Untuk semua orang, yang mekar bersama kelopak bunga sakura. Mulai sekarang... apakah perlu menghitung setiap kelopak pada dahan nya?,
_________________________________________________
❗Adaptasi dari dorama berjudul "Hanazakari no Kimitachi e" jadi b...
Sepasang mata Soobin bergetar, ketika menatap seorang pria paruh baya bertubuh tinggi dengan mengenakan mantel berwarna coklat dari tengah ruang tenda kedai.
"Choi Soobin.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merasa suasana mulai berbeda, Kai menyikut pelan lengan Soobin agar menyapa seorang ahjusshi tersebut.
"Soobin-ah.."
Soobin menatap sekilas sang ahjusshi tersebut, lalu beranjak dari posisi duduk nya dengan mendorong kursi ke belakang. Berjalan keluar kedai dengan disusul Kai dibelakang.
"Soobin-hyung, ahjusshi tadi mengenali hyung?"
Soobin masih membungkam mulut, dan mempercepat langkah kaki nya. Kai merasa cemas, spontan menarik lengan pemuda tinggi tersebut.
"Hyung!"
Soobin masih pada posisi berdiri membelakangi Kai, perlahan kepala nya menunduk.
Merasa lengan berurat tersebut bergemetar, Kai berjalan mendekati Soobin, yang kini membuat nya harus menatap cemas ke arah sang kekasih.
"Hueningie..hiks"
Kai tersentak ke belakang ketika tiba tiba Soobin memeluk nya sangat erat.
Soobin menangis,
Kai tidak mengerti, yang terpenting sekarang bagi Kai adalah menenangkan pemuda yang kini berada dipelukan nya.
"Hyung, gwanchan ah?"
"tidak.."
Kai membantu Soobin berjalan menuju bangku putih yang berada dipinggir jalan trotoar, Kai buru buru mengeluarkan tisu dari dalam tas nya.
"Aku bisa sendiri, gomawo.."
Soobin memangkukan ke dua siku nya diatas paha, menautkan telapak tangan sambil menatap ke bawah.
"Soobin-hyung.. ,ahjusshi tadi siapa?"
"Appa ku"
Kai memilih diam, teringat akan cerita perihal orang tua sang kekasih. Kai menepuk pelan punggung Soobin, lalu tersenyum kecil. Sangat manis.
"Mungkin, aku tidak bisa menghibur hyung terlalu banyak. Tapi setidak nya Soobin-hyung menemui appa hyung"
Soobin menggeleng pelan, lalu menatap pemuda manis yang duduk bersebelahan dengan nya.
"Aku tidak bisa melakukan nya"
"Kenapa?"
Soobin mendongak ke atas langit yang kini tengah dihiasi bintang bintang malam itu, suasana hati nya dengan langit malam sekarang sangat bertolak belakang.
"Saat kematian eomma.. ,appa sedang melanjutkan turnamen lompat tinggi tingkat dunia. Appa tidak membatalkan turnamen nya, dan memilih untuk melanjutkan"
Soobin menopanng dahi nya, ia ingat dimana harus menangis sendirian di koridor rumah sakit, ketika dokter mengonfirmasi nyawa sang ibu sudah tidak tertolong.
Kai mendongak ke atas langit sambil menepuk punggung pemuda dengan hoodie putih yang dikenakan nya.
"Aku yakin, appa hyung punya suatu alasan yang bisa dimengerti hyung suatu saat nanti"
Kai masih mendengar suara sesenggukan dari Soobin.
Soobin terdiam begitu Kai meraih tengkuk nya agar bersandar pada bahu kiri pemuda manis tersebut.
"Semua orang boleh marah hyung, dan juga menangis selama yang mereka mau.."
Tiba tiba Kai merasa membeku, teringat hal sesuatu pada tempat kelahiran nya. Suatu peristiwa yang hingga membuat Kai pergi ke seoul.
"Frustasi.. ,sakit hati" Kai tersenyum masam lalu memasukan bibir bawah nya ke dalam mulut.
"Pasti ada alasan yang akan mengubah sesuatu menjadi lebih baik, Soo-"
Kai mendapati wajah bak pangeran tersebut terlelap, perlahan tangan mungil Kai merapikan poni Soobin yang turun menutupi mata.
"Rambut hyung sudah panjang.. ,apa aku siap untuk kembali hyung?"
Kai menghela nafas perlahan, malam itu menjadi malam yang emosional bagi ke dua insan tersebut.
Soobin membuka mata perlahan, berpura pura untuk tidak mendengarkan ucapan pemuda manis yang duduk menemaninya sekarang.
-Bersumbang-
Hola! Ada yang kangen Yi kah? :'> #hehe Maap kemarin² banyak drama² sok² HIYATOS de el el ,
Dan akhirnya ini bisa update :"( Ada yang masih nungguin book ini nggak kira kira?, (moga ada)