23. Runner High

140 21 0
                                    

Priiiiiiitttt!!!!

Suara peluit dari pelatih sudah Soobin dengar sebanyak lima kali, sebanyak peluit ditiup dari sang pelatih, adalah banyak nya Soobin harus jatuh tersungkur diatas lintasan lapangan.

"Saya sudah peringatkan kamu, jika belum pulih betul.. jangan paksakan diri"

Soobin masih mengatur nafas nya yang terengah engah, terasa sesak dan tidak nyaman. Keringat yang sedari tadi turun melalui dahi hingga hidung Soobin hiraukan.

"Saya mohon pak!, beri saya kesempatan sekali lagi.. saya mohon"

Spontan Soobin membungkuk kan badan nya sembilan puluh derajat, bahkan teman teman yang lain merasa iba pada pemuda berpostur tinggi tersebut.

"Saya akan berlatih lebih keras lagi, Saya-"

Tep!

Dapat dirasakan, telapak tangan sang pelatih menepuk bahu kanan Soobin berulang kali.

"Jika kaki mu mengalami cedera.. atau bahkan patah tulang, kamu bisa lumpuh. Jangan memaksakan diri"

Soobin menjatuhkan badan nya, memposisikan diri memohon dengan bersujud didepan sang pelatih.

"Saya mohon.. kali ini. Biarkan saya melangkah maju. Tolong.."

Satu tetes cairan bening keluar dari bola mata Soobin, segera mungkin teman teman yang lain membantu Soobin agar berdiri.

"Tolong.. ,biarkan saya mengikuti olimpiade tahun ini"

Sang pelatih hanya terdiam, mendongak ke atas langit yang sudah berwarna jingga. Kemudian berbalik arah meninggalkan lapangan.

Soobin sendiri merasa kelu, yang dilakukan nya hanya menundukan kepala. Sedangkan teman teman atlet nya kini beranjak untuk istirahat.

Soobin masih berdiri pada lintasan lari, menatap garis putih yang terbentang lurus ke depan. Soobin menghirup nafas dalam dalam.

"Hahh.."

Dengan posisi start berdiri, Soobin melangkahkan kaki jenjang nya bergantian. Semakin terasa sesak saat bernafas, Soobin mempercepat tempo langkah kaki nya. Hingga,









































BRUK!




























Soobin harus membiarkan punggung nya membentur lintasan berwarna merah bata tersebut. Sudah enam kali Soobin terjatuh karena tidak kuat menahan rasa nyeri pada pergelangan kaki nya.

"Arrgh.. hahh.. tidak berguna... TIDAK BERGUNAAAA!!! AAAHHRRGG!"

Soobin merebahkan tubuh nya diatas lapangan, menatap langit sore yang semakin gelap. Hingga suara gemuruh guntur terdengar.

Tes!

Pipi Soobin mulai basah, bukan karena air hujan. Melainkan ia menangisi dirinya sendiri, di dunia ini Soobin hanya membuat orang lain kecewa dan sedih. Soobin benar benar merasa putus asa.

"Ahhh.. ibu.. ,aku rindu ibu.."

•••

Hueningkai sedari tadi menatap bangku kosong milik sang kekasih, bahkan tas sang pemilik bangku tersebut masih ada dikelas.

"Hueningkai! Duluan ya"

"Iya kak Eunwoo.."

"Belum pulang?"

"Eh?, saya menunggu teman"

"Hmm.. ,kamu di asrama mana?"

"Bunga matahari, kak Eunwoo?"

"Asrama Anggrek. Kalo boleh tahu, menunggu siapa?"

Kai sedikit memundurkan beberapa langkah ketika hujan mulai turun, percikan air yang menghantam tanah. Hampir mengenai seragam Kai.

"Ah.. hujan. Kamu serius menunggu nya?, mungkin dia pulang"

"Hmm?, aku tidak tahu.."

"Bagaimana aku antar pulang?"

"Tidak, terima kasih kak"

Kai menatap tetesan hujan yang turun dari atap sekolah, entah mengapa Kai merasa gelisah serta perasaan nya tidak jelas.

"Hueningkai!"

Kai tidak ingin rasa ketidak jelasan nya mengganggu nya, Kai nekat berlari menerobos hujan, lalu menuju lapangan sekolah.

Kai membelakkan mata melihat seseorang terkapar pada samping lapangan lintasan lari.

Kai buru buru berlari menghampiri seseorang tersebut, meski Kai tersandung dan hampir terpeleset. Kai tidak peduli dan memilih untuk bangun.

"Hyung! SOOBIN-HYUNG!!!"

Kai segera membuka tas nya buru buru, mengambil payung lalu dibukanya. Kai dengan tanggap menepuk nepuk pipi Soobin dengan pelan.

"Soobin-hyung! Soobin-hyung kenapa?.. HYUNG!"

Ingin Kai menggendong pemuda tinggi tersebut, tapi badan Kai tidak mampu. Dan memilih memayungi Soobin ditengah deras nya hujan.

Keringat mengucur dari dahi Kai meski udara disekiar terasa dingin karena hujan.

"Hyung!!!"

Kai buru buru membuka mulut sang kekasih, lalu memberi nya nafas buatan.

"Eummhh!, Hyung!!! SOOBIN-HYUNG!!!!!!"

Kai berulang kali menggoyangkan tubuh Soobin yang basah dengan kasar, Kai merasa tubuh nya sekarang tengah dicengkram. Kai merasa takut, ketakutan terbesar yang sebelum nya ia rasakan. Hingga harus pergi ke korea.

"Soobin-hyung..hiks hiks.. maaf.. aku minta maaf.. hiks.. Maafkan aku..Ahaahhahhhh"

-Bersumbang-

Namja Paradise|남자 천국 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang