentikan aktivitas membacanya, tepat nya menjeda sambil menatap seorang siswi yang tengah serius mendengarkan.

"Manis dan lembut..
Meski warna mu gelap, dirimu..
Tetap menjadi yang terbaik..
Pisang coklat.."

Soobin buru buru menggulung kertas milik nya, lalu membungkuk kan badan ketika selesai membaca puisi di depan kelas.

Namja Paradise|남자 천국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang