BAB 23 BERTAMU

119 50 4
                                    

Mereka datang
Tanpa panggil
Lalu pergi
Tanpa usir

Datang
Dengan senyum
Lalu pulang
Tanpa pamit

Padaku

Aku diasingkan
Mungkin
Aku tak pantas
Ditengah mereka

Rautnya serius
Ucapnya pelan
Dan aku
Rautku bodoh
Gerakku hening

Bumi
23 Ramadhan 1441

Pagi cerah, matahari bahagia, bunga memamerkan indahnya, Aisyah duduk diterasnya bersama kedua orangtuanya, seketika sebuah mobil berwarna abu-abu berhenti tepat didepan rumah Aisyah, dua lelaki berusia yang sepadan dengan bapak Abdu tampak keluar dari mobil disusul dengan seorang perempuan yang juga tampak berumur sepadan dengan ibuk Imah, mereka berjalan menuju rumah Aisyah

“Assalamualaikum”

Ucap orang itu barengi dengan senyum yang mereka pamerkan

“Waalaikumsalam”

Jawab Aisyah dengan kedua orangtuanya dengan membalas senyum ketiga orang itu

“Mari masuk pak, buk”

Sapa ibuk Imah pada ketiga tamunya

“Oh iya buk”

Aisyah ikut melangkah masuk dengan kedua orangtuanya dan ketiga tamu yang tak Aisyah kenal itu

“Aisyah kamu masuk kekamar aja ya”

Ibuk Imah berbisik pada putrinya

“Baik buk Aisyah kekamar”

Aisyah menurut pada perintah ibuknya walau rasa penasaran memenuhi benak Aisyah, di berlalu meninggalkan kedua orangtuanya dan ketiga tamu itu diruang tamu

“Huh ibuk pakek nyuruh aku dikamar sih”

Badan Aisyah menepel seperti cicak didinding kamarnya usahanya untuk menguping pembicaraan orangtuanya namun lagi-lagi usaha menguping Aisyah gagal hasilnya nihil obrolan tak dengar capek iya dengan posisi menempel didinding, dengan kecewa akhirnya Aisyah terduduk menyerah didalam kamarnya.

Sejam kemudian Aisyah terbangun dari tidurnya, dia telah tertidur selama dia menunggu obrolan orangtuanya dengan tamunya itu selesai, Aisyah melangkah keluar dengan sangat pelan untuk memastikan bahwa tamu itu sudah pergi, namun langkahnya seketika terhenti saat Aisyah menyaksikan kelima orang itu masih mengobrol dengan raut wajah serius.

Aisyah melangkah mundur kembali menguci dirinya lagi didalam kamar

“Ngobrolin apaan sih?, kok mukanya serius itu ya”

Aisyah menepiskan rasa ingin tahunya, diraih gawainya dan menenggelamkan diri dalam dunia mayanya.

Aisyah mulai tenggelam dalam dunia mayanya, sibuk dalam aplikasi whatsapp, jemarinya dengan lincah menulis kata demi kata menjawab tiap tanya didalam pesan yang tertumpuk.

Ditengah kesibukan Aisyah dengan dunia mayanya seketika suara azan terdengar, Aisyah melirik jam diding dikamarnya ternyata sudah pukul 12:10

“Tamu bapak agak lama juga ya”

Aisyah bergumam sambil beranjak keluar kamar, Aisyah sedikit melangkah keluar dan mengintip dibalik dinding dilihat tiga orang yang sudah duduk dikursi rumahnya sekitar 3 jam itu berdiri sambil berpamitan dengan kedua orangtua Aisyah

“Eh pulang juga, nanti tanyain ibuk ah, sholat dulu”

Aisyah beranjak menuju kamar mandi belakang untuk mengambil air wudhu.

Aisyah duduk tepat disamping ibuk Imah yang sedang menjahit sebuah baju

“Ibuk”

Aisyah senyum-senyum sambil memandangi ibuknya yang sedang serius menjahit baju

“Ada apa?”

Jawab ibuk Imah tanpa memandang kearah putrinya

“Tadi tamu dari mana sih buk?, ngomongi apa?”

Sontak ibuk Imah terkejut dan menghentikan jemarinya yang sedari tadi sibuk memainkan jarum jahit pada kain

“Biasalah orang sini kok, ngobrol biasa aja”

Ibuk Imah menjawab sembarang sambil memperbaiki posisi kacamatanya

“Alah ibuk bohong tuh”

Aisyah sedikit merengut melihat tingkah ibuk Imah yang sudah bisa ditembak bahwa dirinya sedang berbohong

“Urusan orangtua kok”

Ibuk Imah menjawab sembarang putrinya sambil berdiri dari duduknya dan melangkah menjauh dari Aisyah

“Dasar ibuk pelit banget sih, Aisyah cuma pengen tahu aja”

Aisyah menggrutuk sejenak setelah kepergian ibuknya.

DIBALIK HIJAB MASJID (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang