BAB 4 TILAWAH

287 120 29
                                    


Audzubillah himinas syaiton nirojim
Seketika aku terdiam
Aku mengenalnya
Bahkan sangat mengenalnya

Bissmillahir-rohmaanir-rahiim
Iya aku tak salah lagi
Aku tak salah mengenal
Suara itu adalah suara yang sama

Shadaqallahul-adzim
Kumohon jangan selesaikan
Aku tak ingin berpisah terlalu cepat
Apakah ini hanya pertemuan sejenak
Aku ingin melihatmu

Bumi
4 Ramadhan 1441

Audzubillah himinas syaiton nirojim
Bissmillahir-rohmaanir-rahiim
wa iż akhażallāhu mīṡāqan-nabiyyīna lamā ātaitukum ming kitābiw wa ḥikmatin ṡumma jā'akum rasụlum muṣaddiqul limā ma'akum latu'minunna bihī wa latanṣurunnah, qāla a aqrartum wa akhażtum 'alā żālikum iṣrī, qālū aqrarnā, qāla fasy-hadụ wa ana ma'akum minasy-syāhidīn (81)

fa man tawallā ba'da żālika fa ulā'ika humul-fāsiqụn (82)

a fa gaira dīnillāhi yabgụna wa lahū aslama man fis-samāwāti wal-arḍi ṭau'aw wa kar-haw wa ilaihi yurja'ụn (83)

qul āmannā billāhi wa mā unzila 'alainā wa mā unzila 'alā ibrāhīma wa ismā'īla wa is-ḥāqa wa ya'qụba wal-asbāṭi wa mā ụtiya mụsā wa 'īsā wan-nabiyyụna mir rabbihim lā nufarriqu baina aḥadim min-hum wa naḥnu lahụ muslimụn (84)

wa may yabtagi gairal-islāmi dīnan fa lay yuqbala min-h, wa huwa fil-ākhirati minal-khāsirīn (85)

kaifa yahdillāhu qaumang kafarụ ba'da īmānihim wa syahidū annar-rasụla ḥaqquw wa jā'ahumul-bayyināt, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn (86)

ulā'ika jazā'uhum anna 'alaihim la'natallāhi wal-malā'ikati wan-nāsi ajma'īn (87)

khālidīna fīhā, lā yukhaffafu 'an-humul-'ażābu wa lā hum yunẓarụn (88)

illallażīna tābụ mim ba'di żālika wa aṣlaḥụ, fa innallāha gafụrur raḥīm (89)

innallażīna kafarụ ba'da īmānihim ṡummazdādụ kufral lan tuqbala taubatuhum, wa ulā'ika humuḍ-ḍāllụn (90)

innallażīna kafarụ wa mātụ wa hum kuffārun fa lay yuqbala min aḥadihim mil'ul-arḍi żahabaw wa lawiftadā bih, ulā'ika lahum 'ażābun alīmuw wa mā lahum min nāṣirīn (91)

Shadaqallahul-adzim

Tilawah surah Ali-Imran ayat 81-91 seketika membius Aisyah, diawali dengan "Audzubillah himinas syaiton nirojim" Aisyah sudah tersadar bahwa itu adalah pemilik suara merdu yang beberapa hari ini membuatnya terhipnotis, Aisyah terdiam menundukkan kepala mengikuti bacaan pemilik suara merdu itu dari ayat ke ayat, semakin dia mendengar suara itu semakin dia mengenalnya.

Meski kali ini baru keempat kalinya Aisyah mendengar suara itu tapi Aisyah sudah mengenalnya lebih dari apapun, dia mengenal suara itu tapi tidak dengan pemiliknya.

Bacaan "Shadaqallahul-adzim" seketika menyadarkan Aisyah akan perpisahannya dengan suara merdu itu, Aisyah mengangkat muka dari tunduknya setetes air jatuh dari sudut matanya, dialihkan padangannya dari Al-Qur'an ke sumber suara yang tadi sudah membuatnya terhanyut jauh, tapi sayang Aisyah tak dapat melihat pemilik suara merdu itu, dihadapannya hanya sebuah kain putih terbentang kokoh yang dapat Aisyah saksikan, batinnya sedikit kecewa dirinya dan pemilik suara merdu itu sudah sedekat nadi tapi terhalang tembok yang kokoh.

Perempuan-perempuan yang duduk berjejer disampingnya tampak tengah bergegas untuk meninggalkan tempat itu, dengan memeluk Al-Qur'an merah miliknya Aisyah mengikuti langkah perempuan yang menuju pintu keluar Masjid

"hey Aisyah"

Panggilan itu menghentikan langkah Aisyah dan membuyarkan lamunannya, dialihkan pandangannya mencari sumber suara yang menyebut namanya, matanya terhenti saat melihat sosok perempuan yang sudah dia kenal dekat, perempuan itu adalah Rahmi teman sekelasnya di kampus sekaligus temannya sejak SMP, perempuan dengan postur lebih tinggi dari Aisyah itu melangkah mendekatinya

"Aisyah gimana kemarin pangsit aku enak nggak? Besok datang lagi ya, pangsit AR buka loh"

Aisyah tersenyum memandang temannya itu sambil menganggukkan kepala, tanda menyetujui permintaan temannya, mereka berjalan berbarengan dan tenggelam dalam obrolan.

***

Pukul 01 malam seperti biasa Aisyah terbangun lagi dari tidurnya kali ini dia terbangun bukan karena tidak ada sebab melainkan suara alarm gawainya yang memecahkan keheningan malam, diraih gawainya dan segera menghidupkan flash yang digunakan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, setelah itu Aisyah mendirikan sholat malam dua rakaat dengan khusyuk, diujung doanya diselipkan lagi si pemilik suara merdu itu, Aisyah mengadu sejadinya menceritakan betapa dia terpukau dengan tilawah si pemilik suara merdu

"maafkan dosa hamba ya Allah"

Kalimat itu lagi lagi Aisyah gunakan dipenutup doanya dia sadar bahkan sangat sadar yang dia lakukan adalah dosa dia telah mengagumi selain Allah.

Saat sedang menikmati hidangan sahur seketika gawai Aisyah berdering, Aisyah berlari kekamar dilihat pada layar gawainya terpampang Rahmi sedang memanggil

"Assalamualaikum"

Ucap Aisyah mengangkat telfon dari teman dekatnya itu

"Aisyah ingat ya nanti sore kerumah beli pangsit ku, dah dulu ya"

Tut tut tut suara dari sebrang gawai Aisyah mengakhiri percapakan singkatnya dengan teman dekatnya, segera Aisyah kembali ke meja makan dan menikmati hidangan sahur bersama kedua orangtuanya.

***

Aisyah menatap pantulan diri dalam cermin yang ada dihadapannya, baju gamis berwarna pastel berbalut rapi menutupi tiap lekuk tubuhnya yang gempal.

Setelah berpamitan dengan ibuk Aisyah melangkah keluar dari rumahnya, setelah berjalan sekitar 30 menit Aisyah tiba disebuah rumah kayu yang mewah dibandingkan rumahnya, melihat kedatangan teman dekatnya Rahmi segera melambaikan tangan dan memanggil Aisyah, meski tengah sibuk menggoreng pangsit Rahmi langsung memberikan spatula pada adik lelakinya dengan maksud menyuruh adiknya untuk menggantikannya menggoreng pangsit.

"duduk dulu Syah, nah mau beli berapa? Isi apa? Level berapa?"

Ucap Rahmi memborong pertanyaan pada Aisyah

"dua saja, biasalah isi ayam, level paling pedas"

"oke siap tunggu dulu ya santai aja soalnya antrian masih panjang"

Rahmi beranjak meninggalkan Aisyah untuk melanjutkan mengoreng pangsit yang sempat dia titipkan pada adiknya.

Cukup lama Aisyah duduk menunggu pangsit AR milik teman dekatnya itu, tak punya teman ngobrol Aisyah jadi pendengar baik diantara kerumuan orang yang sedang mengantri juga, sebagian orang sedang membicarakan pangsit AR yang katanya enak dan bikin nagih Aisyah setuju dengan argumen beberapa orang yang membicarakan pangsit AR itu karena sejak membeli dihari pertama puasa Aisyah jadi ketagihan untuk membeli pangsit itu terus walau kadang harus mengantri panjang, namun ada sebagian pembicaraan orang yang mengganggu Aisyah samar-samar dia mendengar nama ibuknya disebut-sebut, yah nama ibuknya yang disebut tapi yang jadi pokok pembicaraan bukan ibuknya melainkan dirinya

"eh lihat tuh anaknya buk Imah sudah tua loh, tapi nggak nikah nikah juga, takutnya jadi perawan tua tuh"

"apalagi kalau diliat dia mah gimana mau dilamar dilirik lelaki aja mungkin ogah tuh bandanya bongsor gitu kok, hmm alamat jadi perawan tua dia mah"

Ucapan ucapan ibuk ibuk yang sedang mengantri pangsit itu membuat Aisyah tak tahan duduk diwarung pangsit AR lebih lama.

"Rahmi aku pulang dulu ya nanti pangsitnya antar kerumah aja nih uangnya"

Aisyah langsung berpamitan dengan temannya yang tengah sibuk menggoreng pangsit itu.

Aisyah berjalan sambil menundukkan kepala dilihatnya kembali badannya yang memang gempal, pikirnya kemana-mana dia takut apa yang diomongi para ibuk-ibuk itu benar, hatinya mulai kalut, sepanjang jalan pikirnya tak karuan, namun seketika langkahnya terhenti saat samar-samar dia mendengar suara.

DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang