One

178 56 53
                                    


Florence, Italia

Disinilah tempatku berada, aku meninggalkan tempat tinggalku di Indonesia atas permintaan ayah dan ibuku. Sebenarnya aku tidak mau meninggalkan mereka, tapi apa daya? Mereka memaksaku untuk tinggal disini bersama kakak ku.
Oh iya aku sempat lupa, namaku Cassie Starlyn C. Bodoh, aku tidak tau nama panjangku sendiri. Ayah dan ibuku merahasiakan nama kepanjanganku, ntah karena dia malu mengakui aku sebagai anaknya atau karena dia menyesal telah melahirkan anak sepertiku sekarang, menyedihkan.

Tapi aku sangat bersyukur memiliki kakak yang sangat sayang kepadaku, dia memperlakukanku dengan baik. Tidak seperti ayah dan ibuku yang setiap harinya sibuk untuk bekerja, bekerja dan terus bekerja tidak pernah sedikitpun kami berbincang atau meluangkan waktu untuk kumpul bersama.

Tok! Tok! Tok!

"Queen bangun, ini sudah siang" Teriak Glen didepan pintu adiknya.

Sebenarnya aku sudah bangun, tapi aku sengaja menulikan telingaku karena aku malu dengan penampilanku sekarang yang terkesan mengenaskan, aku tidak mau kakak ku mengkhawatirkanku.

"Hey Queen cepat bangun, kamu tidak lupa kan Sekarang adalah hari pertamamu sekolah?"

"iya kak tunggu Queen 10menit lagi, nanti Queen kebawah" ucapku dengan nada serak, semoga saja kak Glen tidak menyadari jika semalam aku menangis.

"yasudah, kakak tunggu dibawah ya"

Setelah kak Glen keluar dari kamarku, aku memikirkan sejenak tentang kejadian semalam. Kenapa aku menangis? Dasar cengeng! aku sadar sekarang aku tidak sendiri lagi, sekarang aku tinggal bersama kak Glen yang sangat menyanyangiku. Sekarang sudah saatnya aku memulai kehidupan baruku, aku tidak akan menjadi wanita yang lemah, aku akan menjadi wanita yang kuat dan aku akan membuktikannya kepada dunia.

"Morning kak Glen"

"Morning Queen" balas kak Glen.

Kalian jangan salah paham ya, dari kecil kak Glen memang memanggilku dengan sebutan Queen, karena aku satu satunya adik perempuan yang ia miliki dan aku sangat beruntung akan hal itu.

"Queen, nanti berangkat sekolah kakak antar, jangan dulu bawa mobil soalnya bahaya, kamu kan belum tau jalanan di daerah sini, kakak takut kamu nantinya malah nyasar"

"Iya kak, Queen ngerti ko tapi ada syaratnya" ucapku sambil tersenyum menampilkan deretan gigi yang rapih

"Hmm, apa syaratnya?"

"Kak Glen nanti jemput Queen ya, terus pulangnya jalan jalan dulu biar queen tau jalan di daerah sini"

"iya siap komandan" ucap Glen sambil mengangkat tangannya untuk melakukan hormat seperti tentara.

"hahaha, janji ya?"

"iya janji" ucap kak Glen mengelus puncak kepalaku.

Sekarang aku dan kak Glen sedang di perjalanan menuju sekolahku, sengaja berangkat pagi untuk menghindari kemacetan. Sepanjang perjalanan aku menikmati indahnya pemandangan yang sedang ku lewati, disini sangat sunyi dan sejuk.

Sesampainya ditempat yang dituju, aku tertegun melihat sekolahku yang baru. Untuk berinteraksi aku mungkin sedikit mengerti untuk berbahasa italia, karena dari kecil aku sering diajarkan oleh kak Glen.

Liceo Classio, ya itulah nama sekolahku yang sekarang, pendidikannya pun disini cukup lama. Di indonesia pendidikan menengah atas itu 3 tahun sedangkan disini 5 tahun. Oh God semoga aku mendapatkan teman yang baik dan tulus disini, batinnya.
Disini aku langsung masuk kedalam kelas umum yang memilih langsung program studi yang disebut dengan Triennio.

Brukk!

(anggap saja berbahasa italia)

"Hei, kalau jalan hati-hati" ucap pria yang tampan dengan sempurnanya sang wajah yang dihiasi dengan rahang yang kokoh.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja tadi aku buru-buru untuk pegi ke... "

"Shut up you damn thing!" bentaknya

"Hey, watch what you say!"

Pria tersebut menatapku dengan tajam lalu meninggalkanku sendirian di tempat tadi, seenaknya saja dia berbicara seperti itu kepadaku. Dia yang salah tapu dia yang marah. Dasar sinting, batinku.

Setelah lamanya menyusuri koridor untuk mencari kelas pertamaku, dan akhirnya sekarang aku sampai dan menghembuskan nafasku dengan lega karena aku tidak terlambat untuk hari pertamaku. Sungguh sangat sulit untuk mencarinya karena sekolah ini terlalu luas.

Aku duduk disamping jendela paling belakang dengan seorang laki laki yang memakai kacamata hitam dengan menggunakan headshet di telinganya. Aku terpaksa duduk disitu karena hanya itu bangku yang tersisa.

Guru bahasa pun masuk, dan aku sangat terkejut saat pria disampingku itu membuka kacamatanya dan menampilkan wajah yang tadi pagi sempat memaki ku.

"Kau?!"

Pria itu menaikkan satu alisnya seolah meminta penjelasan

"Kau disini?" ucapku dengan sinis

Tidak ada jawaban sepatah kata pun dari pria di sebelahku ini. Dasar arogan!

Pria itu menatap tajam ke arahku seolah melihat mangsa yang sedang dicarinya. Dia mulai mendekat ke arahku, ntah kenapa aku merasa gugup dan refleks aku menamparnya dengan keras sehingga semua mata yang ada dikelas melihat ku dan pria dingin itu.

"Hei! what are you doing?" ucap guru bahasa

"No, mis. There was a mosquito on the man's cheek, then I slapped him. I'm sorry" ucapku sambil menampilkan senyum menampilkan deretan gigiku dan menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal. Oww cassie ini sangat memalukan, batinku.

"Okay, then you guys follow my lesson well"

"okay mis" ucapku sambil senyum

Namun disisi lain ada seseorang yang menatapku dengan tajam dari tadi. Ya pria itu!

Pria Itu!

PRIA ITU!

Pria itu menatapku dengan tajam seolah dia siap membunuh mangsanya.
Dengan cepat dia mendekatkan bibirnya ke arah telingaku dan membisikan "Just wait for my damn revenge!"

Cassie Starlyn C.

Glen Chrishtian

Kira kira siapa ya si pria itu? Ko nyebelin?
Author juga kesel nih mau sleding dia aja deh biar tau rasaa! Wqwqwq
Oke bagi yang membaca author minta voment aja ya bagi yang ikhlas lillahi ta'ala wkwk bebas mau komen kekurangan ceritanya apa kek, atau apalah bebas..
Jangan lupa klik 🌟
Pantengin teroos ceritanya ya gaes!!

See you next chapter:)


Shotgun For RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang